Perusahaan Biomaterial China Dituduh Melakukan Perdagangan Ilegal 4.300 Jenazah Selama 8 Tahun

Aktivitas perdagangan jenazah tersebut diduga terjadi antara Januari 2015 hingga Juli 2023.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Agu 2024, 15:02 WIB
Ilustrasi jenazah atau mayat. (Unsplash)

Liputan6.com, Beijing - Dokumen pengadilan yang bocor telah mengungkap skema mengejutkan yang melibatkan perusahaan biomaterial Tiongkok, Shanxi Osteorad Biomaterial Co., yang diduga terlibat dalam perdagangan ilegal ribuan jenazah curian selama periode delapan tahun.

Dokumen tersebut, yang merinci penyelidikan yang luas, menuduh perusahaan tersebut memperoleh lebih dari 4.300 jenazah manusia dari rumah duka, pusat transplantasi, dan universitas kedokteran.

Aktivitas itu diduga terjadi antara Januari 2015 dan Juli 2023. Shanxi Osteorad, yang sebelumnya merupakan perusahaan milik negara, dan perusahaan afiliasinya, Sichuan Hengpu Technology Limited, memasok bahan implan tulang alogenik ke rumah sakit di 13 provinsi dan kota di Tiongkok, menurut dokumen tersebut.

Dokumen penuntutan yang bocor, tertanggal 23 Mei 2024, pertama kali dipublikasikan pada 8 Agustus 2024 oleh Yi Shenghua, seorang pengacara yang berbasis di Beijing dengan banyak pengikut di platform media sosial Tiongkok Weibo.

Yi, yang tidak terlibat langsung dalam kasus tersebut, dilaporkan memperoleh dokumen itu dari sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Dokumen tersebut telah memicu kemarahan dan kekhawatiran yang meluas atas praktik etis dalam industri medis Tiongkok, dikutip dari laman english pardafas, Selasa (13/8/2024).

Tuduhan Terungkap

Dokumen pengadilan tersebut menuduh bahwa Shanxi Osteorad secara ilegal memperoleh jenazah dari berbagai sumber, termasuk rumah duka, dengan memalsukan formulir pendaftaran donor dan dokumen kendali mutu.

Polisi dilaporkan menyita lebih dari 18 metrik ton bahan mentah dan setengah jadi serta 34.077 unit produk jadi dari perusahaan yang terlibat.


Tuduhan Pusat Skandal

Ilustrasi jenazah. (Pexels.com/Pavel Danilyuk)

Shanxi Osteorad, yang didirikan pada tahun 1999 oleh Institut Perlindungan Radiasi Tiongkok milik negara, telah menjadi pusat skandal tersebut.

Salah satu dari dua pemegang saham perusahaan tersebut, Su Chengzhong, dituduh mendirikan Sichuan Hengpu pada tahun 2014 dan menggunakannya untuk mendapatkan mayat melalui cara-cara yang tidak sah.

Perusahaan tersebut dilaporkan memperoleh kendali atas empat rumah duka di tiga provinsi melalui investasi, subkontrak, atau infiltrasi, dengan memperoleh jenazah lebih dari 4.000 orang yang telah meninggal.

Alih-alih membakar jenazah seperti yang diwajibkan, rumah duka tersebut diduga menjualnya ke Sichuan Hengpu dengan harga 2.000 yuan per jenazah, atau 2.500 yuan jika tulangnya diambil.

 


Keterlibatan yang Luas

Ilustrasi jenazah.

Skandal ini meluas ke luar rumah duka. Dokumen tersebut juga diduga melibatkan laboratorium pembedahan di Universitas Kedokteran Guilin, yang diduga membeli 450 jenazah dari tiga rumah duka lainnya.

Laboratorium tersebut dilaporkan membayar suap kepada personel rumah duka, memperoleh jenazah tersebut seharga 900 yuan masing-masing. Peneliti Lan Lingyuan, dengan persetujuan tertulis dari direktur lab Tian Shunliang, diduga mengawasi persiapan dan penjualan lebih dari 300 mayat ke Shanxi Osteorad dengan harga 10.000 yuan per jenazah.

Selain itu, sebuah pusat transplantasi di Rumah Sakit Afiliasi Universitas Qingdao terlibat dalam skema tersebut. Dr. Li Zhiqiang, seorang dokter di rumah sakit tersebut, dituduh menjual sekitar selusin mayat ke Shanxi Osteorad antara tahun 2015 dan 2021.

Dokumen tersebut tidak menyebutkan sumber mayat-mayat ini, sehingga menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang jenis kematian dan mengapa jenazah tersebut tidak diambil oleh keluarga.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya