Gemar Menulis Cerpen Inklusif, Penyandang Disabilitas Netra dari Magelang Berhasil Lolos Jadi Maba UNY

Pria kelahiran Magelang 2 Agustus 2000 itu kini resmi menjadi mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa Seni dan Budaya melalui jalur seleksi mandiri talent scouting

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Agu 2024, 09:00 WIB
Gemar Menulis Cerpen Inklusif, Penyandang Disabilitas Netra dari Magelang Berhasil Lolos Jadi Maba UNY. Foto: UNY.

Liputan6.com, Jakarta - Kegemaran menulis cerpen inklusif menjadi modal penyandang disabilitas netra, Ikhwan Khanafi, melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Pria kelahiran Magelang 2 Agustus 2000 itu kini resmi menjadi mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa Seni dan Budaya melalui jalur seleksi mandiri talent scouting.

Ia berkisah, banyak difabel yang tidak diterima di universitas negeri karena keterbatasan fisik atau kebutuhan khusus yang mereka miliki.

“Namun, hal ini justru memotivasi saya untuk berusaha lebih keras melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas karena punya mimpi besar” kata Ikhwan mengutip laman UNY, Kamis (15/8/2024).

Sejak kecil, Ikhwan sangat menyukai karya sastra seperti puisi, cerita, dan novel. Ia memiliki ketertarikan pada bidang tulis menulis sehingga memilih untuk menempuh pendidikan di program studi Sastra Indonesia. Pilihan ini tidak hanya untuk mengejar gelar akademik, tetapi juga untuk mengembangkan bakat dalam dunia sastra.

Berbekal sertifikat kejuaraan yang dimiliki baik dalam bidang sastra maupun karya ilmiah, warga Ngaglik, Kalipucang, Grabag, Magelang tersebut memutuskan untuk mendaftar lewat jalur mandiri. Ikhwan juga tergabung dalam Komunitas Yuk Menulis (KMY) dan memperoleh banyak ilmu tentang kepenulisan.

Sampai saat ini, ia juga telah menerbitkan dua buku antologi cerpen berjudul Menuai Hikmah dan Berkilau dalam Temaram yang mengisahkan pengalaman seorang penyandang tunanetra bersekolah di sekolah umum.


Berkilau dalam Temaram

Cerpen “Berkilau dalam Temaram” mengangkat betapa pentingnya nilai inklusif atau sebuah pengakuan dan penghargaan atas eksistensi perbedaan khususnya bagi para difabel.

Penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus tetap bisa melakukan kegiatan sehari-hari dan harus diperlakukan secara setara.

Selain fokus pada bidang kepenulisan, alumni MAN 2 Sleman tersebut juga memiliki rencana lain selama di UNY. Rencana ke depannya, Ikhwan ingin masuk Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia (KMSI) dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Al-Huda UNY.


Harapan Ikhwan

Ikhwan memiliki harapan besar untuk mendapatkan pengetahuan dan berbagi ilmu ke depannya.

“Jika masih diberikan kesempatan, saya ingin lanjut S2 karena cita-cita saya ingin menjadi guru. Saya ingin berbagi ilmu dan memotivasi orang lain bahwa kekurangan tidak menghambat untuk meraih pendidikan yang tinggi,” katanya.

Orangtua Ikhwan, Mudihanto dan Sujilah yang berprofesi sebagai petani bersyukur anaknya lolos UNY pada jalur mandiri talent scouting. 

“Saya senang dan bangga karena seorang mahasiswa difabel tunanetra jarang dapat diterima di universitas negeri. Yang penting anaknya nyaman dan dapat berkembang dengan baik, saya akan terus mengarahkan dan memberikan dukungan untuknya,” tutur Mudihanto.

Keberhasilan Ikhwan lolos perguruan tinggi membuktikan bahwa pendidikan berkualitas bisa diakses oleh semua, tanpa memandang keterbatasan. Pihak UNY mengaku sadar bahwa hal ini merupakan langkah penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang setara.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya