Badan Amal Selandia Baru Tanpa Sengaja Bagikan Permen Mengandung Sabu yang Berpotensi Mematikan

Badan amal Selandia Baru tersebut mulai menghubungi sekitar 400 orang untuk melacak paket berisi permen yang ternyata adalah potongan metamfetamin atau sabu padat yang dibungkus dalam kertas permen.

oleh Henry diperbarui 14 Agu 2024, 15:25 WIB
Setiap permen mengandung hingga 300 kali dosis mematikan narkoba jenis metamfetamin. (Shaun Hill/NZ Drug Foundation/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah badan amal yang menangani tunawisma di Auckland, Selandia Baru, dikabarkan tanpa sengaja mendistribusikan permen yang mengandung metamfetamin dalam dosis besar di dalam paket makanan untuk tunawisma. Permen nanas itu telah diuji positif mengandung metamfetamin atau sejenis sabu yang termasuk dalam golongan narkoba dalam jumlah yang berpotensi mematikan.

Badan amal tersebut mulai menghubungi sekitar 400 orang untuk melacak paket berisi permen yang ternyata adalah potongan metamfetamin padat yang dibungkus dalam kertas permen. Menurut pihak berwenang Selandia Baru, tiga orang dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsinya.

Yayasan Narkoba Selandia Baru yang pertama kali menguji permen tersebut menyatakan, setiap permen mengandung metamfetamin dalam jumlah 300 kali lebih tinggi dari dosis normal yang biasanya dikonsumsi seseorang, sehingga dapat berakibat fatal.

Juru bicara Yayasan Narkoba Selandia Baru Ben Birks Ang menjelaskan, penyamaran obat-obatan sebagai barang sehari-hari dengan kemasan menarik dan tidak mencurigakan adalah metode umum dalam penyelundupan internasional. Diduga ada lebih banyak permen yang telah disebar di seluruh Selandia Baru.

Bank makanan amal tersebut hanya menerima donasi makanan yang diproduksi secara komersial dalam kemasan tertutup. Permen nanas yang diberi label merek "Rinda" terlihat normal saat disumbangkan dan dikemas dalam kantong berukuran eceran.

Permen-permen itu telah disumbangkan sekitar enam minggu terakhir. Tidak disebutkan berapa banyak yang telah didistribusikan dalam periode itu dan berapa banyak yang terbuat dari metamfetamin.

 

 


Sabu Berbentuk Kristal Putih

Ilustrasi permen (Gambar oleh Дарья Яковлева dari Pixabay)

Metamfetamin sendiri adalah stimulan kuat yang sangat adiktif yang bisa mempengaruhi sistem saraf pusat. Bentuknya berupa kristal putih, tidak berbau, dan pahit yang mudah larut dalam air atau alkohol.

Metamfetamin dapat menyebabkan nyeri dada, jantung berdebar, kejang, delirium, dan kehilangan kesadaran, demikian peringatan yayasan narkoba. Permen yang terkontaminasi dibawa untuk diuji ketika seseorang merasa aneh setelah mulai memakannya dan merasakan rasa pahit.

Beberapa tahun lalu, mantan trainee K-Pop idol Han Seo-Hee didakwa karena menggunakan narkoba jenis metamfetamin saat dalam masih menjalani masa percobaan. Han Seo-Hee dijatuhi hukuman penjara selama satu  tahun 6 bulan dalam persidangannya.

Dikutip dari kanal Health Liputan6.con yang melansir dari Medical News Today, Kamis , 18 November 2021, metamfetamin yang dikenal di Indonesia sebagai sabu atau sabu-sabu, adalah obat psikostimulan yang sangat adiktif dan ilegal yang mirip dengan amfetamin. Ini digunakan untuk menghasilkan efek euforia, sehingga ini mirip dengan kokain.

 


Efek Samping Metamfetamin

Ilustrasi sabu-sabu (Istimewa)

 

Metamfetamin dapat meningkatkan level dopamin dan norepinefrin yang terjadi secara alami di otak. Namun, efeknya bertahan lebih lama dibandingkan dengan kokain, lebih murah, dan lenbih mudah dibuat.

Metamfetamin berbentuk bubuk kristal putih, tidak berbau, rasa pahit yang mudah larut dalam air atau alkohol. Penyalahgunaan metamfetamin secara ilegal bisa berbahaya dan bahkan berakibat kematian.

Orang menggunakan metamfetamin karena mereka menikmati efeknya. Namun, itu dapat memiliki beberapa efek samping yang berbahaya, di antaranya:

• Peningkatan distraksi

• Mual

• Mulut kering dan bau mulut

• Gemetar

• Otot berkedut

• Hilang ingatan

• Perilaku agresif atau kekerasan

• Gangguan suasana hati

• Bermasalah pada gigi

• Penurunan berat badan

• Luka kulit dari rasa gatal yang hebat

• Detak jantung yang cepat atau tidak teratur

• Tekanan darah meningkat

Pada 2022 lalu, hampir sebanyak dua ton metamfetamin telah disital oleh polisi Australia --menjadikannya penggerebekan narkoba terbesar dalam sejarah negara tetangga Selandia Baru itu. Polisi menemukan 1.800 kg dari apa yang dikenal secara lokal sebagai 'ice' di dalam kontainer pengiriman di pelabuhan Sydney, demikian seperti dikutip dari MSN News, Sabtu, 27 Agustus 2022. 

 


Penyitaan Narkoba Terbesar di Australia

Ilustrasi sabu. (Liputan6.com/M Syukur)

 

Narkoba disembunyikan dalam marmer dan memiliki nilai lebih dari 1,6 miliar dolar Australia. Saat itu, tiga pria telah didakwa atas dugaan peran mereka dalam mengimpor obat-obatan dari Timur Tengah.Pihak berwenang mengatakan orang-orang itu adalah bagian dari sindikat yang lebih luas dengan hubungan internasional.

Kepolisian New South Wales mengatakan kelompok itu "canggih" tetapi petugas tidak dapat mempercayai "keberanian" mereka dalam mencoba mengimpor obat dalam jumlah besar tanpa deteksi.

"Angka-angka ini mengejutkan," kata Kepala Detektif Supt John Watson. "Penyitaan ini adalah yang terbesar dalam sejarah Australia."

Dalam penyelidikan yang tidak terkait, polisi menyita hampir 200 kg narkoba dari Bentley vintage di pelabuhan yang sama awal bulan ini.Bertindak berdasarkan petunjuk, pejabat perbatasan melakukan rontgen terhadap mobil mewah itu - yang telah tiba dari Kanada - dan menemukan "anomali".

Polisi kemudian menemukan narkoba yang disembunyikan di balik lampu depannya, akhirnya mengungkap total 161 kg metamfetamin dan 30 kg kokain. Tiga orang telah ditangkap.

 

Infografis Artis Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya