Selamat Jalan FSO Arco Ardjuna, Kapal Penampung Minyak Tertua di Dunia

Momen kepergian FSO Arco Ardjuna disambut antusias para kru pekerja seperti saat kedatangannya.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Agu 2024, 10:35 WIB
FSO Arco Ardjuna, yang mendukung operasi hulu migas lepas pantai Blok ONWJ, adalah fasilitas penampungan minyak terapung tertua yang masih beroperasi di dunia. (Foto: Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - Dari kursi di ruang kendali kapal penampung minyak mentah FSO (Floating Storage and Offloading) Arco Ardjuna atau FSO Arco Ardjuna, adegan demi adegan bergulir. Bagai lengan, crane kuning-hitam melambai-lambai ibarat mengucapkan selamat tinggal. Cat biru kapal perlahan memudar menyatu dengan warna biru langit dan air laut.

Terdengar suara riuh rendah yang bersumber dari blok akomodasi kapal. Tampak lima kapal mengelilingi, dua di kanan, dua di kiri, dan satu di belakang.

Ruang kendali itu terletak di titik paling tinggi anjungan kapal. Selama 52 tahun, hanya puluhan personil yang pernah duduk di kursi ruang kendali FSO Arco Ardjuna. Mengomandoi, secara total, 4.350 kegiatan lifting minyak mentah.

Seperti saat kedatangannya, momen kepergian FSO Arco Ardjuna disambut antusias para kru pekerja. Bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Sabtu, 17 Agustus 2024, General Manager Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) Muzwir Wiratama melepas FSO Arco Ardjuna dengan membunyikan hand horn, dari atas Central Plant Flowstation yang berjarak sekitar satu kilometer dari FSO Arco Ardjuna.

Lengkingan panjang hand horn membahana, mengalahkan bunyi deburan ombak Laut Jawa. Kali ini, bunyi keras hand horn tersebut bermakna lain. Sebuah momen refleksi yang menyimbolkan apresiasi atas dedikasi dan kontribusi yang telah diberikan FSO Arco Ardjuna selama lebih dari lima dekade bertugas.

Lima kapal yang mengelilingi Arco Ardjuna merespons lengkingan itu dengan mengaktifkan sistem “Fifi”, atau firefighting. Semprotan air dari kapal-kapal ini dan lambaian tangan para kru pekerja mengiringi prosesi pelepasan FSO Arco Ardjuna.

"Hari ini kita tidak hanya mengucapkan selamat jalan kepada sebuah kapal. Lebih dari itu, kita memberikan penghormatan terakhir untuk FSO Arco Ardjuna, sebuah fasilitas yang memiliki guratan sejarah panjang," kata Muzwir Wiratama, demikian dikutip dari keterangan resmi, Minggu (18/8/2024).

"Semoga catatan berharga dan warisan Arco Ardjuna terus hidup dalam setiap langkah kita ke depan, yang menyalakan semangat kita untuk senantiasa bekerja dengan andal dan selamat guna pemenuhan kebutuhan energi bangsa."

 

 

 

 


Dukung Operasi Hulu Migas

Floating Storage and Offloading (FSO) Arco Ardjuna, kapal penampung produksi minyak mentah milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), mengakhiri masa baktinya hari ini, Rabu (14/8/2024), setelah lebih dari 50 tahun berkontribusi terhadap kebutuhan minyak dan gas tanah air.

FSO Arco Ardjuna, yang mendukung operasi hulu migas lepas pantai Blok ONWJ, adalah fasilitas penampungan minyak terapung tertua yang masih beroperasi di dunia. Pertama kali dioperasikan oleh Arco pada 1972, pengelolaan aset ini kemudian berpindah seiring alih kelola wilayah kerja ONWJ, sampai akhirnya dikelola oleh PHE ONWJ pada 2009.

Perjalanan panjang FSO Arco Ardjuna menjadi sempurna dengan torehan tidak pernah mengalami lost time incident (LTI) sejak pencatatan dilakukan pada tahun 2011. Lost time incident adalah terminologi kinerja keselamatan untuk insiden kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan cacat permanen atau kehilangan waktu kerja selama satu hari atau lebih.

Dengan catatan kinerja ini, FSO Arco Ardjuna merupakan salah satu tempat kerja yang paling selamat dan aman bagi para pekerjanya.

Aktivitas lifting terakhir dari FSO Arco Ardjuna dilakukan pada 14 Agustus 2024. Dua ratus ribu barel minyak mentah dialihkan ke kapal tanker MT. Success Dalia XLVIII untuk dikirim ke kilang Plaju di Palembang.

Sepanjang masa pengabdiannya, FSO Arco Ardjuna telah menampung dan menyalurkan total minyak mentah sekitar 1,28 miliar barel minyak bagi ketahanan energi negeri.

Berbobot 153.202 ton, FSO Arco Ardjuna memiliki dimensi panjang 142,6 meter dan lebar 48,2 meter, dan berkapasitas penyimpanan terpasang sebesar satu juta barel.

 

Sumur Pinang (PN)-066 yang berlokasi di Wilayah Kerja (WK) Rokan milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). (Dok Pertamina)

Sebelumnya, PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling), anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berhasil memproduksi minyak lebih dari 1.000 barel minyak per hari (BOPD) melalui operasi pengeboran Rig PDSI#51.2/PD550-M.

Pencapaian produksi minyak tersebut merupakan hasil produksi Sumur Pinang (PN)-066 yang berlokasi di Wilayah Kerja (WK) Rokan milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada Jumat (2/8/2024). 

Beroperasi sejak tajak Sumur PN-066 pada 12 Juli 2024, dengan target pengeboran selama 16 hari, Rig PDSI#51.2 sukses memproduksi minyak sebesar 1.134 BOPD.

"Produksi Sumur PN-066 menyentuh diatas 1.000 BOPD. Terima kasih atas kontribusinya sehingga Sumur PN-066 dapat dibor dengan aman dan melebihi target produksi. Selama beroperasi, Rig PDSI#51.2 berhasil mencatatkan Safe Man Hours sebesar 833.478 jam kerja selamat," jelas Manager Rig Operation I Pertamina Drilling Zainal Arifin, Sabtu (10/8/2024).

Rig PDSI#51.2 merupakan sebuah Fast-Moving Type Rig berkapasitas 550 horsepower (HP) yang berkontribusi terhadap pencapaian produksi PHR pada 2023, dan juga meraih penghargaan 2nd Best Performance kategori Drilling Rig dan Best Rig/Hoist Performance pada Februari lalu atas kinerja operasionalnya sepanjang 2023.

Zainal menilai, produksi minyak Rig PDSI#51.2/PD550-M ini jadi komitmen Pertamina Drilling mengejar target produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.

"Ke depannya, Pertamina Drilling juga terus berupaya untuk berkontribusi terhadap produksi migas dalam negeri melalui operasi pengeboran yang aman dan selamat," pungkas Zainal. 

 


Pertamina Patra Niaga RJBB Gencar Sosialisaikan QR Code Pertalite di Jawa Bagian Barat

Papan petunjuk BBM yang berada di SPBU, Jakarta, Kamis (5/1). Penetapan harga BBM Umum jenis Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite dan Pertalite merupakan kebijakan korporasi Pertamina. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya pengguna Pertalite agar mendaftarkan kendaraannya dan mendapatkan QR Code.

Upaya ini dilakukan Pertamina Patra Niaga dalam rangkaian mewujudkan Subsidi Tepat di wilayah operasional Regional Jawa Bagian Barat yang mencakup Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Pjs. Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Joevan Yudha Achmad menyampaikan bahwa pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah Regional Jawa Bagian Barat agar implementasi Subsidi Tepat Pertalite dapat terlaksana dengan optimal.

“Program Subsidi Tepat Pertalite telah diimplementasikan di seluruh wilayah termasuk di Regional Jawa Bagian Barat. Tujuan Subsidi Tepat Pertalite adalah untuk melakukan pendataan sekaligus pencatatan pengguna serta volume transaksi Pertalite sehingga penyaluran BBM dapat tepat sasaran sesuai dengan aturan yang berlaku dan berjalan dengan optimal,” ungkap Joevan.

Pertamina Patra Niaga juga terus meningkatan koordinasi dengan stakeholder dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk mendukung pelaksanaan program Subsidi Tepat BBM mulai dari pendataan dokumen kendaraan yang didaftarkan hingga proses transaksi pembelian Pertalite di SPBU.

“Kami juga berharap adanya dukungan dari seluruh masyarakat, khususnya bagi yang belum melakukan pendaftaran Subsidi Tepat Pertalite sehingga saat bertransaksi di SPBU dapat menggunakan QR Code dan transaksi tersebut dapat tercatat dan sesuai dengan peruntukannya,” tutupnya.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan langkah ini diambil sebagai upaya perusahaan untuk mencatat transaksi BBM penugasan secara lebih baik dan transparan, mengingat adanya anggaran kompensasi yang diberikan Pemerintah untuk produk Pertalite.

“Untuk masyarakat tidak perlu khawatir,prosesnya mudah, tinggal mendaftarkan kendaraannya di website subsiditepat.mypertamina.id untuk mendapatkan QR Code,” terang Irto.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya