Asuransi Pertanian RI Mendunia, Bisa Jadi Solusi Ketahanan Pangan Global

Produk Asuransi Pertanian ini tidak hanya melindungi petani dari risiko gagal panen akibat bencana alam, tetapi juga menjadi inspirasi di ajang internasional.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 20 Agu 2024, 16:30 WIB
Tak hanya sawah, banjir juga merendam lebih dari 1.500 rumah warga (Bangun Santoso/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Produk Asuransi Pertanian dari PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) semakin menegaskan perannya dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Produk Asuransi Pertanian ini tidak hanya melindungi petani dari risiko gagal panen akibat bencana alam, tetapi juga menjadi inspirasi di ajang internasional.

Dalam kompetisi bisnis internasional NTU Global Advanced Investment Program (GAIP) yang digelar di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, produk Asuransi Pertanian Jasindo menjadi sorotan sebagai studi kasus yang diangkat oleh tim mahasiswa dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Tim ini berhasil meraih juara kedua di antara lebih dari 100 tim dari universitas ternama di seluruh dunia.

Produk Asuransi Pertanian Jasindo dinilai mampu menjawab tantangan besar dalam sektor pertanian Indonesia. Dengan menggabungkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan sistem penilaian terintegrasi (Integrated Scoring System), Jasindo tidak hanya berfokus pada proteksi, tetapi juga pada pengurangan risiko moral hazard, menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi petani.

Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo, Brellian Gema menyatakan kebanggaannya atas penggunaan produk Asuransi Pertanian sebagai inspirasi di kancah internasional.

"Hal ini memotivasi perusahaan untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk asuransi yang relevan dan bermanfaat bagi sektor-sektor strategis seperti pertanian," katanya, Selasa (20/8/2024).

Bisa Diterapkan di Negara Lain

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa produk asuransi yang dikembangkan oleh perusahaan dalam negeri memiliki potensi besar untuk diterapkan secara global.

Asuransi Jasindo tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada petani Indonesia, tetapi juga menjadi solusi yang layak dipertimbangkan di berbagai negara, terutama dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan global.

Dengan fokus pada pengembangan produk yang inovatif dan berkelanjutan, Asuransi Jasindo berkomitmen untuk terus memperkuat perannya dalam mendukung ketahanan pangan dan perekonomian nasional, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam inovasi asuransi pertanian di dunia.


Prediksi Klaim Asuransi Kredit 2024 Capai Rp 217 Miliar

Asuransi Jasindo

PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) memproyeksikan bahwa pembayaran klaim asuransi kredit hingga akhir tahun 2024 akan mencapai Rp217,17 miliar.

Prediksi ini muncul di tengah meningkatnya tantangan yang dihadapi oleh industri asuransi, terutama dengan lonjakan Non-Performing Loan (NPL) di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo, Diwe Novara menegaskan meskipun pembayaran klaim asuransi kredit oleh Jasindo hingga Juni 2024 mencapai Rp116,36 miliar, atau rata-rata Rp19,3 miliar per bulan, ada kecenderungan penurunan klaim dalam beberapa tahun terakhir.

"Penurunan ini dikaitkan dengan keberhasilan program restrukturisasi asuransi kredit yang telah dijalankan perusahaan," katanya kepada wartawan, Jumat (16/8/2024).

Namun, data nasional menunjukkan adanya lonjakan klaim asuransi kredit sebesar 29,75% pada Juni 2024, dengan total klaim mencapai Rp2,09 triliun.

Kenaikan klaim ini berhubungan erat dengan meningkatnya NPL di sektor UMKM, yang mencapai level 4,04%, mendekati ambang batas 5% yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

 


Dampak Pencabutan Relaksasi Kredit

Ilustrasi asuransi jiwa/ Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Diwe menjelaskan bahwa dampak pencabutan relaksasi kredit yang diberikan selama pandemi Covid-19 masih sangat terasa pada tahun 2024 ini.

Situasi ini tidak hanya mempengaruhi industri perbankan, tetapi juga berpotensi meningkatkan klaim asuransi kredit, khususnya dari nasabah UMKM.

"Perusahaan asuransi yang menjamin kredit harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan lonjakan klaim asuransi kredit akibat pencabutan relaksasi kredit, terutama dari nasabah UMKM," kata Diwe.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya