Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bersiap untuk mengikuti latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS) dan China, yang dinilai oleh para analis sebagai sikap nonblok RI di tengah persaingan AS dan China.
Melansir VOA Indonesia, Sabtu (17/8/2024), Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersiap menjadi tuan rumah latihan Super Garuda Shield yang dipimpin oleh AS dengan partisipasi puluhan negara, termasuk Jepang, Australia, Korea Selatan, Jerman, Singapura, dan Malaysia.
Advertisement
Latihan tahunan ini akan diadakan di provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan mulai tanggal 26 Agustus hingga 5 September.
Sementara itu, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Indonesia, para pejabat senior Indonesia dan China sepakat untuk mengadakan latihan militer bersama dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan keamanan regional, di antara sejumlah hal lainnya dalam pertemuan pada Selasa (13/8) di Jakarta.
Itu adalah pertemuan pejabat tinggi pertama dalam dialog gabungan tingkat menteri luar negeri dan pertahanan (2+2 SOM) yang akan ditingkatkan menjadi pertemuan tingkat menteri pada pemerintahan baru Indonesia tahun depan. Presiden terpilih Prabowo Subianto akan memulai masa jabatannya pada bulan Oktober.
Tunjukkan Netralitas Indonesia
Kedua negara sepakat untuk meluncurkan dialog 2+2 yang baru ketika Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada bulan Oktober di Beijing.
"Jika latihan berlangsung pada tahun depan, latihan bilateral dengan China akan mencerminkan upaya Indonesia untuk menunjukkan netralitasnya” berdasarkan kebijakan luar negeri “bebas dan aktif” yang bertujuan untuk mempersulit negara-negara besar mana pun untuk menarik Indonesia ke dalam lingkup pengaruhnya," kata Abdul Rahman Yaacob, seorang peneliti di Program Asia Tenggara di Lowy Institute.
Advertisement
Harus Bersikap Imbang
Sementara itu, jika latihan dengan China berfokus pada operasi tempur dan interoperabilitas, bukan bidang keamanan non-tradisional seperti pembajakan dan kontraterorisme dan dilakukan di Laut China Selatan yang diperebutkan, hal tersebut "akan menimbulkan tanda bahaya bagi AS dan sekutunya," lanjut Yaacob.
"Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo harus menyeimbangkan banyak faktor ketika merencanakan latihan dengan China, karena potensi dampaknya bisa besar," katanya.
AS dan sekutunya, termasuk Korea Selatan, Prancis, dan Jepang, dapat mempertimbangkan kembali keputusan untuk memasok sistem persenjataan canggih kepada Indonesia, tambahnya.
Indonesia, seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya, telah melakukan latihan bersama dengan AS dan China.