Liputan6.com, Jakarta Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 14/Ijtima Ulama/VIII/2024 tentang Prioritas Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Advertisement
Fatwa ini hadir sebagai panduan bagi konsumen Muslim dalam menentukan produk yang layak didukung di tengah maraknya seruan boikot.
MUI merinci 10 kriteria produk nasional yang perlu didukung, termasuk kepemilikan nasional, sumber bahan baku dalam negeri, inovasi teknologi, dan kebijakan ramah lingkungan. Harapannya, masyarakat dapat lebih bijak dalam memilih produk yang patut didukung.
Namun, dalam konteks eskalasi konflik Israel-Palestina, masyarakat Indonesia masih menyerukan boikot terhadap merek atau perusahaan yang dianggap terafiliasi dengan Israel. Pertanyaannya, apakah perusahaan-perusahaan ini benar layak diboikot? Mari kita periksa faktanya.
1. KFC Indonesia
Merek KFC sering kali masuk dalam daftar boikot. Namun, di Indonesia, KFC dioperasikan oleh PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan lokal, yakni PT Gelael Pratama dan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk.
Jajaran kepemimpinan perusahaan ini juga sepenuhnya dipegang oleh warga negara Indonesia, seperti Ricardo Gelael sebagai Direktur Utama.
Meskipun begitu, gerakan boikot yang salah sasaran terus berlanjut dan berkontribusi terhadap kerugian perusahaan, yang melonjak drastis di semester I-2024.
2. McDonald’s Indonesia
PT Rekso Nasional Food adalah pemegang waralaba McDonald’s di Indonesia dan sepenuhnya dimiliki oleh pengusaha Indonesia. Perusahaan ini juga berkomitmen terhadap penggunaan bahan baku lokal dan keberlanjutan, dengan 75% bahan baku berasal dari pemasok lokal.
Selain itu, perusahaan ini juga memberikan peluang kerja bagi belasan ribu tenaga kerja lokal, termasuk karyawan disabilitas di berbagai restoran McDonald’s di Indonesia.
3. Pizza Hut
Pizza Hut Indonesia berada di bawah PT Sarimelati Kencana Tbk, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Sriboga Raturaya, perusahaan Indonesia. Saat ini, Pizza Hut Indonesia telah mempekerjakan lebih dari 13.000 karyawan di lebih dari 600 outlet dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, perusahaan ini juga bekerja sama dengan petani UMKM lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.
4. Rose All Day
Merek kecantikan Rose All Day pernah menjadi sasaran boikot karena dugaan dukungan terhadap Israel. Namun, Rose All Day adalah merek asli Indonesia yang didirikan oleh Tiffany Danielle bersama dua rekannya, Cindy Gunawan dan Samantha Wijaya.
Mereka telah menyampaikan klarifikasi dan menyatakan dukungan mereka untuk Palestina, termasuk donasi sebesar Rp500 juta untuk kemanusiaan melalui Baznas.
5. Scarlett
Brand Scarlett juga sempat menjadi sasaran boikot. Pemiliknya, Felicya Angelista, sempat menuai kritik karena dianggap mendukung Israel dalam unggahannya di media sosial. Setelah menerima kritik, Felicya meminta maaf dan menyatakan solidaritasnya untuk rakyat Palestina. Scarlett sendiri adalah merek kecantikan lokal yang telah dikenal luas di Indonesia sejak didirikan pada 2017.
Advertisement