Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) kembali merosot terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada Kamis,15 Agustus 2024.
Rupiah ditutup melemah 24,5 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), walaupun sebelumnya sempat menguat 35 poin. Rupiah melemah di level Rp 15.699,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.675.
Advertisement
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.630 - Rp 15.720," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Kamis (15/8/2024).
Rupiah melemah seiring rilis inflasi AS yang mencatat kenaikan moderat pada bulan Juli 2024 dan peningkatan inflasi tahunan melambat menjadi di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir 3-1/2 tahun. Capaian itu memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bulan depan.
Menurut CME Fedwatch, para pedagang kini cenderung melihat pemangkasan yang lebih kecil, 25 basis poin oleh Fed pada bulan September. Alat tersebut sebelumnya mengindikasikan para pedagang terbagi atas pemangkasan 25 bps dan 50 bps, dengan yang terakhir menyajikan prospek yang lebih baik untuk pasar logam.
Sementara itu, pertumbuhan produksi pabrik Tiongkok melambat di bulan Juli. Penurunan juga terjadi pada produksi kilang turun untuk bulan keempat, yang menggarisbawahi pemulihan ekonomi negara yang tidak merata, yang juga membatasi kenaikan pasar.
"Namun, rilis data penjualan ritel di Tionkok tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli, membuat investor sebagian besar mengabaikan hasil yang lebih lemah dari perkiraan pada produksi industri dan investasi aset tetap, sementara tingkat pengangguran Tiongkok juga secara tak terduga tumbuh menjadi 4,2%," ungkap Ibrahim.
Utang Luar Negeri Indonesia Sentuh USD 408,6 miliar di Triwulan II 2024
Di dalam negeri, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tercatat sebesar USD 408,6 miliar pada triwulan II-2024 . Utang valas ini tumbuh sebesar 2,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebesar 0,2% (yoy) pada triwulan I 2024. Peningkatan tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta.
Sementara itu, ULN pemerintah kembali mencatat kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN pemerintah pada triwulan II-2024 sebesar US$ 191,0 miliar, atau mencatat kontraksi pertumbuhan 0,8% (yoy), berlanjut dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,9% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Advertisement