Liputan6.com, Jakarta Jumlah investor pasar modal Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan positif. Hingga 9 Agustus 2024, jumlah investor pasar modal mencapai 13,45 juta SID.
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat menjelaskan, jumlah itu mengalami kenaikan 11 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebanyak 12,17 juta SID
Advertisement
"Dari komposisinya, investor lokal mendominasi 99,71 persen dan sisanya 0,29 persen merupakan investor asing," papar Samsul dalam konferensi pers HUT 47 Pasar Modal, Senin (12/8/2024).
Berdasarkan jumlah tersebut, investor saham dan surat berharga lainnya berjumlah 5,87 juta, reksa dana 12,68 juta, dan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 1,13 juta. Total SID juga meningkat sebesar 8 persen dari 16,43 juta di tahun 2023 menjadi 17,72 juta pada tahun 2024 (termasuk SID Pasar Modal dan SID Investor S-MULTIVEST).
Total aset yang tercatat di KSEI mengalami peningkatan 49 persen (ytd) dari Rp7,74 triliun pada 2023 menjadi Rp 8,23 triliun pada 9 Agustus 2024. Peningkatan total aset yang tercatat di KSEI sejalan dengan peningkatan IHSG serta kapitalisasi pasar.
"Peningkatan juga tercatat pada aset under management (AUM) reksa dana yang tercatat di KSEI sampai dengan Juli 2024 berjumlah Rp804,24 triliun, yakni sebesar 10,46 persen," ungkap Samsul.
Dominasi Investor Individu
Dari sisi demografi per 9 Agustus 2024, investor individu di Indonesia didominasi oleh 61,84 persen laki- laki, 54,96 persen berusia di bawah 30 tahun, 31,44 persen pegawai swasta, negeri dan guru, 45,75 persen berpendidikan terakhir SMA dan 44,94 persen berpenghasilan Rp 10–100 juta per tahun.
Berdasarkan komposisi kepemilikan, investor lokal di Indonesia masih mendominasi sebesar 99,71 persen, dengan rincian jumlah 99,63 persen untuk investor saham, dan 99,91 persen untuk investor reksa dana. Sedangkan dari jenis investor, jumlah investor lokal lebih besar dibandingkan dengan investor asing, dengan jumlah 13,41 juta.
Aliran Dana Investor Asing Mulai Masuk Pasar Modal Indonesia
Investor asing tampaknya mulai kembali masuk pasar modal Indonesia. Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy mengatakan pada paruh pertama tahun ini asing mencatatkan penjualan atau net sell, tetapi pada Juli nampak sudah net buy atau aksi beli.
Dalam catatannya, inflow atau aliran dana asing pada JCI tercatat sekitar Rp 3 triliun pada Juli 2024. Sementara untuk enam saham-saham big cap atau fabulous 6, mengalami inflow Rp 1,7 triliun dan non-fabulous 6 inflow Rp 1,3 triliun.
Adapun saham-saham yang masuk fabulous 6 antara lain BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, BBNI, dan ASII.
"Tapi yang mungkin bisa diperhatikan, BBRI masih terjadi outflow Rp 1 triliun, tapi ini tidak sebesar beberapa bulan sebelumnya yang sampai Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun.Sementara BBCA mencatatkan inflow cukup besar mencapai Rp 3 triliun," kata Isfhan, Jumat (/8/2024).
Isfhan melihat investor asing masih cukup selektif. Sebagai perbandingan, BMRI hanya mencatatkan inflow Rp 400 miliar dan TLKM Rp 600 miliar. Sementara BBNI dan ASII masing outflow masing-masing Rp 900 miliar dan Rp 400 miliar.
"Jadi asing itu masuk kembali ke market Indonesia tapi lebih selektif. Mereka melihat BCA sebagai defensive play, mereka masuk sampai Rp 3 triliun sangat terkonsentrasi di bulan Juli.Meski valuasi masih cukup mahal tetapi asing lebih prefer masuk ke situ karena defensive play. artinya turunnya nggak begitu banyak ketika market itu volatile," kata Isfhan.
Sedangkan untuk beberapa saham yang non-fabulous 6 memang belum ada pergerakan yang signifikan. Misalnya, ICBP dan ANTM masing-masing masih mencatatkan outflow Rp 100 miliar.
Sementara AMRT dan BRIS masing-masing inflow Rp 100 miliar. Lalu UNTR masih mencatatkan inflow Rp 200 miliar. Serta BFIN dan CTRA masing-masing inflow di bawah Rp 100 miliar.
"Saat ini memang investor asing terlihat masih wait and see. Meskipun macro backdrop Indonesia itu lumayan baik, tapi faktor external membuat mereka masih mempertimbangkan equity kembali," ujar Isfhan.
Advertisement
Sentimen Eksternal
Adapun beberapa sentimen eksternal yang dimaksud antara lain ketidakpastian ekonomi AS yang masih menunggu data unemployment rate di akhir Agustus atau awal September. Pada kondisi ini, Sinarmas Sekuritas jagokan saham BBRI dan BBNI sebagai top pick.
Meski dari sisi kinerja BBNI masih tertekan dibanding bank besar lainnya, namun menurut Isfhan perlu juga untuk memperhatikan rasio keuangan lain di luar profitabilitas.
"Meskipun BBRI dan BBNI mengalami outflow yang besar. BNI memang NIM-nya turun, tapi kalau dari sisi lain dia bisa menjaga aset quality dan professional expense itu bisa terjadi reversal. Kita rasa bahwa harusnya secara batasan lain BNI masih bisa tumbuh cukup positif tahun ini," ujar dia.
"Dan BRI kita lihat tindakan yang dilakukan manajemen di awal tahun dimana menaikan cost of credit ini memang masih cukup terjaga di kuartal II kemarin," imbuh Isfhan. Selain itu top pick lainnya yakni TLKM, ICBP dan AMRT," ia menambahkan.