Putin Kunjungi Chechnya, Periksa Pasukan untuk Lawan Ukraina?

Ini merupakan kunjungan pertama Putin dalam hampir 13 tahun ke Chechnya dan dilakukan saat serangan lintas batas Ukraina ke Rusia bagian barat memasuki pekan ketiga.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Agu 2024, 10:44 WIB
Presiden Vladimir Putin didampingi oleh Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov (tengah kiri) saat berbicara kepada para prajurit selama kunjungannya ke Akademi Pasukan Khusus di Gudermes, Republik Chechnya, Rusia, Selasa (20/8/2024). (Dok. Alexei Danichev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Grozny - Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (20/8/2024) melakukan perjalanan ke Chechnya, sebuah republik yang sebagian besar penduduknya beragama Islam di dalam Federasi Rusia. 

Putin disambut oleh pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, sebelum mengunjungi Akademi Pasukan Khusus dan berbicara dengan para pejuang sukarelawan yang berlatih di sana sebelum dikerahkan di Ukraina.

Sang presiden Rusia memuji para sukarelawan dan mengatakan bahwa selama Rusia memiliki orang-orang seperti mereka, Rusia akan menjadi "tak terkalahkan. Demikian menurut laporan oleh media pemerintah Rusia, seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (21/8).

Melalui unggahannya di saluran Telegram, Kadyrov mengatakan bahwa lebih dari 47.000 pejuang, termasuk para sukarelawan, telah berlatih di fasilitas tersebut sejak Rusia memulai apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

Pejuang dari Chechnya, yang upayanya untuk merdeka setelah runtuhnya Uni Soviet menyebabkan perang selama bertahun-tahun dengan pasukan pemerintah Rusia, berpartisipasi di kedua sisi konflik di Ukraina.

Relawan pro-Ukraina yang setia kepada Dzhokhar Dudayev, mendiang pemimpin pro-kemerdekaan Chechnya, adalah musuh bebuyutan pasukan Chechnya yang mendukung Putin dan Kadyrov. Kadyrov bergabung dengan Rusia dalam pengepungan selama berbulan-bulan di pelabuhan utama Ukraina, Mariupol, dan titik-titik konflik lainnya di selatan dan timur negara itu.

 


Dianugerahi Status Warga Negara Kehormatan

Presiden Vladimir Putin didampingi oleh Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov (tengah kiri) saat berbicara kepada para prajurit selama kunjungannya ke Akademi Pasukan Khusus di Gudermes, Republik Chechnya, Rusia, Selasa (20/8/2024). (Dok. Alexei Danichev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Pada hari Selasa pula, Putin juga mengunjungi makam ayah Kadyrov, mantan pemimpin Chechnya Akhmat Kadyrov, sebuah pos komando, dan sebuah masjid di Grozny.

Melansir TASS, Putin menjadi warga negara kehormatan Chechnya setelah sebuah lencana yang menjadi bukti status tersebut diberikan kepadanya oleh Kadyrov dan Mufti Chechnya Salakh Nezhiev selama kunjungan Putin ke masjid baru di Grozny.

Sementara itu, Putin dilaporkan memberi mereka Al-Quran buatan tangan yang dijilid dengan sangat indah.

Di penghujung hari, Putin mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Chechnya, yang mengumumkan bahwa republik itu memiliki puluhan ribu pasukan cadangan yang siap melawan Ukraina. Laporan tersebut tidak menyebutkan apakah ada di antara mereka yang akan dikirim untuk mengusir serangan Ukraina ke wilayah Kursk, Rusia.

Kremlin mengandalkan Kadyrov untuk menjaga Kaukasus Utara tetap stabil setelah bertahun-tahun dilanda kekacauan. Kelompok hak asasi internasional menuduh pasukan keamanan Kadyrov melakukan pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, dan penculikan terhadap para pembangkang, namun otoritas Rusia telah menghalangi tuntutan berulang kali untuk penyelidikan.

Kremlin mengerahkan pejuang dari Chechnya untuk membantu melindungi Rusia dari pemberontakan yang gagal yang dilancarkan oleh kepala tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, tahun lalu, namun beberapa komentator memperingatkan bahwa ambisi Kadyrov juga berpotensi menimbulkan ancaman bagi otoritas Federal Rusia.

Sebelum kunjungannya ke Chechnya, Putin pada hari Selasa juga berada di Beslan, sebuah kota di Ossetia Utara, di mana dia mengadakan pertemuan pertamanya dalam hampir dua dekade dengan para ibu dari anak-anak yang tewas dalam serangan sekolah tahun 2004 oleh militan yang menewaskan lebih dari 330 orang.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya