Cara Semen Merah Putih Dukung Transisi Energi Bersih

Semen Merah Putih secara konsisten mengedepankan prinsip-prinsip produksi ramah lingkungan dan bertanggung jawab sosial, sebagai salah satu pelopor dalam industri konstruksi yang sadar akan pentingnya praktik keberlanjutan.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Sep 2024, 20:14 WIB
Pabrik Semen Merah Putih (Foto: semenmerahputih.com).

Liputan6.com, Jakarta Semen Merah Putih secara konsisten mengedepankan prinsip-prinsip produksi ramah lingkungan dan bertanggung jawab sosial, sebagai salah satu pelopor dalam industri konstruksi yang sadar akan pentingnya praktik keberlanjutan.

"Dengan memanfaatkan teknologi canggih dan standar produksi yang ketat, perusahaan ini telah berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemimpin utama dalam industri semen di Indonesia," kata Head of Marketing PT Cemindo Gemilang Tbk Nyi Ayu Chairunnikma dikutip Senin, (23/9/2024).

Menurutnya, fondasi operasional Semen Merah Putih dibangun di atas inovasi teknologi yang meningkatkan efisiensi dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Berlandaskan pada strategi 4P (process, product, people dan planet), Semen Merah Putih berkomitmen menerapkan keberlanjutan dalam setiap aspek.

Perusahaan juga berkomitmen meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi emisi karbon dengan teknologi produksi yang lebih hijau, termasuk optimalisasi energi dan penggunaan bahan baku alternatif.

Nyi Ayu mengatakan Semen Merah Putih memperkenalkan produk-produk inovatif yang mendukung konstruksi berkelanjutan dan setiap produk dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan melalui penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan, efisiensi energi dalam proses produksi, dan fitur-fitur yang mengurangi dampak ekologis selama masa pakai produk.

Dengan mengadopsi berbagai inisiatif keberlanjutan, perusahaan berusaha keras untuk mengurangi jejak karbon dan memperkenalkan praktik yang lebih hijau di seluruh rantai pasokannya. Dari proses hulu hingga hilir, perusahaan menghadirkan produk yang tidak hanya memenuhi standar kualitas tertinggi, tetapi juga dirancang dengan pertimbangan matang terhadap dampak lingkungan.

 


Konsumsi Energi

Semen Merah Putih (Sumber: www.cemindo.com)

Produk-produk ini menggunakan bahan baku alternatif, mengurangi konsumsi energi, serta memperpanjang umur bangunan, sehingga mendukung konstruksi berkelanjutan yang menjadi semakin relevan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

"Komitmen ini mencerminkan visi jangka panjang dalam mendukung keberlanjutan industri konstruksi di Indonesia dan global," katanya.

Pabrik Semen Merah Putih di Bayah, Banten, telah meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif, seperti bahan bakar biomassa.

Peningkatan thermal substitution rate (TSR) hingga lima persen pada 2024 diperkirakan akan mengurangi emisi CO2 sebesar 70.000 ton per tahun.

Sementara, teknologi sistem pemulihan panas limbah atau waste heat recovery system (WHRS) berhasil mengurangi konsumsi energi hingga 19 persen di tahun 2023.

Untuk mendukung transisi ke energi yang lebih bersih, Cemindo Gemilang telah mengganti armada truk dan forklift bertenaga diesel dengan listrik.

Langkah ini diproyeksikan akan mengurangi emisi CO2 dari operasi logistik hingga lebih dari 10 persen pada 2024.

 


Cara Kemenperin Kendalikan Impor Produk dari Semen

Pekerja tengah melakukan bongkar muat semen di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Tahun 2022 dinilai akan menjadi tahun yang lebih baik bagi industri semen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti minimnya serapan semen hasil industri dalam negeri untuk kebutuhan nasional. Salah satu tantangannya karena cukup banyak impor barang-barang dari semen.

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, produk dari semen tidak masuk dalam pengaturan impor. Sementara semen masuk dalam kategori larangan dan pembatasan (lartas) impor.

Dia menuturkan, impor barang dari semen membuat serapan semen nasional cukup rendah. Jika dibatasi, diharapkan bisa meningkatkan serapan semen yang produksinya mencapai 120 juta metrik ton per tahun pada 2023. Kebutuhan semen nasional sendiri hanya 66,8 juta ton pada tahun yang sama.

"Jadi kalau tadi disampaikan semen ada lartas ya di Permendag terakhir Permendag 8/2024. Namun, untuk barang-barang dari semen, mortar, beton pracetak, beton prategang atau papan semen, ready mix ini termasuk barang bebas tidak ada tata niaga impornya," ujar Putu di Kantor Kemenperin Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Pada saat yang sama, belum ada aturan khusus yang menentukan pemanfaatan barang-barang dari semen itu harus mengutamakan produk lokal. Utamanya bagi proyek-proyek perusahaan swasta.

"Itu barangkali importasinya tak bisa dikendalikan karena enggak ada ketentuan optimalisasi pemanfaatan barang-barang dari semen dari proyek swasta barangkali. Pembangunan pabrik-pabrik membutuhkan semen saat ini belum ada regulasi yang mengatur hal tersebut, ini yang menyebabkan importasinya sulit dikendalikan," tuturnya.

Melihat kondisi itu, Putu bilang Kemenperin tidak tinggal diam. Pihaknya saat ini memproses adanya aturan wajib SNI bagi beton pracetak, beton prategang, dan barang dari semen lainnya.

"Kemenperin sedang memproses SNI wajib untuk barang-barang dari semen, harapannya dengan adanya SNI wajib dengan ketentuan yang baru bisa kendalikan impor produk dari semen," ujar dia. 

"Kami mengharapkan penerapan SNI wajib barang-barang dari semen ini bisa dilakukan tahun ini atau tahun depan," ia menambahkan.


Semen dari Industri Lokal Cuma Teserap 60 Persen

Pekerja tengah melakukan bongkar muat semen di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Tahun 2022 dinilai akan menjadi tahun yang lebih baik bagi industri semen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap masih banyak produksi semen dari industri dalam negeri yang tidak terserap. Bahkan, penyerapannya hanya 58 persen di 2023 lalu.

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, hasil produksi semen di Indonesia hanya berkisar 50-65 persen. Catatan tertinggi ada di 2018 dengan 64 persen.

Dia mengatakan, kebutuhan semen nasional sebesar 66,8 juta ton di 2023 belum sepenuhnya menyerap semen hasil industri dalam negeri.

"Jadi utilisasi industri semen nasional semenjak tahun 2017 itu memang dibawah 70 persen. Jadi bervariasi antara 50 sekian persen sampai 60 sekian persen dan utilisasi 2023 ini hanya sekitar 58 persen," kata Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya