The Fed Buka Peluang Pangkas Suku Bunga pada September 2024

Pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed akan terjadi pada September mendatang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Agu 2024, 10:00 WIB
Risalah terbaru mengungkapkan para pejabat Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan penurunan suku bunga. (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Risalah terbaru mengungkapkan para pejabat Federal Reserve (The Fed) mengindikasikan penurunan suku bunga pada pada September mendatang semakin mungkin terjadi.

"Sebagian besar peserta pertemuan 30-31 Juli mengamati bahwa, jika data terus keluar seperti yang diharapkan, maka akan lebih tepat jika kebijakan dilonggarkan pada pertemuan berikutnya," demikian isi risalah tersebut, dikutip dari CNBC International, Kamis (22/8/2024).

Pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga the Fed akan terjadi pada September, yang akan menjadi yang pertama sejak pelonggaran darurat pada awal krisis Covid-19.

Meskipun seluruh pemilih di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menentukan suku bunga memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil, ada kecenderungan di antara sejumlah pejabat untuk mulai melakukan pelonggaran pada pertemuan bulan Juli daripada menunggu sampai bulan September.

"Beberapa (peserta pertemuan) mengamati bahwa kemajuan terkini dalam inflasi dan peningkatan tingkat pengangguran telah memberikan alasan yang masuk akal untuk mengurangi kisaran target sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini atau bahwa mereka dapat mendukung keputusan tersebut," ungkap risalah itu.

Dalam istilah yang digunakan The Fed dalam risalah rapatnya, yang tidak menyebutkan nama atau menentukan berapa banyak pembuat kebijakan yang mempunyai pendapat tertentu, beberapa adalah angka yang relatif kecil.

Namun, ringkasan tersebut memperjelas bahwa para pejabat The Fed yakin terhadap arah inflasi dan siap untuk memulai pelonggaran kebijakan jika data terus mendukung.

 


Pergerakan Inflasi hingga Pasar Tenaga Kerja

Wisatawan berjalan melalui Terminal 3 di Bandara Internasional O'Hare, Chicago, Amerika Serikat, 19 Desember 2022. Liburan Natal dan Tahun Baru bagi sebagian warga Amerika Serikat dan Eropa tahun ini menghadirkan kekhawatiran karena tekanan ekonomi. (AP Photo/Nam Y. Huh)

Terdapat dua sentimen dalam risalah baru The Fed, yaitu penanda inflasi telah menunjukkan bahwa tekanan harga telah berkurang secara signifikan, sementara beberapa anggota mencatat kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja serta kesulitan yang dialami rumah tangga, terutama mereka yang berada pada spektrum pendapatan kelas bawah, dalam kondisi saat ini.

"Sehubungan dengan prospek inflasi, para peserta menilai bahwa data terbaru telah meningkatkan keyakinan mereka bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen," demikian isi risalah tersebut.

"Hampir semua peserta mengamati bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap disinflasi baru-baru ini kemungkinan akan terus memberikan tekanan pada inflasi dalam beberapa bulan mendatang," kata risalah itu.

"Mayoritas peserta menyatakan bahwa risiko terhadap tujuan ketenagakerjaan telah meningkat, dan banyak peserta menyatakan bahwa risiko terhadap tujuan inflasi telah menurun," tulisnya, seraya menambahkan, beberapa peserta mengingatkan risiko pelonggaran bertahap dalam kondisi pasar tenaga kerja dapat berubah menjadi kemunduran yang lebih serius.


Bos BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun 2 Kali pada 2024

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo prediksi suku bunga Amerika Serikat akan turun sebanyak 2 kali pada sisa penghujung 2024. Kemungkinan setiap penurunannya terjadi sebesar 25 basis poin.

Dia mengatakan, prediksi itu dilandasi dengan sejumlah data-data yang dianalisisnya. Termasuk melihat peluang melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan tingkat inflasi yang kembali ke sasaran 2 persen.

"Alhamdulillah sebulan ini menang ekonomi Amerika kelihatan sekali ada turning point-nya pertumbuhan ekonomi Amerika di semester 2 kemungkinan akan melambat demikian juga inflasi sudah mulai lebih firm mengarah ke sasaran inflasi jangka panjangnya yang di Amerika adalah 2 persen," ungkap Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Atas dasar itu, Perry memprediksi ada kemungkinan penurunan Fed Funds Rate sebanyak 2 kali. Dengan masing-masing penurunan di antara September dan November-Desember 2024. 

"Dari hasil-hasil bacaan kami dengan data-data terakhir dari ekonomi Amerika Serikat, statement FOMC (Penentu Kebijakan Moneter AS) dan juga ekspektasi pasar, kami di dalam 2 hari ini mendiskusikan bahwa baseline dengan probabilitas 75 persen ke atas fed funds rate akan turun 2 kali tahun ini," terangnya.

"Yaitu mulai September dan kemungkinan mungkin kalau enggak November, Desember. 2 kali, masing-masing 25 basis poin baseline-nya," Perry menambahkan.

Di sisi lain, dia juga mengatakan skenario lainnya dengan probabilitas 50-75 persen masih menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga The Fed 2 kali tahun ini.

"Tapi kami juga melihat skenario potensial, potential risk, dengan probabilitas 50-75 persen. Itu tahun ini tetap akan turun 2 kali, seperti baseline," ungkapnya.

 

 


Tok, BI Masih Tahan Suku Bunga Acuan 6,25%

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan besarna suku bunga acuan di posisi 6,25 persen. Tujuannya untuk tetap mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Hal itu diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Agustus 2024. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga acuan atau atau BI Rate masih tetap sama dengan bulan lalu.

"Berdasarkan hasil asesmen Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 20 dan 21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan Agustus 2024, di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Dia mengatakan, suku bunga deposit fascility tidak mengalami perubahan. Sama halnya dengan bunga lending fascility yang tetap.

"Demikian juga suku bunga deposit fascility sebesar 5,5 p dan suku bunga lending fasility tetap sekitar 7 persen," ucapnya.

Perry menegaskan, langkah ini sebagai dukungan kebijakan moneter terhadap stabilitas.

"Keputusan ini tetap konsisten dengan fosku kebijakan moneter yang pro stability. Yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah preemtif dan forward looking untuk memastikan tetap kterkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen pada tahun 2024 dan 2025," jelasnya.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya