Liputan6.com, Jakarta Indonesia sebagai negara yang berada di kawasan cincin api pasifik karena memiliki banyak gunung berapi aktif. Salah satu fenomena yang kerap terjadi akibat letusan gunung berapi adalah penyebaran abu vulkanik.
Abu vulkanik merupakan material halus yang terlempar ke udara saat letusan gunung berapi terjadi. Meski tampak seperti debu biasa, abu vulkanik memiliki karakteristik yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Paparan abu vulkanik dapat memberikan dampak serius pada sistem pernapasan manusia. Partikel abu yang sangat halus dapat terhirup dan masuk ke saluran pernapasan, bahkan hingga ke paru-paru.
Baca Juga
Advertisement
Ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, batuk, sesak napas, dan pada beberapa kasus dapat memicu penyakit pernapasan seperti bronkitis atau asma. Orang-orang dengan kondisi pernapasan kronis seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) akan lebih rentan terhadap efek ini, dan dapat mengalami perburukan gejala.
Selain dampak pada pernapasan, abu vulkanik juga berbahaya bagi mata. Partikel abu vulkanik yang tajam dan abrasif dapat menyebabkan iritasi pada mata.
Gejala yang sering terjadi adalah mata merah, perih, hingga sensasi gatal yang mengganggu. Dalam beberapa kasus, paparan abu dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kornea mata, yang berpotensi mengurangi penglihatan.
Oleh karena itu, penggunaan pelindung mata seperti kacamata sangat dianjurkan saat terjadi hujan abu. Abu vulkanik juga dapat memberikan efek negatif pada kulit manusia.
Kontak langsung dengan abu ini bisa menyebabkan iritasi kulit, terutama bagi individu dengan kulit sensitif. Partikel kecil dari abu dapat menyumbat pori-pori, menyebabkan peradangan atau jerawat.
Pencegahan dan Penanganan
Selain itu, abu vulkanik sering kali mengandung komponen beracun seperti asam sulfur atau logam berat yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.Selain berdampak pada kesehatan manusia, abu vulkanik juga berpotensi merusak infrastruktur.
Material abu yang jatuh di atap bangunan dapat menyebabkan kerusakan struktur, terutama jika terjadi dalam jumlah yang sangat banyak. Abu yang menumpuk pada kabel listrik dapat menyebabkan korsleting, sementara pada mesin kendaraan, abu bisa menyumbat filter udara dan merusak komponen mesin.
Selain itu, abu vulkanik yang tercampur dengan air hujan menjadi sangat licin, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan di jalan raya. Sektor pertanian juga tidak luput dari dampak negatif abu vulkanik.
Abu yang jatuh ke tanaman dapat menutupi daun dan mengganggu proses fotosintesis, yang pada akhirnya akan mengurangi hasil panen. Selain itu, abu vulkanik juga dapat mengubah pH tanah menjadi lebih asam, dan mempengaruhi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tanaman yang terkena abu juga rentan terhadap penyakit, karena abu bisa melukai permukaan daun dan mempermudah masuknya patogen. Dalam menghadapi bahaya abu vulkanik, penting untuk melakukan langkah-langkah pencegahan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar gunung berapi aktif harus selalu mengikuti perkembangan aktivitas vulkanik melalui laporan dari pihak berwenang. Penggunaan masker N95 atau masker khusus yang dapat menyaring partikel kecil sangat dianjurkan untuk melindungi pernapasan.
Selain itu, menutup rumah dan menyingkirkan abu yang menumpuk di lingkungan sekitar secara rutin akan membantu meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan. Abu vulkanik memang membawa ancaman serius bagi kesehatan dan lingkungan.
Oleh karena itu, kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat sangat diperlukan untuk menghadapi potensi bahaya ini. Dengan mitigasi yang tepat, risiko dampak negatif dapat diminimalisir, sehingga masyarakat dapat hidup lebih aman di wilayah rawan bencana vulkanik.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Baca Juga
Advertisement