Liputan6.com, Jakarta Analis dari firma investasi AllianceBernstein, mengatakan seruan terbaru calon presiden AS Donald Trump agar Amerika Serikat (AS) memimpin produksi Bitcoin global dapat menciptakan peluang bisnis yang signifikan dan memacu pengembangan perangkat keras pertambangan buatan Amerika.
Mengingat pemilihan umum yang akan datang, usulan Trump untuk meningkatkan produksi Bitcoin dalam negeri dipandang sebagai katalis potensial bagi industri pertambangan.
Advertisement
"Kami yakin ini dapat menjadi pendorong penting bagi sektor pertambangan," tulis analis AllianceBernstein Sanskar Chindalia, Gautam Chhugani, dan Mahika Sapra dalam laporan terbaru, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (16/8/2024).
Para analis memperkirakan bahwa pasar chip dan perangkat keras pertambangan kripto dapat menghasilkan pendapatan hingga USD 20 miliar atau setara Rp 325,6 triliun selama lima tahun ke depan.
Proyeksi ini menggarisbawahi dampak ekonomi substansial yang dapat ditimbulkan oleh peralihan ke peralatan pertambangan Bitcoin buatan AS.
Operasi penambangan Bitcoin, yang mencetak koin digital baru dan memelihara jaringan mata uang kripto, memerlukan perangkat keras dan chip yang canggih dan seringkali mahal, yang sebagian besar saat ini berasal dari Tiongkok.
Namun, laporan dari AllianceBernstein menunjukkan perusahaan perangkat keras penambangan Amerika yang sedang berkembang seperti Block dan Auradine menghadirkan peluang untuk mendiversifikasi rantai pasokan penambangan, yang berpotensi menyebabkan lonjakan produksi dalam negeri.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Makin Ambisius Jadi Pusat Keuangan Digital, Ini Strategi Baru Uni Emirat Arab
Institut Akuntan Publik di Inggris dan Wales (ICAEW) telah bermitra dengan Federasi Bank Uni Emirat Arab (UEA) untuk membantu bisnis memahami dan beradaptasi dengan lanskap aset digital.
Kemitraan ini bertujuan untuk mendukung posisi Uni Emirat Arab sebagai pemimpin global dalam keuangan digital. Namun, tantangan seperti kurangnya akuntansi standar untuk aset digital dan kebutuhan akan keamanan siber yang kuat menjadi sorotan.
Kolaborasi ini terjadi saat mata uang digital bank sentral UEA (CBDC) mencapai fase uji coba lanjutan. Kepala ICAEW Timur Tengah Hanadi Khalife mengatakan kemitraan ini menegaskan kepemimpinan UEA dalam adopsi CBDC.
“UEA menetapkan standar global dengan adopsi CBDC secara proaktif. Kemitraan kami dengan Federasi Bank UEA merupakan bukti komitmen kami untuk memandu transformasi ini. Akuntan memainkan peran penting dalam memastikan kepatuhan dan keberhasilan organisasi di era digital baru ini,” kata Khalife, dikutip dari Bitcoin.com, Kamis (15/8/2024).
Sebuah acara virtual sebelum pengumuman ICAEW dan Federasi Bank UEA dilaporkan menyoroti potensi CBDC untuk mengubah operasi perbankan dan menekankan keniscayaan digitalisasi keuangan.
Advertisement
Kemajuan dalam CBDC dan Kecerdasan Buatan (AI).
Direktur Jenderal Federasi Bank UEA Jamal Saleh, yang juga seorang panelis, mengatakan UEA membuat kemajuan dalam CBDC dan kecerdasan buatan (AI).
Namun, ia memperingatkan bahwa merangkul aset digital memerlukan keamanan siber yang kuat dan kolaborasi antar departemen.
“Melalui upaya bersama, seperti kerja sama kami dengan ICAEW, dan peningkatan keterampilan yang konstan, perusahaan dapat mencapai integrasi aset digital yang aman dan patuh,” kata Saleh.
Sementara itu, panelis juga membahas tidak adanya kerangka akuntansi standar untuk aset digital dan dampaknya terhadap kepercayaan investor. Mereka mendesak organisasi untuk mengembangkan praktik akuntansi yang kuat dan menetapkan kerangka kerja yang jelas.