Guyonan Gus Baha, soal Kiai Kecil dan Kiai Besar

Gus Baha goyonan, dan ungkap alasan kiai kecil senang jika kiai besar tak hadir di acara kecil

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Agu 2024, 13:30 WIB
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), dengan ciri khas gaya bicaranya yang ringan namun penuh makna, seringkali menyelipkan guyonan dalam ceramahnya.

Dalam salah satu ceramah yang dikutip dari YouTube kanal @Menikmatihalal, Gus Baha bercerita tentang interaksinya dengan seorang kiai di sebuah kampung.

"Saya itu pernah diberi ucapan terima kasih oleh seorang kiai kecil. Dia bilang, 'Gus, matur nuwun, jenengan nggak datang'," kenang Gus Baha sambil tersenyum.

Kisah ini bermula ketika kiai tersebut tersebut diundang dalam sebuah acara kecil di lingkup RT atau RW. Gus Baha dengan santai menirukan ucapan sang kiai yang merasa senang karena dirinya tidak datang ke acara tersebut.

"Kalau di dunia kiai itu, kiai kecil kan diundang acara-acara kecil, ya kira-kira acara RT atau RW lah. Nah, kalau saya nggak datang, dia jadi lakon. Dia yang disalami, dia yang dicium tangan. Kalau saya datang, dia mahjub, nggak dianggap," lanjut Gus Baha, menggambarkan situasi yang penuh kehangatan.

Gus Baha mengakui bahwa kadang-kadang, kehadirannya di acara-acara kecil justru bisa memengaruhi "rezeki" kiai kecil.

"Dianggapnya uang Rp200.000 itu dari saya, padahal yang hadir di acara kecil itu juga berharap saya nggak datang, supaya yang kecil bisa tampil," katanya sambil tertawa kecil.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Mirip Toko Besar, dengan Toko Kelontong

Komunitas Kiai Kampung. (Istimewa)

Namun, meskipun terkesan lucu, Gus Baha menyoroti realitas sosial di balik guyonan tersebut. Kehadiran seorang kiai besar dalam acara-acara kecil sering kali dianggap sebagai hambatan bagi kiai kecil untuk mendapatkan perhatian dan penghormatan.

"Ini mirip dengan toko besar yang buka di samping warung kelontong kecil. Kalau toko besar buka, yang kecil jadi nggak laku. Tapi kalau nggak buka, dianggap sombong," jelas Gus Baha.

Kehadiran kiai besar di acara-acara kecil memang bisa memberikan kesan meriah. Namun di sisi lain bisa juga memunculkan rasa sungkan dari kiai kecil yang merasa tersaingi.

"Ketika kiai besar datang, kiai kecil ini jadi merasa nggak penting. Padahal, justru di acara-acara seperti itu mereka punya kesempatan untuk menunjukkan peran mereka," tambahnya.

Gus Baha pun memberikan pandangannya mengenai pentingnya memberi ruang bagi kiai kecil. "Kadang-kadang kita harus memberikan kesempatan kepada yang kecil untuk berkembang. Kalau terus-terusan kiai besar yang muncul, kapan yang kecil punya peluang?" tuturnya dengan penuh bijak.

Dalam pandangannya, Gus Baha menekankan bahwa setiap orang, baik kiai besar maupun kiai kecil, memiliki peran penting dalam masyarakat.

"Kita ini harus saling menghargai peran masing-masing. Kiai kecil pun punya tugas mulia yang harus kita akui dan hormati," ujarnya.


Jadi Kiai Besar Itu Dilema

Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto: SS YT Progresif TV)

Meski demikian, Gus Baha juga memahami dilema yang dihadapi oleh kiai besar saat diundang ke acara-acara kecil.

"Kalau datang dianggap menghalangi, kalau nggak datang dianggap sombong. Ini serba salah, tapi ya begitulah hidup," ucapnya sambil tersenyum lebar.

Guyonan ini juga menggambarkan bagaimana Gus Baha melihat dunia dengan penuh kesederhanaan dan kepekaan. Ia menyadari betul bahwa kehadiran seseorang dalam sebuah acara bisa memberikan dampak yang berbeda-beda tergantung perspektif yang melihatnya.

"Kadang kita nggak sadar, kehadiran kita bisa bikin orang lain merasa nggak nyaman, meskipun niat kita baik," tambahnya.

Gus Baha mengakhiri ceritanya dengan pesan penting bahwa dalam setiap kesempatan, baik kiai besar maupun kiai kecil, harus saling mendukung dan melengkapi.

"Yang penting adalah bagaimana kita bisa bersama-sama memberikan manfaat bagi masyarakat, tanpa memandang besar kecilnya peran kita," tutupnya dengan penuh kehangatan.

Guyonan Gus Baha ini tidak hanya menghadirkan tawa, tetapi juga refleksi tentang bagaimana kita harus bersikap dalam menjalani kehidupan sehari-hari, khususnya dalam menghargai peran dan posisi orang lain.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya