Data BI: Transaksi QRIS Melonjak 200%, tapi ATM Anjlok 9%

Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan, transaksi dengan memakai QRIS melonjak paling tinggi secara tahunan pada Juli 2024.

oleh Arief Rahman H diperbarui 21 Agu 2024, 20:15 WIB
Bank Indonesia mencatat transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat pada Juli 2024. Mulai dari transaksi uang elektronik hingga QR Indonesia Standard (QRIS). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia mencatat transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat pada Juli 2024. Mulai dari transaksi uang elektronik hingga QR Indonesia Standard (QRIS).

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan transaksi dengan menggunakan QRIS melonjak paling tinggi secara tahunan pada Juli 2024. Bahkan kenaikannya mencapai lebih dari 200 persen. "Transaksi QRIS terus tumbuh pesat 207,55 persen (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 51,43 juta dan jumlah merchant 33,21 juta," kata Perry, dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Berbeda dengan QRIS, transaksi pembayaran dari ATM atau debit justru malah turun 9,57 persen secara tahunan. Jumlah transaksinya mencapai 584,95 juta transaksi. Sedangkan, Transaksi kartu kredit tumbuh 15,35 persen (yoy) mencapai 39,83 juta transaksi. 

Perry mencatat, dari sisi nilai besar, transaksi Bank Indonesia-RTGS meningkat 15,36 persen (yoy) sehingga mencapai Rp15.450 triliun. Dari sisi ritel, volume transaksi BI-FAST tumbuh 65,08 persen (yoy) mencapai 301,41 juta transaksi. 

"Transaksi digital banking tercatat 1.845,27 juta transaksi atau tumbuh sebesar 30,50 persen (yoy), sementara transaksi Uang Elektronik (UE) tumbuh 22,61 persen (yoy) mencapai 1.272,35 juta transaksi," urai Perry.

Sementara dari pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 9,45 persen (yoy) menjadi Rp1.041,02 triliun.

 


Populix: Nilai Transaksi Tertinggi QRIS Sentuh Rp 3 Juta dalam Satu Kali Pembayaran

Ilustrasi Penggunaan QRIS untuk melakukan transaksi di Kutai Kartanegara./Istimewa.

Sebelumnya, Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kini telah menjadi salah satu inovasi metode pembayaran yang masif digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak diluncurkan Bank Indonesia (BI) dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia pada Agustus 2019.

QRIS tak hanya membawa dampak signifikan pada transaksi harian masyarakat, tetapi juga inovasi dalam dunia bisnis. Hal tersebut terungkap dalam laporan riset terbaru Populix berjudul “Understanding QRIS Usage and Its Impact on Daily Transaction” yang memperlihatkan bahwa sebanyak 94% responden pernah menggunakan QRIS untuk transaksi pembayaran dalam satu bulan terakhir, terutama untuk pembelian makanan dan minuman.

"Terlihat pada hasil riset kami bahwa setengah dari responden menggunakan QRIS setidaknya sekali dalam seminggu dengan nilai transaksi tertinggi mencapai hingga lebih dari Rp 3 juta. Hal ini menunjukkan tingginya frekuensi dan kenyamanan bertransaksi digital melalui QRIS, serta kemampuannya dalam mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan pembayaran,” ungkap Co-Founder & CEO, Populix, Timothy Astandu seperti dikutip dari keterangan resmi, ditulis Kamis (26/6/2024).

Riset menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia (7 dari 10) masih lebih memilih berbelanja di toko fisik (offline). Meskipun uang tunai masih menjadi metode pembayaran paling umum untuk transaksi offline, QRIS dengan cepat mendapatkan daya tarik, terutama di kalangan pekerja kantoran dan Gen Z.

Setengah dari responden (50%) menggunakan QRIS setidaknya sekali dalam seminggu di toko offline, dengan pekerja kantoran menggunakannya beberapa kali dalam seminggu (36%) dan Gen Z menggunakannya setiap hari.

Penetrasi tinggi ini cenderung didorong oleh kemudahan dalam penggunaan (49%), kecepatan transaksi (42%), serta adanya program promosi atau diskon untuk transaksi menggunakan QRIS (33%).

 


Transaksi Tertinggi

QRIS Bank DKI. Pada 2023, Bank DKI mendapatkan porsi sebesar Rp 2,8 Triliun dengan rincian alokasi konvensional sebesar Rp2 triliun, dan Syariah sebesar Rp800 miliar.

E-wallet dan bank digital menjadi dua platform utama untuk penggunaan QRIS. Selain populer untuk transaksi kecil dengan nominal kurang dari Rp 500 ribu, QRIS juga dapat menangani pembayaran yang lebih besar. Responden menyatakan pernah melakukan transaksi tertinggi mencapai hingga lebih dari Rp 3 juta, terutama untuk tagihan restoran dan belanja kebutuhan sehari-hari.

Laporan juga mengidentifikasi peluang untuk adopsi QRIS yang lebih luas di masa depan dengan 56% responden menyatakan pasti akan menggunakan metode pembayaran QRIS jika disediakan oleh penjual. Bahkan, 73% menyatakan akan lebih sering menggunakannya, dan 65% menyatakan akan mengeluarkan nilai transaksi yang lebih besar di masa depan.

Timothy menambahkan, QRIS memainkan peran kunci dalam memperkuat fondasi ekonomi digital Indonesia, meningkatkan inklusi keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

"Oleh karena itu, peningkatan infrastruktur sangat penting untuk memastikan transaksi yang lancar, cepat, dan aman,” tutur dia.

 


QRIS Bakal Gantikan Transaksi Debit hingga Kartu Kredit? Ini Jawaban Bank Indonesia

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Elyana K.  Widyasari dalam acara Pelatihan Wartawan di Pulau Samosir, Sumatra Utara. (Foto: Sulaeman)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan kehadiran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) merupakan inisiasi dari BI bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

Hal itu disampaikan Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Elyana K. Widyasari saat acara Pelatihan Wartawan di Pulau Samosir, Sumatra Utara, ditulis Senin (29/4/2024).

Ia menuturkan, penerbitan QRIS bukan untuk menggantikan transaksi pembayaran jenis kartu kredit maupun kartu debit. Meski, tren penggunaan QRIS terus memangkas transaksi pembayaran kartu kredit maupun kartu debit.

"Jadi, (QRIS) ini bukan untuk menyandingkan, bukan untuk membandingkan. Artinya bukan saling menggantikan, tidak," ujar Elyana Widyasari.

Saat ini, masyarakat membutuhkan layanan pembayaran yang efisien dengan biaya yang lebih murah.

"Kalau ingat sekitar 5 sampai 6 tahun lalu, kalau kita mau bayar itu sebelum ada QRIS kita datang ke merchant (pedagang) selalu ditanya pakai QR yang mana, kemudian akan tersedia  banyak sekali, ini yang akan menimbulkan biaya yang sangat tinggi bagi masyarakat," kata dia.

 

 


Transaksi Pembayaran

Ia menambahkan, transaksi pembayaran melalui kartu kredit dan kartu debit masih diminati oleh masyarakat. Selain itu, Bank Indonesia juga masih mengawasi transaksi masyarakat melalui kartu kredit dan debit.

"Karena masih ada model-model pembayaran seperti itu dan untuk pembayaran seperti itu masih diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia," ujar dia.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, nominal transaksi digital banking tercatat Rp15.881,53 triliun atau tumbuh sebesar 16,15 persen  secara year on year (yoy) pada kuartal I-2024. Sedangkan, nominal transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 41,70 persen (yoy) sehingga mencapai Rp253,39 triliun

Adapun, nominal transaksi QRIS tumbuh 175,44 persen (yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah merchant 31,61 juta. Sementara itu, nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM/Debit turun sebesar 3,80 persen (yoy) menjadi Rp1.831,77 triliun. 

Akan tetapi, nominal kartu kredit masih meningkat 7,71 persen (yoy). Dengan ini, nilai transaksi penggunaan kartu kredit mencapai Rp105,13 triliun.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya