Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong transformasi ritel modern di era digital. Pasalnya, saat ini telah terjadi pergeseran pola perilaku konsumen dalam membeli produk ritel, khususnya melalui e-commerce.
Advertisement
Terlebih, pasar e-commerce punya potensi penjualan hingga mencapai USD 1,4 triliun, atau setara Rp 21.945 triliun (kurs Rp 15.675 per dolar AS) dalam 3 tahun ke depan.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan, menilai bahwa situasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pelaku usaha sektor ritel agar tetap bertahan dalam menjalankan bisnis.
"Kami mendorong transformasi ritel modern di era digital dengan memanfaatkan semua sarana pemasaran, termasuk niaga elektronik (e-commerce)," kata Kasan dalam keterangan tertulis, Kamis (15/8/2024).
Kasan mengungkapkan bahwa digitalisasi menjadi keharusan pada era baru pasca pandemi dalam tatanan perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Berbagai sektor perdagangan tetap harus terus beradaptasi dan berinovasi untuk memanfaatkan situasi saat ini, termasuk ritel modern.
Data Bank Indonesia
Berdasarkan data Bank Indonesia, penjualan produk ritel pasca pandemi sudah mengalami peningkatan, yang tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2024 yang diperkirakan mencapai 212, tumbuh 4,3 persen secara tahunan (YoY).
"Meningkatnya penjualan eceran didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta subkelompok sandang. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juli 2024 tercatat sebesar 123,4, sedikit menurun dibandingkan tahun lalu yang sebesar 123,5," terangnya.
"Meski demikian, angka tersebut masih menunjukkan posisi optimistis terhadap kondisi ekonomi ke depan. Dengan melihat potensi konsumsi masyarakat yang masih tinggi dan tingkat penjualan ritel yang masih prospektif, perlu upaya mendorong sektor ritel modern," sambung Kasan.
Pertumbuhan Paling Cepat
Sementara itu, Direktur Perdagangan, Investasi, dan Kerja Sama Ekonomi Internasional, Pande Nyoman Laksmi Kusumawati, memproyeksikan bahwa e-commerce akan menjadi saluran ritel dengan pertumbuhan tercepat.
Niaga elektronik diprediksi mampu memberikan kontribusi sebesar 24 persen pada penjualan ritel di 2027, melonjak dari 21 persen pada 2023.
"Ritel dengan sarana pemasaran niaga elektronik diproyeksikan menunjukkan peningkatan penjualan yang kuat, mencapai USD 1,4 triliun di 2022-2027. Potensi ini diperkirakan datang dari pasar negara berkembang sekitar 64 persen," ungkap Laksmi.
"Selain itu, dompet elektronik terus menjadi pilihan pembayaran. Penggunaannya diperkirakan akan meningkat dari 49 persen pada 2022 menjadi 54 persen pada 2026," pungkas dia.
Advertisement