Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatatkan level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) pada perdagangan Rabu, 14 Agustus 2024. IHSG ditutup pada level 7.436,039 atau naik sebesar 1,08% dan secara YTD naik 2,24%.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy menilai ada beberapa faktor yang mendorong naiknya kinerja IHSG. Salah satunya adalah semakin besarnya kemungkinan penurunan Fed Fund Rate dalam waktu dekat ini. Bahkan menurut Fedwatch Tool, peluang The Fed akan menurunkan suku bunga bulan depan adalah 100%.
Advertisement
"Hal ini juga menjelaskan kenapa dalam beberapa hari ini kita melihat Rupiah mengalami penguatan yang cukup signifikan terhadap USD. Saat ini sudah berada di level 15.600 per USD," kata Irvan kepada wartawan, Kamis (15/8/2024).
Selain itu, Bursa juga melihat Laporan Keuangan emiten kuartal II 2024 yang masih menunjukkan pertumbuhan. Terutama beberapa saham dengan kapitalisasi pasar besar juga diapresiasi positif oleh pelaku pasar. Jika hal ini terus berlanjut dan tidak ada gejolak yang signifikan di pasar, Irvan mengatakan kapitalisasi pasar berpotensi meningkat signifikan.
"Didorong oleh optimisme penurunan suku bunga, penguatan rupiah dan penambahan jumlah emiten tercatat serta kinerja emiten yang terus tumbuh, kami optimis dan berharap kapitalisasi pasar saham bisa menembus angka di USD 1 triliun pada tahun ini dari posisi saat ini di angka USD 773 miliar," kata Irvan.
Berlanjut Hari Ini
Penguatan IHSG berlanjut hingga awal perdagangan hari ini. Pada Kamis pagi, IHSG dibuka menguat 6,87 poin atau 0,09% menjadi 7.442,91. PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) berada pada posisi 7.800 pada akhir 2024.
Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan menjelaskan terdapat sejumlah kondisi yang bisa mempengaruhi kondisi pasar modal sampai akhir tahun.
"IHSG akhir tahun diperkirakan ada di Rp 7.800, ini berdasarkan valuasi dari segi PE dan juga pertumbuhan laba emiten," kata Katarina dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.
Advertisement
Bursa Saham Sempat Terpukul
Minat terhadap pasar saham domestik sempat terpukul oleh era suku bunga tinggi, membuat risk-free asset menjadi sangat menarik. Seiring siklus penurunan suku bunga, kondisi akan berubah dan membuat pasar saham kembali atraktif dilihat dari sudut pandang risk-return yang ditawarkan.
Didukung pula oleh harapan kebijakan pro pertumbuhan pemerintahan baru, minat investor terlihat meningkat, terutama dari investor asing yang sudah lebih dulu berinvestasi ke pasar dan membuat posisi arus dana asing kembali positif.