Liputan6.com, Jakarta Dalam menjalin hubungan, penting untuk memahami berbagai ciri yang dapat menunjukkan apakah seseorang berpotensi menjadi partner yang sehat atau berisiko. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah bagaimana seorang pria berinteraksi secara fisik. Sementara interaksi fisik dapat menjadi tanda kedekatan dan kasih sayang, ada kalanya kecenderungan ini dapat menutupi potensi masalah, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Tanda-tanda pria yang gemar berinteraksi fisik bisa jadi tampak positif pada awalnya, seperti sering memeluk atau menggenggam tangan pasangan. Namun, penting untuk membedakan antara ekspresi kasih sayang yang sehat dan perilaku yang mungkin menunjukkan pola pengendalian atau kekerasan. Identifikasi pola perilaku yang tidak sesuai, seperti pengendalian berlebihan atau ketidaknyamanan saat melakukan interaksi fisik, dapat membantu menghindari risiko yang lebih besar.
Advertisement
Dengan memahami ciri-ciri ini, seseorang dapat lebih waspada dan berhati-hati dalam memilih pasangan. Mengidentifikasi dan memahami indikasi awal dari potensi KDRT akan membantu dalam menjaga kesehatan hubungan dan memastikan bahwa interaksi fisik dalam sebuah hubungan tetap dalam batas yang sehat dan saling menghargai, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (17/8/2024).
Seorang pria yang terlihat baik di permukaan namun sebenarnya cenderung melakukan kekerasan sering kali menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Salah satunya adalah kemampuannya untuk meminta maaf dengan mudah setelah marah dan melontarkan kata-kata yang menyakitkan kepada pasangannya. Ia memiliki perilaku yang berubah-ubah, antara bersikap baik dan marah. Meskipun kekerasan fisik mungkin belum terjadi, ia sudah sering menggunakan bahasa yang kasar yang dapat melukai perasaan. Pada akhirnya, dia lah yang meminta agar dimaafkan.
1. Perubahan suasana hati dapat terjadi dengan mudah.
Perubahan suasana hati yang mendalam dan mendadak merupakan salah satu indikasi utama dari pria yang cenderung melakukan kekerasan. Seorang pria yang biasanya bersikap baik dapat dengan cepat bertransformasi menjadi sangat marah atau frustrasi hanya karena hal-hal sepele. Hal-hal kecil dapat dengan mudah memicu kemarahannya, bahkan membuatnya mengeluarkan kata-kata yang kasar. Perubahan emosi ini sering kali disertai dengan tindakan yang agresif atau mengancam.
Advertisement
2. Proteksi yang berubah menjadi kepemilikan.
Seorang pria yang cenderung melakukan kekerasan biasanya berusaha menguasai kehidupan pasangannya secara berlebihan. Ia berupaya mengendalikan berbagai aspek dalam hidup pasangan dengan alasan menunjukkan perhatian, tetapi sayangnya hal ini malah mengganggu kenyamanan pasangan dalam berinteraksi sosial. Tindakan ini mencakup pengaturan mengenai siapa yang boleh ditemui, jenis pakaian yang boleh digunakan, durasi pertemuan, dan lain-lain. Kontrol yang berlebihan ini sering kali disamarkan sebagai bentuk perlindungan atau keinginan untuk menjaga.
3. Rasa cemburu yang disampaikan dengan cara perhatian.
Perasaan cemburu yang berlebihan dan tidak berdasar merupakan indikasi lain dari pria yang cenderung melakukan kekerasan. Pria yang bersikap kasar sering kali merasa tidak aman dan mudah cemburu terhadap hal-hal sepele, bahkan tanpa alasan yang jelas. Mereka cenderung menuduh pasangan mereka selingkuh atau berbohong meskipun tidak ada bukti yang jelas. Tuduhan tersebut biasanya muncul dari prasangka dan kecurigaan yang berasal dari pikiran negatif mereka sendiri.
Advertisement
4. Mengurangi interaksi untuk tujuan yang lebih baik.
Apakah Anda pernah berjumpa dengan pria yang berusaha membatasi komunikasi pasangannya dengan teman-teman dan keluarganya? Mengisolasi pasangan dari orang-orang terdekat adalah strategi yang sering diterapkan oleh pria yang cenderung melakukan kekerasan. Mereka mungkin berusaha memutuskan hubungan pasangan dengan orang-orang di sekitarnya agar lebih mudah untuk mengendalikan, mengancam, dan memanipulasi. Akibatnya, pasangan akan merasa tergantung padanya karena tidak memiliki dukungan dari orang lain.
5. Menunjukkan sikap pasif-agresif.
Bersikap pasif agresif berarti tidak menyampaikan niat sebenarnya saat berkomunikasi. Seseorang mungkin terlihat mengatakan 'terserah', namun ketika pasangan melakukan sesuatu yang disukainya, ia malah menunjukkan kemarahan yang besar. Meskipun mengklaim tidak marah, ia malah memblokir kontak dan melakukan teror dengan ancaman yang tidak menyenangkan. Pria yang cenderung melakukan kekerasan juga sering kali merendahkan pasangannya secara verbal, sehingga membuat pasangannya merasa tidak berharga atau kurang mampu. Ini adalah suatu cara untuk meruntuhkan kepercayaan diri pasangan agar ia merasa lebih superior.
Advertisement