Liputan6.com, Jakarta - Setiap tanggal 17 Agustus, masyarakat Indonesia merayakan hari kemerdekaan. Tahun ini adalah peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan RI yang mengusung tema “Nusantara Baru, Indonesia Maju”.
Peringatan hari kemerdekaan dapat dimanfaatkan sebagai momentum meneladani perjuangan para pahlawan yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dari sekian banyak tokoh pahlawan, beberapa di antaranya dari kalangan ulama, khususnya keturunan Rasulullah SAW atau biasa disebut habib. Mereka tidak hanya berdakwah, tapi juga ikut terlibat langsung dalam membela Tanah Air.
Baca Juga
Advertisement
Para habib atau cucu nabi pejuang kemerdekaan RI punya peran berbeda-beda. Ada yang dengan fatwanya yang membakar semangat berjihad, melalui pendidikan, sampai merancang lambang Garuda.
Selain itu, ada pula cucu nabi yang menciptakan lagu Hari Merdeka. Lagu “17 Agustus” ini sering dinyanyikan saat peringatan HUT RI setiap tahunnya.
Siapa saja cucu nabi yang menjadi pejuang kemerdekaan RI? Berikut daftarnya sebagaimana dinukil dari kanal Islami Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan Ini:
1. Habib Salim bin Jindan
Habib Salim merupakan ulama kelahiran Surabaya 18 Rajab 1324 H atau 7 September 1906. Memiliki nama asli Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, ulama yang dijuluki ‘Gudang Ilmu’ pada zamannya ini, merupakan murid Syaikhuna Kholil bin Abdul Mutolib, yang masyhur dengan sebutan Mbah Kholil Bangkalan.
Beliau hijrah ke Jakarta, lalu membuka beberapa majelis ilmu di beberapa daerah, selain berdakwah, Al-Habib Salim juga menjadi pejuang terdepan untuk kemerdekaan Indonesia.
Habib Salim bahkan ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda, dengan tenaga, fatwa, dan pidatonya yang berapi-api.
Ulama yang ahli dalam berdebat dan orator ulung ini pernah ditangkap pada masa penjajahan Jepang dan Belanda, meski ditangkap, semangatnya dalam berjuang dan berdakwah sama sekali tidak surut.
Advertisement
2. Habib Ali Kwitang
Habib Ali Kwitang Al-Habsyi merupakan tokoh penting dalam jaringan habib pada akhir abad ke 19. Ia lahir pada tanggal 20 Jumadil Awal 1286/20 April 1870, dan wafat pada Ahad 20 Rajab 1388H/13 Oktober 1968.
Pada 1886, di tanah air Habib Ali Kwitang berguru kepada para alim ulama yang ada di Indonesia.Ia bahkan juga membangun pengajian tetap di Majelis Taklim Kwitang dan di tempat lainnya di seluruh Indonesia, mulai dari desa terpencil hingga luar negeri.
Para tokoh era pergerakan nasional, seperti guru Sayyid Usman Yahya, Habib Ali Kwitang juga merupakan tokoh politik dan pejuang kemerdekaan, pada masa itu, beliau aktif di Partai Syarikat Islam yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto dan Haji Agus Salim.
Di zaman pendudukan Jepang, Habib Ali Kwitang pernah di penjara bersama Haji Agus Salim, dengan mengobarkan semangat anti penjajah dengan membawa ayat-ayat Al-Qur'an serta Hadits Nabi yang menganjurkan melawan penjajah, Habib Ali Kwitang pernah mengungkap, “Penjajah adalah penindas, kafir, dan wajib diperangi!”
3. Habib Idrus bin Salim Al-Jufri
Habib Idrus bin Salim Al-Jufri lahir di Taris Hadramaut Yaman pada 15 Maret 1892.Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam di Sulawesi Tengah, ia juga dikenal sebagai tokoh nasionalis anti-penjajahan yang militan.
Kesetiaan dan rasa kagumnya pada Soekarno diungkapkan dalam sebuah syair kemerdekaan yang ditulis Habib Idrus pada tahun 1945, semasa hidupnya, Habib Idrus selalu berjuang dalam ranah pendidikan dan perjuangan kemerdekaan.
Madrasah al-Khairat yang didirikan Habib Idrus bin Salim Al-Jufri, selain sebagai media dakwah Islam, juga menjadi pusat perlawanan dan doktrinasi nilai-nilai Nasionalisme.
Syair yang Habib Idrus buat pada tahun 1945 bahkan dikenal sebagai syair yang bermakna perjuangan sarat Nasionalisme, meski berdarah Arab, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri mengungkapkan cintanya pada Indonesia dengan cara yang luar biasa.
Advertisement
4. Syarif Hamid II
Syarif Hamid II yang memiliki nama lengkap Syarif Abdul Hamid Alkadrie merupakan seorang Habib sekaligus Sultan di Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat yang merancang Lambang Garuda Pancasila.
Lelaki yang juga akrab disapa Sultan Hamid II ini merupakan putra Sulung Pontianak ke-6, yang lahir di Pontianak pada 12 Juli 1913, dan meninggal di Jakarta 30 Maret 1978, ia menempuh pendidikan di ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung.
Meski tidak tamat di Bandung, Syarif Hamid II lulus dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda, setelah lulus pada tahun 1937, Syarif Hamid II dilantik sebagai perwira KNIL dengan pangkat Letnan Dua.
Dalam perjuangannya, beliau juga ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk merancang lambang negara RI, Yaitu Garuda Pancasila, saat menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio, pada 10 Januari 1950, dibentuklah Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah Sultan Hamid II.
Susunan teknis pembuatan lambang negara ini, antara lain di isi oleh Muhammad Yamin, Ki Hajar Dewantoro, M.A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan R.M. Ngabehi Poerbatjaraka.
5. Habib Husein Mutahar
Habib Husein Mutahar merupakan pencipta lagu Hari Merdeka, atau yang dikenal 17 Agustus, yang biasa diputar menjelang hari HUT RI, dengan nama asli Muhammad bin Husein al Mutahar, beliau lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916.
Semasa hidupnya, Husein Mutahar dikenal sebagai sosok seniman dan musisi yang andal. Selain itu, beliau juga dikenal karena rasa berbaktinya kepada negara.
Selain menciptakan lagu Hari Merdeka, Habib Husein Mutahar juga menciptakan lagu Hymne Syukur, di mana lagu ini merupakan bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Advertisement