Pekerjaan Rumah Berat Membranding Rempah Indonesia ke Dunia

Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk membuat rempah Indonesia mendunia adalah membuat gerakan Indonesia Spice Up The World. Namun ada banyak tantangan dan pekerjaan rumah yang harus dihadapi.

oleh Henry diperbarui 17 Agu 2024, 08:39 WIB
IIlustrasi makanan dari rempah Indonesia di luar negeri (KBRI Den Haag)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak berabad-abad lalu, Indonesia memiliki potensi sumber daya yang melimpah termasuk keragaman budaya dan rempah-rempah yang menjadi daya tarik tersendiri di mata dunia. Karena itu, potensi tersebut perlu dikembangkan agar mampu menjadi nilai jual sekaligus fondasi ketahanan pangan nasional. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk membuat rempah Indonesia mendunia adalah membuat gerakan Indonesia Spice Up The World (ISUTW).

Gerakan nasional yang diusung pemerintah dan dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sejak Juni 2020 dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi di pariwisata, perdagangan dan investasi melalui industri gastronomi, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dari unsur pentahelix (Akademisi, Bisnis, Komunitas, Asosiasi, Pemerintah dan Media) termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Menurut Rizki Handayani selaku Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, hingga saat ini berbagai program dan kegiatan dari lintas kementerian dan lembaga terus digalakan dalam mendukung program ISUTW sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, untuk dapat mencapai target meningkatnya nilai ekspor bumbu dan rempah Indonesia hingga mencapai USD2 miliar dan mengaktivasi 4.000 restoran Indonesia di mancanegara pada 2024.

"Berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan dari Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri pada tahun 2021, terdapat 1.177 restoran Indonesia di luar negeri, dan saat ini Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri masih terus memantau data capaian tersebut dan kami masih menunggu rilis data terupdate.," terang Rizki Handayani dalam keterangan tertulisnya pada Liputan6.com, Jumat, 16 Agustus 2024.

Selain itu Kemenparekraf juga melakukan pendampingan bagi pelaku bisnis kuliner Indonesia yang ingin ekspansi ke luar negeri, dengan cara mempertemukan pelaku bisnis dengan calon investor maupun mitra di bidang perizinan, standardisasi, sertifikasi dan lain-lain melalui business matching.

Sejauh ini program Indonesia SUTW telah berjalan dengan mempromosikan makanan khas Indonesia yaitu rendang. nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado. Kemudian juga diikuti berbagai bumbu pendukung lainnya, seperti kecap manis dan kacang tanah. Sementara untuk bumbu rempah prioritas ekspor Indonesia berupa lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanila

Sejumlah usaha sudah dilakukan Kemenparekraf salah satunya di Festival La Maison de L’Indonesie (LMDI) pada Mei 2023. Kemenparekraf/Baparekraf telah mempromosikan produk kreatif kuliner Indonesia melalui festival La Maison de L’Indonesie (LMDI), Paris, dengan tujuan untuk memperluas akses pasar bagi para pelaku bisnis kuliner Indonesia, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan nilai ekspor bumbu dan rempah Indonesia.

Selain itu beberapa Kementerian/ lembaga lain seperti Kementerian Perdagangan dan GAPMMI juga secara intens melakukan promosi kuliner, bumbu dan rempah Indonesia di luar negeri sebagai bagian dari pendukungan program ISUTW.

 


Usulan Kemenparekraf Soal Rempah Indonesia

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani (Photo:Him Saifanah)

Namun di sisi lain ada beberapa faktor penghambat dalam membrranding rempah Indonesia di dunia dan masih jadi pekerjaan rumah berbagai pihak di Indonesia sampai saat ini. Untuk program SUTW misalnya, salah satu hambatannya menurut Rizki atau biasa disapa Kiki adalah belum adanya pendataan terstruktur dan sistematis mengenai supply dan demand terhadap produk kuliner, bumbu dan rempah Indonesia di mancanegara, sehingga intervensi dukungan kegiatan yang dibutuhkan kurang efektif.

Kesulitan lainnya adalah masih minimnya pasokan bumbu dan bahan masakan yang berkualitas, sustainable dan affordable. Untuk itu, Kemenparekraf memberikan sejumlah saran dan usulan untuk lebih membranding dan mempromosikan rempah Indonesia. "Kita mendorong Asosiasi diaspora/kuliner di setiap negara untuk dapat membangun database bisnis kuliner Indonesia dan kebutuhan pasokan bumbu/ rempah dan jangan lupa meningkatkan kapasitas dan kualitas usaha dan SDM,” jelas Rizky.

"Selain itu perlu ada pendampingan usaha baik di bidang manajemen bisnis, perizinan, sertifikasi maupun standardisasi. Lalu perlu dukungan pembiayaan dan insentif bagi pengembangan bisnis restoran, serta pengembangan ekspor bumbu dan rempah Indonesia di luar negeri. Terakhir, peningkatan promosi, pendukungan logistic dan supply chain/akses pasar bagi bisnis kuliner, produk bumbu dan rempah Indonesia di mancanegara," tutupnya.

Pihak lainnya yang jadi salah satu ujung tombak branding dan promosi rempah Indonesia di dunia adalah Kementerian Luar Negeru (Kemlu) melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di berbagai negara, termasiuk di Belanda. Menururt KBRI di DenHaag, Belanda pada Liputan6.com, Jumat, perkembangan ekspor rempah Indonesia ke Belanda menunjukkan adanya variasi dalam nilai ekspor dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data yang ada, tiga produk rempah utama yang diekspor oleh Indonesia ke Belanda adalah pala, bunga pala, dan kapulaga (kode produk '0908), kayu manis dan bunga kayu manis (kode produk '0906), serta lada dan cabai kering (kode produk '0904). KBRI Den Haag sendiri secara aktif terlibat dalam berbagai inisiatif untuk mempromosikan rempah-rempah Indonesia di pasar internasional, khususnya di Belanda. 


Kegiatan KBRI Den Haag Promosikan Rempah

Ilustrasi rempah-rempah. (dok. Taken/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Beberapa upaya yang dilakukan antara lain, Business Matching, yaitu kerap mengadakan kegiatan yang mempertemukan pelaku usaha Indonesia dengan importir, distributor, dan pengusaha Belanda. Business matching ini dinilai sangat efektif dalam membuka peluang bisnis baru dan memperkenalkan kualitas serta keunggulan rempah Indonesia langsung kepada para pelaku industri di Belanda.

KBRI Den Haag juga rutin menggelar event bazar yang mempromosikan berbagai produk Indonesia, termasuk rempah-rempah. Melalui bazar ini, masyarakat lokal dan internasional di Belanda dapat secara langsung merasakan dan membeli rempah-rempah Indonesia, sekaligus meningkatkan kesadaran akan keberadaan dan kualitas produk rempah Indonesia di pasar Belanda.

Selain menyelenggarakan event sendiri, KBRI Den Haag juga aktif berpartisipasi dalam berbagai pameran dan festival internasional di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya. Kehadiran KBRI Den Haag di event-event tersebut sangat penting dalam mendukung keterlibatan produk rempah Indonesia di pasar internasional. Dengan berpartisipasi dalam event yang melibatkan berbagai negara,

Seperti halnya Kemenparekraf, pihak KBRI Deb Haag juga menghadapi kesulitan serta tantangan, salah satunya adalah menjaga konsistensi kualitas rempah-rempah yang diekspor. Lalu, standar mutu dan keamanan pangan internasional yang ketat seringkali menjadi kendala bagi rempah-rempah Indonesia. Beberapa produk mungkin belum memenuhi standar internasional, baik dari segi kualitas, keamanan, maupun sertifikasi yang diperlukan untuk memasuki pasar tertentu. Hal ini menghambat produk Indonesia untuk bersaing di pasar global yang semakin kompetitif.

Untuk itu, KBRI Den Haag memberukan beberapa usulan, seperti produsen dan eksportir perlu fokus pada peningkatan kualitas produk melalui penerapan praktik pertanian dan pengolahan yang lebih baik, serta memastikan bahwa produk memenuhi standar internasional. Ini termasuk mendapatkan sertifikasi yang diakui secara global, seperti sertifikasi organik, sertifikasi ramah lingkungan, atau standar ISO, untuk meningkatkan kepercayaan pasar.


Perkembangan Rempah Indonesia di Luar Negeri

Rempah-rempah Indonesia. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Para produsen rempah juga perlu beradaptasi dengan preferensi konsumennya, seperti di Belanda yang mengutamakan produk organik dan ramah lingkungan. Ini bisa dicapai dengan mengembangkan praktik pertanian organik dan mendapatkan sertifikasi yang relevan, sehingga produk rempah Indonesia dapat memenuhi harapan pasar Belanda yang semakin peduli terhadap isu-isu keberlanjutan.

Yang tak kalah pebting adalah pemberian edukasi dan pelatihan kepada petani dan produsen mengenai pentingnya standar internasional, praktik terbaik dalam produksi rempah-rempah, serta kebutuhan pasar terhadap produk organik dan ramah lingkungan sangat penting. Pemerintah, melalui KBRI dan badan terkait, dapat berperan dalam menyediakan akses ke pelatihan ini, serta memfasilitasi kerja sama antara produsen lokal dan pakar internasional.

Sementara itu, menurut Asosiasi Komunitas Rempah Indonesia (AKREN), perkembangan rempah Indonesia di luar negeri cukup menggembirakan. Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat sepanjang 2023 volume ekspor rempah-rempah mencapai 148,22 ribu ton. Realisasi itu naik 29,77 persen dibandng 2022 dengan total nilai ekspor menembus USD564,12 juta.

Produk rempah seperti cengkeh, pala, dan lada menjadi sangat diminati di pasar Eropa dan Amerika. Negara-negara tujuan utama ekspor rempah meliputi Tiongkok, Amerika Serikat, India, Vietnam, dan Belanda. Sementara peningkatan ekspor tertinggi pada periode Januari-November 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya adalah Bangladesh, Pakistan, Tiongkok, India dan Peru.

Ragam khasiat dan manfaat rempah-rempah sangat beragam yang dibutuhkan dalam banyak industri, mulai dari makanan, kosmetik, hingga obat-obatan.Namun menurut AKREN tantangan tetap ada. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan konsumen luar negeri tentang keunggulan produk rempah Indonesia. 


Membuat Roadmap dalam Mendukung Rempah Nusantara

Gemar Rempah Nusantara. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Sejauh ini menurut AKREN, pemerintah telah menunjukkan dukungan yang baik dalam mempromosikan produk rempah melalui diplomasi ekonomi dan partisipasi dalam pameran internasional.

"Namun, harapan kami adalah agar pemerintah lebih fokus dalam mengembangkan strategi pemasaran yang efisien dan berkelanjutan, serta memberikan pelatihan kepada petani dan pengusaha lokal untuk meningkatkan kualitas produk dan daya saing,” terang Poppy Zeidra selaku Chief of Communication AKREN & CEO Indonesia Business Tade Solution pada liputan6.com, Jumat.

Program yang menargetkan pasar tertentu dengan pendekatan yang lebih personal dinilai akan sangat membantu dalam meningkatkan penjualan rempah di luar negeri. Untuk itu, AKREN, berencana untuk membuat roadmap dalam mendukung rempah nusantara dan jalur rempah, dengan membuat satu platform bersama dengan Indonesia Business trade. Solution.

Mereka ingin menjadi jembatan seluruh lokomotif ekonomi di industri rempah. kegiatan promosi juga akan terus dilakukan termasuk seminar dan workshop di luar negeri untuk meningkatkan pemahaman mengenai rempah Indonesia.  "Dalam ajang Gemar Rempah Nusantara pekan lalu, kami berhasil menarik perhatian lebih dari 1.500 pengunjung, termasuk pembeli potensial dan eksportir. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 70 persen pengunjung menunjukkan minat untuk melakukan pembelian atau kerjasama.,” ujar Poppy.

"Ini menggambarkan bahwa minat terhadap rempah Indonesia semakin meningkat. Kami akan terus memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan jejak rempah Indonesia di panggung global, dan terus mencari cara untuk memperluas jaringan kami di luar negeri," pungkasnya.

 

Infografis Rempah Indonesia Kaya Manfaat.  (Liputan6.com/Henry)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya