Makna di Balik Pakaian Adat Kalimantan Presiden Jokowi pada Upacara HUT RI ke-79 di IKN

Presiden Jokowi kembali tampil dengan mengenakan pakaian adat pada Upacara HUT Kemerdekaan RI yang ke-79 di Ibukota Nusantara (IKN).

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 04 Okt 2024, 17:43 WIB
Dalam perayaan HUT ke-79 RI di Istana Negara Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampil dengan mengenakan dua jenis pakaian adat yang berasal dari dua provinsi yang berbeda. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Jokowi kembali tampil dengan mengenakan pakaian adat pada Upacara HUT Kemerdekaan RI yang ke-79 di Ibukota Nusantara (IKN). Ia menuntaskan perannya sebagai Inspektur Upacara di tahun terakhir kepemimpinannya dengan tetap melestarikan tradisi mengenakan baju adat.

Namun, secara istimewa, Presiden Jokowi melakukan sedikit perubahan pada tradisi pakaian adat yang dikenakannya saat memperingati HUT ke-79 RI. Pada tahun lalu, Jokowi hanya memakai satu jenis baju adat yang dikenakan saat Upacara Detik-Detik Proklamasi di pagi hari. Berbeda dengan tahun ini, ia mengenakan dua baju adat yang berasal dari provinsi yang berbeda.

Pada upacara pengibaran bendera Merah Putih, Jokowi mengenakan pakaian adat yang terinspirasi dari Kesultanan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sementara itu, saat upacara penurunan bendera, ia mengenakan baju adat Banjar yang berasal dari Kalimantan Selatan.

Kedua baju adat yang dikenakan Jokowi pada HUT ke-79 RI berasal dari daerah yang berbeda, sehingga masing-masing memiliki makna tersendiri. Apa saja makna tersebut? Intip info selengkapnya yang telah dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (4/10/2024).


Pakaian Tradisional Kustim

Untuk pertama kalinya, Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dilaksanakan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Dalam acara bersejarah ini, Presiden Jokowi dan Ibu Negara terlihat mengenakan pakaian adat Kutai. [Foto: YouTube Sekretariat Presiden]

Dalam pengantar yang disampaikan oleh MC saat upacara bendera, pakaian adat yang dikenakan oleh Jokowi saat pengibaran bendera disebut sebagai baju adat Kustim, yang memiliki keterkaitan sejarah yang mendalam dengan Kesultanan Kutai Kartanegara. Sebagai kerajaan tertua dalam sejarah Indonesia dan pendahulu Nusantara, istilah "Kustim" berasal dari kata "Kustin" yang berarti kebesaran. Hal ini menunjukkan bahwa pakaian tersebut memiliki status tertinggi dalam hierarki kerajaan.

Pada zaman Kesultanan Kutai Kartanegara, baju adat Kustim hanya diperbolehkan untuk dikenakan oleh Aji Sultan, para pangeran, serta saudara perempuan Aji Sultan dan istri-istri para pangeran. Pakaian ini biasanya dipakai dalam acara-acara penting, seperti Erau, yang merupakan perayaan megah yang diadakan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara.


Pakaian Tradisional Suku Banjar

Jokowi dan Iriana Jokowi tampil mengenakan pakaian tradisional Banjar yang disebut Baamar Galung Pancar Matahari. [Foto: Instagram/kemhanri]

Pada sore hari saat upacara penurunan bendera, biasanya Presiden Jokowi tampil dengan setelan jas. Namun, tahun ini, beliau membuat pilihan yang berbeda dengan mengenakan pakaian tradisional yang terinspirasi dari busana adat Banjar, dikenal sebagai Baamar Galung Pancar Matahari.

Busana adat ini berasal dari Kalimantan Selatan dan umumnya dikenakan dalam acara-acara formal seperti pernikahan, upacara adat, atau festival budaya. Bagi Jokowi, pakaian adat ini memiliki makna yang lebih mendalam. Beliau merayakan momen bersejarah dengan menggelar upacara kenegaraan di ibukota baru untuk pertama kalinya, sambil mengenakan busana adat Banjar yang sarat makna.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya