Liputan6.com, Jakarta - Kecukupan rezeki menjadi dambaan tiap orang. Memang, definisi cukup ini berbeda antara satu dengan lainnya, tapi pada intinya istilah cukup ini sangat mewakili.
Namun begitu, tak dipungkiri ada sebagian kita yang rezekinya seret sehingga mengalami masalah ekonomi. Kewajiban sebagai umat beriman adalah ikhtiar.
Baca Juga
Advertisement
Ikhtiar berarti berusaha semaksimal mungkin baik dzahir maupun batin. Selain bekerja atau berusaha, seseorang juga harus berdoa sebagai bentuk kepasrahan dan harapan, bahwa semua yang terjadi atas kuasa Allah SWT.
Habib Novel Alaydrus membagikan amalan supaya rezeki lancar. Dia menyebutnya sebagai 'wirid duit'. Apabila mengalami masalah ekonomi, seorang muslim dianjurkan untuk mengamalkannya.
Artikel 'wirid duit' agar rezeki lancar yang dibagikan Habib Novel menjadi yang terpopuler di kanal Islami Liputan6.com.
Artikel kedua yaitu maksud istilah 'Urip iku mung mampir ngombe'. Gus Baha menjelaskan makna mendalam di baliknya.
Sementara, artikel ketiga yaitu pesan Buya Yahya agar seorang muslim tak hidup seperti benalu.
Selengkapnya mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Punya Masalah Ekonomi? Baca Wirid Duit Singkat Ini agar Rezeki Lancar dari Habib Novel
Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Barangkali itulah kalimat yang selalu dipegang para pencari rupiah yang senantiasa berharap mendapat rezeki yang halal dan berkah.
Uang adalah kebutuhan dunia dan akhirat. Sebagian ibadah pun harus dengan uang, misalnya haji ke Baitullah.
Bagi sebagian orang, menghasilkan uang tidak semudah dengan menghabiskannya. Terkadang yang dihasilkan tidak cukup untuk kebutuhannya sehari hari.
Di samping bekerja sebagai ikhtiar mencari uang, umat Islam memiliki cara tambahan agar dipermudah mendapatkan uang, yakni dengan melakukan amalan-amalan.
Banyak ulama memberikan amalan pelancar rezeki. Salah satunya ialah Habib Novel Alaydrus membagikan wirid duit. Simak penjelasan wirid duit dari ulama keturunan Rasulullah SAW ini.
Advertisement
2.
Dalam khazanah Jawa, falsafah "Urip iku mung mampir ngombe" mengandung makna bahwa hidup ini bersifat sementara. Seperti hanya mampir sejenak untuk minum.
Falsafah ini mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak terlalu terikat atau tergantung pada dunia materi dan kesenangan sementara, melainkan lebih fokus pada makna sejati dan tujuan hidup yang lebih mendalam.
Ini mengingatkan kita untuk bersikap bijaksana, rendah hati, dan memanfaatkan waktu kita dengan baik. Sebab kehidupan ini hanyalah singgah sejenak sebelum kita melanjutkan perjalanan yang lebih abadi.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha, memberikan pesan mendalam dalam salah satu ceramahnya. Ia menekankan bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara.
"Ning dunyo mung mampir ngumbe, hidup hanya mampir minum," kata Gus Baha saat memberikan pengajian, dikutip dari tayangan video di YoTube kanal @Bungato82.
Gus Baha menjelaskan bahwa usia manusia rata-rata hanya mencapai sekitar 60 hingga 70 tahun. "Awake dewe diluk kas, yo mati misale umur paling roto-roto sewidak pitungpuluh," jelasnya.
Menurutnya, usia yang terbatas ini seharusnya membuat kita lebih sadar akan pentingnya memanfaatkan waktu dengan baik.
3. Pesan Mendalam Buya Yahya, Hidup Jangan jadi Benalu
Benalu adalah tanaman parasit yang menempel pada pohon inangnya untuk menyerap nutrisi. Benalu sering kali melemahkan dan bahkan membunuh inang tersebut.
Secara metaforis, benalu juga menggambarkan seseorang atau sesuatu yang mengambil keuntungan dari orang lain tanpa memberi kontribusi balik, merugikan dan membebani pihak yang dimanfaatkan.
Baik dalam alam maupun kehidupan sosial, benalu menciptakan ketidakseimbangan yang dapat merusak lingkungan atau hubungan.
Buya Yahya, ulama yang dihormati dengan ceramah-ceramahnya yang tegas namun penuh kasih sayang, baru-baru ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menjadi orang beriman yang tidak mengganggu orang lain.
Mengutip ceramah yang diunggah di kanal YouTube @SahabatBuyaYahyaOfficial, ia menekankan bahwa hidup yang baik adalah hidup yang tidak menyusahkan orang lain.
"Jadi orang beriman itu enggak ganggu orang lain. Pastikan hidup Anda seperti itu," ujar Buya Yahya di hadapan para jamaahnya.
Ia menjelaskan bahwa sikap saling mengganggu dan membuat orang lain kesulitan adalah tanda bahwa seseorang belum sepenuhnya memahami esensi keimanan.
Advertisement