Liputan6.com, Cape Town - Sekitar 68 juta orang di Afrika Selatan menderita dampak kekeringan yang disebabkan El Nino. Masalah iklim itu dilaporkan telah memusnahkan tanaman pangan di seluruh wilayah di negara tersebut, demikian laporan terbaru dari Komunitas Pembangunan Afrika Selatan (SADC) pada Sabtu (17/8/2024).
SADC merupakan organisasi antar pemerintah yang punya tujuan untuk memajukan kerja sama dan integrasi sosio-ekonomi regional serta kerja sama politik dan keamanan di antara 16 negara di Afrika bagian selatan
Advertisement
Kekeringan yang dimulai pada awal tahun 2024 telah menghantam produksi tanaman pangan dan ternak, menyebabkan kekurangan pangan dan merusak ekonomi di negara tersebut, dikutip dari Japan Today, Rabu (21/8).
Para kepala negara dari 16 negara Komunitas Pembangunan Afrika Selatan (SADC) bertemu di ibu kota Zimbabwe, Harare, untuk membahas berbagai isu regional termasuk ketahanan pangan.
Sekitar 68 juta orang, atau 17 persen dari populasi wilayah tersebut, membutuhkan bantuan, kata Elias Magosi, sekretaris eksekutif SADC.
"Musim hujan tahun 2024 merupakan musim yang penuh tantangan dengan sebagian besar wilayah mengalami dampak negatif dari fenomena El Nino yang ditandai dengan datangnya hujan yang terlambat," katanya.
Ini adalah kekeringan terburuk di Afrika Selatan selama bertahun-tahun, karena kombinasi El Nino yang terjadi secara alami dan suhu rata-rata yang lebih tinggi yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca.
Negara-negara termasuk Zimbabwe, Zambia, dan Malawi telah menyatakan krisis kelaparan sebagai keadaan bencana, sementara Lesotho dan Namibia telah meminta bantuan kemanusiaan dari berbagai sumber lantaran permasalah serupa.
Permohonan Bantuan
Kawasan tersebut meluncurkan permohonan pada Mei 2024 untuk bantuan kemanusiaan senilai USD 5,5 miliar guna mendukung respons kekeringan.
Tetapi, hingga kini sumbangan belum tersedia, kata ketua SADC Joao Lourenco.
"Jumlah yang dimobilisasi sejauh ini sayangnya di bawah jumlah yang diperkirakan dan saya ingin menegaskan kembali permohonan ini kepada mitra regional dan internasional untuk melipatgandakan upaya mereka guna membantu masyarakat kita yang telah terkena dampak El Nino," katanya dalam pertemuan puncak tersebut.
Kekeringan menjadi pokok bahasan utama dalam pertemuan puncak tahun ini, di samping isu-isu seperti konflik yang sedang berlangsung di Republik Demokratik Kongo bagian timur, yang menurut Lourenco merupakan sumber perhatian besar.
Advertisement