Liputan6.com, Jakarta - Fenomena Sturgeon Moon atau supermoon paling terang pada 2024 terjadi pada Selasa (20/08/2024) dini hari. Fenomena ini juga dikenal sebagai bulan purnama biru atau blue moon.
Meski bernama blue moon, satelit alami bumi ini tidak benar-benar tampak berwarna biru. Di beberapa negara, bulan akan tampak berwarna kuning cerah hingga jingga.
Lalu, mengapa bulan bisa tampak berwarna-warni dan bagaimana fenomena ini dapat terjadi? Dikutip dari laman NASA pada Selasa (20/08/2024), bulan akan tampak berwarna kuning, putih, abu-abu, bahkan merah, pada beberapa kesempatan.
Baca Juga
Advertisement
Perlu diingat, bulan bukanlah bintang yang dapat memancarkan cahaya sendiri. Bulan tidak bisa memancarkan cahaya, artinya satelit alami ini hanya dapat memantulkan cahaya matahari.
Setidaknya, 3 hingga 12 persen cahaya matahari dipantulkannya sehingga bisa terlihat dari bumi. Alasan utama mengapa bulan bisa selalu berubah warna karena adanya fenomena optik di atmosfer bumi.
Dengan kata lain, warna yang terlihat dari bumi hanyalah warna yang tampak bukan warna sebenarnya. Bulan berwarna merah atau kuning biasanya menunjukkan bulan yang terlihat di dekat cakrawala.
Di titik itu, sebagian cahaya biru telah dihamburkan melalui jalur panjang di atmosfer Bumi yang penuh dengan debuan halus. Sedangkan, bulan berwarna biru dapat mengindikasikan bulan yang terlihat melalui atmosfer.
Dalam penampakan itu ada berbagai partikel debu yang lebih besar. Bila fenomena gerhana bulan terjadi, bulan berada dalam bayangan bumi dan menampilkan merah redup.
Alasannya karena cahaya dibiaskan melalui udara di sekitar Bumi sehingga warna itu bisa muncul.
Warna Asli Permukaan Bulan
Pasca misi manusia pergi ke Bulan seperti misi Apollo milik NASA, manusia jadi bisa melihat Bulan secara dekat. Kini, manusia tahu bila permukaan Bulan terdiri dari berbagai batuan vulkanik.
Batuan bulan inilah yang menjadi warna asli satelit alami bumi ini. Permukaan bulan dapat terlihat berwarna kontras antara area yang lebih putih dan lebih gelap.
Permukaan yang lebih terang diketahui merupakan bagian dataran tinggi di Bulan yang biasa disebut 'terrae'. Sementara, area yang lebih gelap disebut 'maria'.
Daerah dataran tinggi bulan memiliki sedikit zat besi dan kaya akan kalsium. Hal ini alasan mengapa area itu terlihat lebih terang.
Batuan yang dominan ada di daerah Terrae ini disebut 'anorthosite'. Anorthosite adalah batu yang terdiri dari feldspar plagioklas yang kaya kalsium.
Advertisement
Pembentukan Kerak Bulan
Menariknya, batuan ini juga bisa ditemukan di Bumi. Batuan di dataran tinggi bahkan bisa lebih putih dari anorthosite yang disebut dengan batuan dataran tinggi murni.
Batuan ini diketahui sebagai bahan dari pembentukan kerak Bulan dan sangat langka. Sedangkan bagian maria mengandung lebih banyak basalt yakni batuan vulkanik yang sangat gelap.
Basalt juga batuan yang cukup umum ditemukan di Bumi. Batuan tersebut terbentuk melalui proses pendinginan lava yang cepat dan mengandung magnesium serta besi.
Bagian maria di bulan pada dasarnya adalah dataran banjir lava basaltik yang juga ditemukan di permukaan Mars. Meski begitu, basalt bisa berwarna hitam.
Di lingkungan aslinya, basalt juga mengandung mineral yang disebut dengan Olivin. Olivin adalah kristal hijau yang indah.
Saat bergerak menuju permukaan, ia bisa menampilkan rona kehijauan. Hal ini menjadi penyebab mengapa bulan terkadang memiliki warna hijau yang samar-samar.
Tentu saja, ada juga bebatuan lain di Bulan yang bisa mengubah warna pemandangan. Bentang alam Bulan dicirikan oleh kawah tubrukan, beberapa gunung berapi, perbukitan, aliran lava, dan cekungan.
Seringkali, ciri-ciri ini ditandai oleh batuan lain yang disebut breksi. Breksi pada dasarnya adalah nama batuan yang terbentuk dari pecahan-pecahan batuan lain dan disemen oleh matriks berbutir halus.
(Tifani)