Liputan6.com, Solo - Perjuangan para pahlawan untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia juga tersisa di beberapa bangunan bersejarah di Kota Solo. Bangunan-bangunan itu masih berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu kemerdekaan Indonesia.
Banyak bangunan bersejarah Solo yang memang menyimpan banyak cerita bersejarah sejak era penjajahan, termasuk yang berwujud gedung maupun monumen peringatan.
Mengutip dari surakarta.go.id, terdapat dua bangunan bersejarah di Kota Solo yang menjadi saksi bisu kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Gedung Djoeang 45
Gedung Djoeang 45 berlokasi di Jalan Mayor Sunaryo No.4 Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Bangunan ini berdiri di tengah-tengah kota.
Gedung Djoeang 45 dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada 1876 hingga 1880. Sejak awal berdiri, Gedung Djoeang 45 telah berulang kali berganti fungsi, mulai dari kantin dan asrama militer tentara Belanda, markas pasukan Jepang, panti asuhan, sekolah, hingga markas TNI.
Saat ini, gedung Djoeang 45 berfungsi sebagai museum. Gedung bersejarah ini juga menjadi Bangunan Cagar Budaya di Kota Solo.
Monumen 45 Banjarsari
Monumen 45 Banjarsari berada di Setabelan, Banjarsari, Kota Surakarta. Monumen ini berdiri pada 31 Oktober 1973.
Pemerintah Kota Surakarta mendidirikan monumen tersebut untuk memperingati Serangan Umum Empat Hari pada 7-10 Agustus 1949. Keberadaan monumen ini menjadi pengingat saat serangan tersebut terjadi.
Pasalnya, lokasi didirikannya monumen ini adalah lokasi sebenarnya ketika serangan terjadi. Adapun penggagas peristiwa tersebut adalah Letkol Slamet Riyadi dan Mayor Ahmadi yang bertujuan untuk memukul mundur Belanda dari Kota Solo.
Tak hanya menyimpan sejarah, dua bangunan itu kini juga menjadi tempat yang bisa dikunjungi oleh umum. Wisatawan bisa berkunjung untuk berlibur sambil mempelajari sejarah yang melekat pada dua Gedung Djoeang 45 dan Monumen 45 Banjarsari.
Penulis: Resla