The Queen’s Gambit, Kisah Ambisi Beth Harmon Jadi Pecatur Terbaik

Nama The Queen's Gambit diambil dari salah satu strategi pembukaan dalam permainan catur yang sering digunakan oleh karakter utama serial ini, saat menghadapi lawan beratnya dari Uni Soviet, Vasily Borgov, di pertandingan final.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 15 Agu 2024, 14:15 WIB
Poster film The Queen's Gambit. (Foto: Netflix/ IMDb)

Liputan6.com, Jakarta The Queen's Gambit merupakan serial yang tayang di Netflix dan diadaptasi dari novel berjudul sama karya Walter Tevis. Serial ini menyuguhkan cerita tentang kehidupan seorang perempuan jenius yang menjadi juara catur dunia di era 1960-an. Nama The Queen's Gambit diambil dari salah satu strategi pembukaan dalam permainan catur yang sering digunakan oleh karakter utama serial ini, saat menghadapi lawan beratnya dari Uni Soviet, Vasily Borgov, di pertandingan final.

Elizabeth Harmon, atau yang akrab dipanggil Beth, adalah karakter jenius dengan kepribadian tertutup. Karakter ini diperankan dengan apik oleh aktris Anya Taylor-Joy, yang berhasil menggambarkan sosok Beth Harmon dengan sangat meyakinkan. 

Dari perjalanan hidup Beth yang penuh liku hingga pertarungan sengitnya di atas papan catur, The Queen's Gambit menawarkan kisah inspiratif dan menghibur yang menarik untuk diikuti. Berikut ulasan lebih lanjut tentang The Queen's Gambit yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (15/8/2024).


Sinopsis Serial The Queen

The Queen's Gambit. (PHIL BRAY/NETFLIX © 2020)

Dalam serial The Queen's Gambit, Taylor-Joy memerankan karakter Beth Harmon, seorang gadis yatim piatu yang cerdas dan berbakat, namun memiliki kepribadian yang dingin, pendiam, dan ambisius. Setelah kedua orang tuanya bercerai, hubungan mereka menjadi tidak jelas, dan Beth akhirnya harus tinggal di sebuah panti asuhan. Di sana, Beth tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan terkesan acuh tak acuh terhadap sekelilingnya. 

Akan tetapi segalanya berubah ketika ia tanpa sengaja melihat seorang petugas panti asuhan, William Schaibel, sedang bermain catur sendirian. Penasaran dengan permainan tersebut, Beth meminta Schaibel untuk mengajarinya.

Sejak saat itu, Beth menunjukkan minat yang besar dan bakat alami dalam permainan catur. Di panti asuhan, Beth juga rutin menerima vitamin dan obat-obatan yang diberikan kepada anak-anak penghuni panti. Namun, Beth menyalahgunakan obat penenang yang diberikan dengan mengumpulkannya dan mengonsumsinya sekaligus dalam jumlah banyak pada suatu malam. Obat penenang tersebut mempengaruhi pikirannya, membuatnnya untuk berimajinasi dan memvisualisasikan permainan catur di dalam benaknya.

Dengan kemampuan luar biasa tersebut, Beth berkembang menjadi seorang pecatur andal. Pada usia delapan tahun, ia sudah mampu mengalahkan pecatur yang jauh lebih tua darinya, termasuk Schaibel. Setelah diadopsi, Beth mulai mengikuti berbagai kompetisi catur. Ia memenangkan pertandingan pada percobaan pertamanya dan ambisinya untuk menjadi pecatur terbaik di dunia semakin menggelora.

Beth siap melakukan apa pun untuk mengalahkan semua lawannya, termasuk mengorbankan hubungan pertemanan yang dimilikinya. Tujuan besarnya hanya satu: menjadi juara dunia dengan mengalahkan pecatur Rusia, Vasily Borgov, yang merupakan juara bertahan pada saat itu.


Awalnya Direncanakan untuk Layar Lebar

THE QUEEN’S GAMBIT (Cr. PHIL BRAY/NETFLIX © 2020)

The Queen's Gambit awalnya direncanakan untuk diangkat ke layar lebar. Hingga kini, tiga dari enam novel karya Walter Tevis telah sukses diadaptasi ke dalam film. Novel The Queen's Gambit juga sempat akan difilmkan dengan aktris Ellen Page sebagai pemeran utama. Sayangnya, rencana tersebut harus batal setelah Page meninggal pada tahun 2008. Hal ini menyebabkan proyek adaptasi novel ini untuk layar lebar tidak terlaksana.

Aktris Anya Taylor-Joy, yang dikenal lewat perannya dalam serial Peaky Blinders dan film The Witch, langsung terpikat dengan proyek serial The Queen's Gambit tanpa perlu melihat naskahnya. Taylor-Joy memilih untuk bergabung karena terkesan dengan ide cerita dan karakter yang ditawarkan. Dalam serial ini, ia memerankan Elizabeth Harmon, seorang jawara catur fiktif dari Amerika Serikat pada era 1960-an. Karakter Beth Harmon digambarkan sebagai perempuan cerdas dan ambisius yang terjun ke dunia catur profesional.

Salah satu keistimewaan dari serial ini adalah akurasi dan otentisitas permainan catur yang ditampilkan. Di bawah bimbingan Bruce Pandolfini, seorang pelatih catur terkenal, dan Garry Kasparov, Grandmaster catur dunia, adegan-adegan permainan catur dalam serial ini direkam dengan langkah-langkah yang benar-benar sesuai dengan strategi catur profesional. Meski kamera tidak selalu menyoroti papan catur, para pemeran tetap menjalankan permainan sesuai dengan arahan yang diberikan.

Selain langkah-langkah yang akurat, kecepatan permainan catur dalam serial The Queen's Gambit juga dilakukan dengan kecepatan yang nyata. Para pemeran, termasuk Anya Taylor-Joy, mempelajari strategi dan teknik catur yang digunakan oleh para pecatur profesional. Hal ini membuat adegan-adegan pertandingan catur dalam serial tersebut tampak lebih realistis dan menegangkan. Taylor-Joy bahkan mengaku sempat merasa frustrasi saat mempelajari permainan catur dalam waktu singkat.

Desain kostum yang dikenakan oleh karakter Beth Harmon dalam serial ini juga menjadi salah satu aspek yang menarik. Pakaian yang dikenakan Beth, terutama saat pertandingan catur, didesain dengan inspirasi dari motif dan bentuk papan catur.


Adaptasi Kisah Nyata dan Kontroversi Sejarah

The Queen's Gambit (Foto: Netflix)

Serial The Queen's Gambit menuai kesuksesan luar biasa, termasuk meraih dua piala Golden Globe 2021. Dalam penggarapannya, beberapa bagian serial ini mengadaptasi kisah nyata dari dunia catur profesional, namun juga dianggap menyimpang dari sejarah dalam beberapa hal.

Salah satu karakter penting dalam serial ini adalah Benny Watts, yang diperankan oleh Thomas Brodie-Sangster. Karakter Benny dikembangkan berdasarkan kehidupan nyata Grandmaster catur legendaris, Bobby Fischer. Bobby Fischer dikenal sebagai salah satu pemain catur paling berbakat dalam sejarah, menjadi juara dunia pada usia 13 tahun dan menginspirasi banyak pecatur muda. Tevis, penulis novel aslinya, menciptakan karakter Benny sebagai penghormatan kepada Fischer, yang juga memiliki semangat kompetitif dan kecerdasan strategis yang tinggi.

Untuk memastikan keakuratan dan otentisitas permainan catur dalam serial ini, produser melibatkan Garry Kasparov, mantan Grandmaster dunia, dan Bruce Pandolfini, seorang pelatih catur ternama dari Amerika Serikat. Mereka direkrut untuk menyusun skenario permainan catur yang autentik sesuai dengan pertandingan profesional. 

Bahkan, sempat ada rencana untuk memasukkan Kasparov sebagai salah satu pemeran dalam serial tersebut, namun rencana ini tidak terealisasi. Peran Kasparov dan Pandolfini sangat penting dalam menciptakan adegan-adegan pertandingan catur yang tidak hanya realistis tetapi juga memikat penonton.

Meskipun serial ini berhasil mengangkat permainan catur dan karakter pecatur wanita ke dalam sorotan, The Queen's Gambit tidak lepas dari kontroversi. Polemik muncul ketika Nona Gaprindashvili, pecatur wanita asal Georgia yang kini berusia 80 tahun, mengajukan gugatan terhadap Netflix. Gaprindashvili, yang dikenal sebagai wanita pertama yang meraih gelar Grandmaster dari Federasi Catur Internasional (FIDE) pada 1978, merasa tersinggung dengan salah satu dialog dalam episode terakhir serial tersebut.

Dalam dialog tersebut, disebutkan bahwa Gaprindashvili tidak pernah bertanding melawan pecatur pria, sebuah pernyataan yang menurutnya tidak sesuai dengan fakta sejarah. Padahal, Gaprindashvili telah beberapa kali mengalahkan pecatur pria dalam turnamen internasional, baik saat mewakili Uni Soviet maupun Georgia. Selain itu, ia juga keberatan dengan penyebutan dirinya sebagai orang Rusia dalam serial tersebut, yang dianggap meremehkan asal-usulnya.

Gaprindashvili menuntut Netflix dengan nilai ganti rugi sebesar US$5 juta atau setara Rp 71,2 miliar, atas dasar pelanggaran ringan terkait privasi dan pencemaran nama baik. Netflix mencoba menciptakan karakter fiksi yang merintis jalan untuk wanita lain. Padahal, kenyataannya saya sudah merintis jalan dan menginspirasi generasi, ujar Gaprindashvili dalam wawancaranya dengan New York Times.

Menanggapi gugatan tersebut, Netflix menyatakan bahwa mereka sangat menghormati Nona Gaprindashvili dan kariernya yang luar biasa. Namun, mereka juga berupaya untuk menang dalam kasus ini dengan menganggap bahwa tuntutan yang diajukan oleh Gaprindashvili tidak memiliki dasar yang kuat. Pihak Netflix tetap optimis dengan pertahanan mereka dalam kasus ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya