Terjadi 220 Gempa Vulkanik Dangkal di Gunung Awu, Warga Sangihe Diminta Waspada

Saat ini, Badan Geologi masih menetapkan status Gunung Awu siaga level III sehingga masyarakat diharapkan mematuhi radius bahaya yang telah direkomendasikan.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 22 Agu 2024, 08:00 WIB
Kondisi Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulut, pada Sabtu (11/5/2024).

Liputan6.com, Sangihe - Tercatat sebanyak 220 gempa vulkanik dangkal Gunung Awu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulut pada periode 8-15 Agustus 2024 atau selama sepekan. Hal ini disampaikan pihak Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Kegempaan Gunung Awu didominasi oleh gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, dan gempa tektonik jauh," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, P Hadi Wijaya pada, Selasa (20/8/2024).

Dalam laporan yang diteruskan Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku Juliana DJ Rumambi, selain gempa vulkanik dangkal, terekam sebanyak 28 kali gempa vulkanik dalam, lima kali gempa tektonik lokal, dan 177 kali gempa tektonik jauh.

“Energi gempa-gempa vulkanik secara keseluruhan yang berdasarkan nilai perataan amplitudo rekaman gempa Real Time Seismic Amplitude Measurement menunjukkan nilai fluktuatif,” ujarnya.

Grafik RSAM sempat mengalami peningkatan pada periode Januari-April 2024, namun sejak tanggal 8 Mei 2024 sudah menunjukkan tingkat energi yang stabil dan hampir sama dengan tingkat energi sebelumnya di tahun 2023.

Grafik RSAM kembali mengalami peningkatan pada periode 14-22 Juni 2024, namun sejak tanggal 23 Juni 2024 grafik RSAM kembali mengalami penurunan.

“Pada periode 8-15 Agustus 2024, grafik RSAM menunjukkan fluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan,” ujarnya.

Menurutnya, hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan energi gempa yang terekam di stasiun puncak namun berlangsung tidak menerus. Rata-rata kejadian gempa vulkanik dangkal pada periode ini mengalami peningkatan dengan periode sebelumnya yaitu menjadi 27 kejadian per hari.

Pemantauan deformasi menggunakan dua stasiun tiltmeter yang berada di stasiun Kolongan dan stasiun Puncak.

 “Stasiun tiltmeter kolongan pada periode ini terus menunjukkan pola deflasi atau penurunan tekanan pada kedua sumbunya,” ujarnya.

Sementara, pada stasiun puncak, sumbu radial yang mengarah ke kawah masih menunjukkan pola inflasi, namun bagian sumbu tangensial cenderung mengalami penurunan (deflasi).

Saat ini, Badan Geologi masih menetapkan status Gunung Awu siaga level III sehingga masyarakat diharapkan mematuhi radius bahaya yang telah direkomendasikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya