Surya Paloh Ibaratkan Pilkada 2024 Seperti Berburu Hewan

Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh mengibaratkan Pilkada 2024 seperti berburu hewan.

oleh Tim News diperbarui 12 Agu 2024, 15:45 WIB
Begitu bertemu, Surya Paloh langsung dirangkul oleh Prabowo Subianto. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh mengibaratkan Pilkada 2024 seperti berburu hewan.

Hal ini dikatakan olehnya saat ditanyakan soal harapan partainya itu pada Pilkada 2024.

"Satu fairness dalam berkompetisi tetap harus kita perjuangkan. Untuk apa kita bikin kompetisi? Sama aja ilustrasinya. Mari kita sama-sama berburu. Berburu di mana? Kita mencari rusa, yang satu bilang kita cari harimau, yang satu bilang kita cari gajah," kata Surya di Jakarta, Senin (12/8/2024).

Menurutnya, jika ingin melakukan perburuan atau berburu itu lebih efektif di kebun binatang. Karena, lebih banyak pilihan hewannya.

"Di mana kita berburu? Kita langsung asosiasi kita berpikir berburu di hutan. Dia bilang tidak, itu sudah tidak laku lagi. Yang paling efektif itu berburu di kebun binatang. Kenapa? Kita tinggal pilih. Pilih harimau boleh, dapat pasti, gajah ada," jelas Surya.

"Jadi kalau kompetisi ibarat berburu di kebun binatang, sudah tidak indah lagi itu kompetisinya," pungkasnya.

Sebelumnya, Surya Paloh meminta, semua pihak agar tidak hanya mementingkan soal politik elektoral semata. 

Dia mengingatkan, partai politik harus bisa juga fokus kepada seni dan budaya. Adapun ini disampaikannya saat membuka pameran seni yang digelar Partai NasDem di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Senin (12/8/2024).


Surya Paloh Singgung Kepala Daerah sampai Menteri Banyak Ditangkap: Bangsa apa Ini?

"Makanya teman-teman dan demikian kita dorong terus, saya pikir, jangan dilihat partai politik ya, dia berbicara politik, dia harus mampu juga berbicara tentang budaya, tentang seni. Itu yang saya mau, yang saya kehendaki," kata Surya.

Dia mengatakan, Indonesia sudah mendapatkan anugerah dari Tuhan. Misalnya dari banyaknya suku, hingga budaya.

"Berapa banyaknya etnik suku bangsa kita? Perbedaan daripada, katakanlah dialek, yang ada ras, suku, etnik, agama, ini suatu kekayaan kita semua," ungkap Surya.

"Dari mulai kearifan lokal, adat, istiadat, budaya yang kita miliki. ini given sebenarnya yang harus kita lihat dengan nilai positif," sambung dia.

Surya menyebut, saat ini masyarakat sudah bosan, lantaran rakyat hanya dipertontonkan orang-orang ditangkap. Tak hanya itu, calon kepala daerah ditangkap hingga menteri ditarget.

"Jangan terus menerus kita hanya melihat si A ditangkap, si B masuk penjara, sudah capek kita di negeri ini tiap hari ini aja. Mampus nih bangsa ini. Tiap harinya, itu yang kita konsumsi. Kepala daerah ditangkap, menteri dikejar, ini ditangkap, itu. Bangsa apa ini?," kata dia.


Tak Ada yang Bisa Dibanggakan

Lebih lanjut, dia pun mengatakan, tak ada yang bisa dibanggakan dari kejadian tersebut. Menurutnya, seakan-akan hal tersebut adalah hal yang hebat.

"Bangga apa kita dengan itu? Untuk dan atas nama pemberantasan korupsi, seakan-akan kita merasa paling hebat, dan tidak ada sensitivitas lagi, perasaan empati, kasihan, karena semuanya itu pasti orang jahat yang ditangkap," ujarnya.

"Terlepas dulu dia salah atau tidak salah. Salah kecil bisa jadi salah besar, tapi sisi lain salah besar bisa hilang juga," imbuh dia.

 

 

Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya