Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga menjadi tren global di beberapa negara maju. Penurunan angka pernikahan ini tentu saja memicu berbagai pertanyaan mengenai penyebab dan dampaknya terhadap masyarakat.
Mengapa Angka Pernikahan Menurun?
Beberapa faktor kompleks diyakini menjadi penyebab menurunnya angka pernikahan di Indonesia, antara lain:
Advertisement
Peningkatan Usia Perkawinan Pertama
Tren menunda pernikahan hingga usia yang lebih matang semakin populer. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan, karier, dan kemandirian finansial sebelum menikah. Studi dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa generasi milenial cenderung menunda pernikahan untuk mencapai tujuan pribadi terlebih dahulu.
Kenaikan Biaya Hidup
Tingginya biaya hidup, terutama di kota-kota besar, membuat banyak pasangan muda merasa belum siap secara finansial untuk menikah. Biaya pernikahan, biaya hidup setelah menikah, dan keinginan untuk memiliki rumah sendiri menjadi beban yang cukup berat.
Perubahan Nilai Sosial
Nilai-nilai tradisional mengenai pernikahan mulai terkikis. Konsep keluarga kecil, kesetaraan gender, dan pentingnya hubungan yang berkualitas menjadi lebih diutamakan. Hal ini membuat banyak orang lebih memilih untuk hidup bersama tanpa ikatan pernikahan.
Meningkatnya Tingkat Pendidikan Perempuan
Pendidikan yang lebih tinggi bagi perempuan memberikan mereka lebih banyak pilihan karier dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Akibatnya, banyak perempuan yang memilih untuk fokus pada karier daripada menikah muda.
Ketakutan akan Perceraian
Meningkatnya angka perceraian membuat banyak orang merasa khawatir dan ragu untuk menikah. Mereka takut mengalami kegagalan dalam pernikahan seperti yang dialami oleh orang-orang di sekitar mereka.
Dampak Positif Penurunan Angka Pernikahan
Penundaan pernikahan tidak selamanya buruk. Pasangan yang menikah di usia lebih matang cenderung memiliki hubungan yang lebih berkualitas, sementara perempuan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkarier dan mengembangkan diri. Hal ini tidak hanya berdampak positif pada kehidupan individu, tetapi juga memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Advertisement
Dampak Negatif Penurunan Angka Pernikahan
Di balik sisi positifnya, penurunan angka pernikahan juga membawa sejumlah konsekuensi bagi individu. Penurunan tingkat kelahiran dapat berdampak pada struktur penduduk di masa depan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan struktur penduduk yang signifikan, seperti penuaan populasi.
Selain itu, mereka yang memilih untuk tidak menikah atau menunda pernikahan seringkali merasa terisolasi secara sosial, terutama dalam lingkungan yang masih sangat menjunjung tinggi pernikahan. Tekanan sosial untuk menikah dan membentuk keluarga juga dapat memicu masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Andil Pemerintah dan Masyarakat
Penurunan angka pernikahan di Indonesia merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak.
Pemerintah perlu meningkatkan dukungan terhadap keluarga melalui kebijakan yang lebih inklusif, seperti penyediaan fasilitas penitipan anak, cuti melahirkan yang lebih panjang, dan program perumahan yang terjangkau. Kemudian masyarakat perlu mengubah stigma negatif terhadap pilihan untuk tidak menikah dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi berbagai bentuk keluarga.
Advertisement