Liputan6.com, Jakarta - Kematian akibat kolera di Sudan baru-baru ini menarik perhatian media dan bisa dianggap sebagai kejadian luar biasa. Berikut adalah lima fakta penting tentang situasi ini:
1. Data Kementerian Kesehatan Sudan
Kementerian Kesehatan Sudan melaporkan setidaknya 22 kematian akibat kolera dan lebih dari 350 pasien yang terinfeksi. Sayangnya, informasi tentang kerangka waktu yang jelas dan perbandingannya dengan data sebelumnya tidak disediakan, sehingga sulit untuk menentukan seberapa besar peningkatan kasusnya.
Advertisement
2. Data WHO
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga 28 Juli 2024, terdapat 78 kematian akibat kolera di Sudan tahun ini. Selain itu, ada lebih dari 2.400 pasien kolera yang dilaporkan antara 1 Januari dan 28 Juli 2024.
3. Konflik Internal Sudan
Sudan saat ini menghadapi konflik politik dan sosial yang signifikan. Konflik ini berdampak besar pada kehidupan masyarakat, termasuk layanan kesehatan. Masalah dalam penyediaan makanan bersih, higiene, dan sanitasi dapat memperburuk situasi kolera. Jika fasilitas kesehatan tidak memadai, kasus kolera bisa menjadi lebih parah dan berujung pada kematian.
4. Riwayat Wabah Kolera di Sudan
Kolera bukanlah penyakit baru bagi Sudan. Pada tahun 2017, negara ini mengalami wabah besar dengan lebih dari 700 kematian dan sekitar 22.000 pasien kolera dalam waktu dua bulan.
5. Penyebaran dan Dampak Kolera
Kolera adalah penyakit menular yang dapat berkembang dengan cepat. Gejalanya meliputi diare berat yang bisa menyebabkan dehidrasi ekstrem dan kematian dalam waktu beberapa jam jika tidak diobati dengan tepat. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri Vibrio cholerae.
Di Indonesia, laporan kejadian luar biasa (KLB) kolera terakhir terjadi di Papua pada April hingga Agustus 2008, yang juga mengakibatkan korban jiwa.
Secara global, pada tahun 2022 tercatat 472.697 kasus kolera dan 2.349 kematian di 44 negara. Pada tahun 2017, Sudan meluncurkan 'Global Strategy on Cholera Control: Ending Cholera – A Global Roadmap to 2030' dengan target mengurangi kematian akibat kolera hingga 90%.
Prof. Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Advertisement