Kisah Bung Karno Muda Bertemu KH Ahmad Dahlan, Tertarik Pemikirannya lantas jadi Aktivis Muhammadiyah

Bagaimana awal mula Bung Karno menjadi aktivis Muhammadiyah? Mengapa presiden pertama RI itu ingin gabung organisasi Islam yang didirikan tahun 1912?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 18 Agu 2024, 03:30 WIB
Bung Karno dan KH Ahmad Dahlan. (Foto: Wikipedia dan muhammadiyah.or.id)

Liputan6.com, Jakarta - Soekarno atau Bung Karno adalah seorang pahlawan nasional sekaligus presiden pertama RI yang membacakan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Namun, yang jarang diketahui adalah soal keaktifan Soekarno di organisasi Islam yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah. Wajar karena yang lebih menonjol dari Soekarno adalah nasionalismenya.

Bagaimana awal mula Bung Karno menjadi aktivis Muhammadiyah? Mengapa presiden pertama RI itu ingin gabung organisasi Islam yang didirikan tahun 1912?

Ketika Bung Karno sekolah di HBS Surabaya saat berusia 15 tahun, ia dititipkan oleh ayahnya, Raden Sukemi, di rumah Haji Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto di Gang Peneleh, No. VII, Genteng, Surabaya.

Di rumah itulah Bung Karno mulai dekat dengan Muhammadiyah. Itu lantaran kebiasaan Kiai Ahmad Dahlan sering mengunjungi indekos Tjokroaminoto untuk bertukar pikiran dan mengajar murid-murid Tjokroaminoto, termasuk Soekarno.

“Sejak menimba ilmu dan mengajar di rumah Hos Cokroaminoto, Bung Karno tertarik pada pikiran-pikiran Kiai Dahlan yang menghadirkan kemajuan. Setelah itu, Bung Karno resmi menjadi anggota Muhammadiyah,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, Sabtu (17/8/2024).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Semakin Dekat dengan Muhammadiyah ketika Diasingkan ke Bengkulu

Rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu terdapat satu sumur tua. Konon, menurut warga sekitar air sumur tersebut dapat membuat awet muda dan memperoleh keturunan. (Wikimedia)

Soekarno semakin dekat dengan Muhammadiyah ketika ia diasingkan oleh kolonial Belanda ke Bengkulu pada 1938. Di sana, ia sering berinteraksi dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah setempat. 

Hassan Din adalah tokoh Muhammadiyah Bengkulu yang memainkan peran keterlibatan struktural Soekarno di Muhammadiyah. Hassan Di awalnya melihat bahwa Soekarno mempunyai corak pemikiran Islam yang senada dengan Muhammadiyah.

Kemudian Soekarno dipercaya sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah Daerah Bengkulu. Meski sudah menjadi anggota Muhammadiyah, ia juga kerap mengkritik pemahaman keagamaan anggota Muhammadiyah, seperti penggunaan tabir pemisah antara anggota laki-laki dan perempuan.

Tak hanya mendekatkan Soekarno dengan Muhammadiyah, ia juga menjadikan pemilik nama kecil Koesno Sosrodihardjo itu menjadi menantunya. Soekarno menikah dengan Fatmawati yang aktif sebagai Nasyiatul ‘Aisyiyah.


Alasan Tertarik dengan Muhammadiyah

Kata mutiara dari sang Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno bikin kamu makin semangat menjalani hidup. (via: jassmerah.org)

Haedar mengungkapkan alasan Soekarno tertarik dengan Muhammadiyah, karena pemikiran Soekarno sejalan dengan Muhammadiyah yakni menghadirkan Islam yang progresif. Dia juga tertarik dengan pemikiran-pemikiran Kiai Ahmad Dahlan.

“Bung Karno mengatakan kenapa saya masuk menjadi anggota Muhammadiyah karena Muhammadiyah bagi dia sesuai dengan alam pikirannya, yakni menghadirkan Islam yang progresif, dan Kiai Dahlan menghadirkan regeneration dan redifination atau peremajaan dan pemudaan pemikiran Islam dan gerakan Islam,” ungkap Haedar.

Dapat dikatakan, Bung Karno dan Muhammadiyah dipertemukan dengan visi keislaman yang sama, yaitu Islam berkemajuan.

Pada 1962 ketika Muktamar Muhammadiyah untuk usianya yang ke-50 tahun, Bung Karno meminta namanya tetap dicatat sebagai kader dan ketika meninggal dikafani bendera Muhammadiyah.

Itulah kisah awal mula Bung Karno menjadi aktivis Muhammadiyah. Kisah ini disarikan dari laman muhammadiyah.or.id dan suaraaisyiyah.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya