Liputan6.com, Bandung - Masyarakat Indonesia menggelar berbagai macam kegiatan dalam memperingati hari kemerdekaan. Mulai dari mengadakan lomba, karnaval, hingga pengibaran bendera merah putih raksasa.
Komunitas pecinta alam, anak sekolah, hingga instansi pemerintah dari berbagai wilayah di Bandung Barat berkumpul di Gunung Hawu, tepatnya di tebing Mandala 125 Pabeasan, Desa Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) untuk mengibarkan bendera pusaka pada 17 Agustus 2024.
Pembentangan bendera pada tebing itu dilakukan oleh masyarakat sekitar yang memiliki sertifikat profesional panjat tebing yang berjumlah 12 orang. Budi Bako (30) adalah salah satu dari dua belas orang yang disebut tim langit.
Pengibaran bendera merah putih raksasa baginya adalah momen yang tak terlupakan. Sebab, bendera berukuran 30x20 itu merupakan simbol negara yang sangat ia cintai.
Meski harus berhadapan dengan bahaya, ia tetap yakin dengan tugas yang diberikan kepadanya. Bagaimana tidak, Budi harus bergelantungan di sisi tebing setinggi 70 meter dari tanah.
Baca Juga
Advertisement
Kepiawaiannya dalam memanjat memang tak perlu diragukan. Ia sudah memiliki sertifikat panjat tebing profesional.
"Kebetulan teman-teman yang jadi pengibar [panjat tebing] sudah jadi hobi. Kalau rasa takut sih ada cuman di minimalisir," kata dia saat ditemui di Tebing Mandala.
Menurut Budi, cara menghilangkan rasa takut ketika hendak membentangkan bendera ialah dengan percaya pada alat-alat yang digunakan. Kendati demikian, bergantung pada alat juga tak cukup.
Budi menyebut berlatih semaksimal mungkin sebelum pelaksanaan menjadi kunci utama menghilangkan keraguan ketika sedang memanjat. Jika salah perhitungan, baik dalam pijakan atau pemasangan alat, maka nyawa jadi taruhannya.
Dia menambahkan, perlu persiapan yang matang agar acara pengibaran bisa berjalan lancar. Ada berbagai hal yang mesti diperhatikan, seperti pemasangan alat-alat di jalur lintasan pemanjat, pengaman, dan sebagainya.
"Jadi memang areanya cukup luas. Pembuatan jalur itu butuh 4 hari, kalau pemasangan buat instalasi pengibaran nya itu 2 hari. Kurang lebih seminggu," ucapnya.
Untuk memasang jalur lintasan bagi pemanjat, Budi mengatakan harus mengambil jalan memutar ke arah belakang tebing agar bisa sampai di atasnya.
"Ketika sudah terpasang satu lintasan, selanjutnya [pemasangan lainnya] dilakukan secara estafet," ucap dia.
Meski sudah berbekal pengalaman dan persiapan yang matang, namun mereka tak berdaya ketika alam memberi ujian. Akibatnya prosesi pengibaran bendera sempat terkendala.
Bendera Indonesia raksasa itu sebenarnya sudah dipasang di tebing tapi dalam keadaan terlipat dengan posisi horizontal, satu hari sebelum pelaksanaan. Dari keterangannya, angin yang cukup kencang berhembus sejak 16 Agustus 2024, dari sore hingga malam. Cuaca tersebut memberikan dampak pada alat penyangga bendera.
"Tadi ada sedikit trouble karena semalem anginnya agak cukup lumayan kan karena set up benderanya dari kemarin [16 Agustus] sore, jadi ada alat yang terjepit," akunya.
Imbasnya tim langit harus berjibaku dengan masalah itu kurang lebih sekitar lima sampai sepuluh menit. Sementara pantauan di tempat upacara, lagu Indonesia Raya diputar beberapa kali sembari menunggu para pengibar bendera menyelesaikan masalah yang ada.
"Tapi alhamdulilah kami bisa menyelesaikannya dengan cepat dan bendera bisa terbentang," imbuh Budi.
Simak Video Pilihan Ini:
Upacara Bendera
Sebelumnya, upacara kemderdekaan RI dilangsungkan di wilayah tersebut. Ketua Panitia Pengibaran Bendera Raksasa Tebing Mandala 125 Pabeasan, Hendri mengatakan makna dibalik pemasangan bendera di tebing yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah alam yang indah.
"Kita lebih mencintai apa yang dianugerahkan tuhan. Kalau kata orang sunda mah ngamumule tempat main kita," kata dia saat ditemui dilokasi.
Diakuinya kegiatan tersebut rutin digelar di tempat wisata ini setahun sekali setiap HUT ke-79 RI. Namun, sempat terhenti selama 4 tahun.
"Sebelum kegiatan pengibaran bendera ini memang kita sudah lama vakum, hampir 4 tahun," ucapnya.
Hendri mengatakan persiapan yang dilakukan oleh pihaknya sudah dimulai sejak satu bulan yang lalu. Termasuk pembuatan bendera, membuka akses jalan, dan yang lainnya.
"Untuk persiapan cuman dikasih waktu satu bulan. Tapi ya Alhamdulillah bisa lancar," ujarnya.
Sementara itu, ketua Karang Taruna RW 19 Desa Padalarang, Yedi menuturkan bendera tersebut merupakan yang terbesar di Bandung Barat. Bendera berukuran 30x20 meter itu memiliki berat mencapai 130 kilogram.
Ia mengatakan tim langit yang mengibarkan bendera di tebing merupakan warga sekitar yang memiliki sertifikat profesional panjat tebing.
"Makanya untuk pelaksanaan pengibaran bendera di tebing perlu tim khusus. Ya Alhamdulillah mereka [tim pengibar] sudah punya sertifikat," ucap dia.
Penulis: Arby Salim
Advertisement