Liputan6.com, Jakarta - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Lombok, Nusa Tenggara Barat, bakal menerapkan penjualan tiket destinasi wisata non-pendakian secara online atau melalui aplikasi eRinjani. Perubahan sistem transaksi itu bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang datang berkunjung.
"Dalam penerapan aplikasi eRinjani non-pendakian akan dilakukan uji coba terlebih dahulu selama tiga bulan terhitung sejak Agustus hingga Oktober 2024," kata Kepala Balai TNGR Lombok, NTB Yarman di Mataram, Senin, 19 Agustus 2024, dikutip dari Antara.
Advertisement
Ia mengatakan, sebelumnya hanya para pendaki yang diwajibkan untuk memesan tiket masuknya secara online melalui aplikasi e-Rinjani. Kini, pemesanan tiket untuk destinasi wisata non-pendakian juga akan dilakukan secara online. Sistem pemesanan online untuk sejumlah spot destinasi wisata di Gunung Rinjani itu akan berlaku secara bertahap.
"Saat ini hanya destinasi wisata non-pendakian air terjun Jeruk Manis Resort Timbanuh, SPTN Wilayah II Taman Nasional Gunung Rinjani yang diterapkan pada tahap uji coba ini," katanya. "Untuk wisatawan lokal atau nusantara harga tiket Rp15.000," ia menambahkan.
Adapun destinasi wisata alam non-pendakian lainnya di kawasan TNGR di antaranya Air Terjun Tiu Ngumbak di wilayah kerja Resort Santong, Otak Kokok Joben (Joben Eco Park), Telaga Biru, Gunung Kukus, Air Terjun Mayung Polak, Sebau, Savana Propok, dan Air Terjun Mangku Sakti.
Gunung Rinjani merupakan salah satu wilayah konservasi yang pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi harus mengedepankan unsur keberlanjutan lingkungan. Menteri LHK Siti Nurbaya sempat menjadi Inspektur Upacara Peringatan HUT ke-79 RI di Sembalun, salah satu lokasi konservasi terindah di Taman Nasional Gunung Rinjani.
Perubahan Nama Spot Wisata Ikonis Gunung Bromo
Di tempat berbeda, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengembalikan penyebutan tiga lokasi wisata di kawasan tersebut ke nama aslinya, sebagai upaya pelestarian budaya lokal. Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani menyatakan lokasi wisata yang dimaksud, yakni Bukit Teletubies, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong.
"Bukit Teletubies dikembalikan menjadi Lembah Watangan karena berdasarkan sejarahnya lokasi itu merupakan dataran rendah yang pada seribu tahun yang lalu ditumbuhi pepohonan vegetasi asli Tengger," kata Septi, kemarin, dikutip dari kanal Regional Liputan6.com.
Pepohonan di sana, ucap dia awalnya dalam kondisi sangat terjaga hingga akhirnya roboh dengan sendirinya, seiring berjalannya waktu. "Banyaknya pohon watang yang roboh di lokasi tersebut, maka dinamakan Lembah Watangan," ujarnya.
Sementara, Bukit Cinta diubah menjadi Lemah Pasar, sesuai nama aslinya. "Lemah Pasar yang nama aslinya adalah Pasar Agung yang merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan upacara," ucapnya.
Advertisement
Nama Asli Bukit Kingkong
Septi menyatakan nama asli Bukit Kingkong adalah Bukit Kedaluh yang berasal dari dua kata bahasa Sansekerta, yaitu Kada dan Luh. "Kada artinya merindukan dan Luh artinya pemberi hujan atau Dewa Indra. Oleh karena itu, Kadaluh artinya merindukan pemberi hujan dengan harapan kesuburan untuk wilayah Tengger," ucapnya.
Ia menjelaskan deklarasi pengembalian penamaan tiga lokasi wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilakukan setelah upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 tahun Republik Indonesia, di Laut Pasir Bromo. "Ditandai dengan pembacaan deklarasi oleh Kartono dan penandatanganan Deklarasi oleh Plt Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, romo dukun Tengger, tokoh masyarakat Tengger, serta seluruh pejabat administrator," kata dia.
TNBTS bersama pihak terkait juga meresmikan signage atau papan tanda yang telah diganti menggunakan nama lokal, yaitu pada lokasi Lembah Watangan. Dia berharap upaya pelestarian budaya ini didukung upaya dari banyak pihak dengan melakukan sosialisasi tiga lokasi itu sesuai dengan nama aslinya.
"Mulai dari instansi pemerintah sampai wisatawan turut mempublikasikan nama lokal tersebut," tuturnya.
Erupsi di Gunung Dukono
Sementara itu, video pendaki Gunung Dukono berlarian saat gunung di Halmahera, Maluku, itu meletus tiba-tiba meletus menjadi viral di media sosial. Peristiwa itu terjadi saat beberapa orang nekat mendaki Gunung Dukono untuk summit ke puncak di momen hari kemerdekaan 17 Agustus, meski sudah dilarang.
Video tersebut diunggah akun Instagram @anak_esa, memperlihatkan tayangan drone para pendaki Gunung Dukono berlarian saat kawah gunung di dekat mereka memuntahkan material panas abu vulkanik.
"Detik-detik pendaki hampir dihantam material erupsi ketika summit ke puncak Dukono pas momen 17 Agustus 2024," tulis akun tersebut.
Akun itu juga menyebut, aktivitas Gunung Dukono sedang tinggi hingga muntahan materialnya terlempar keluar dari kawahnya. Para pendaki pun disarankan untuk melakukan observasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk summit ke area puncak gunung.
"Observasi dulu arah angin, seberapa kuat erupsinya, serta pertimbangan lainnya. Jangan memaksakan untuk summit ketika situasi tidak memungkinkan," tulis akun itu lagi.
Advertisement