Peneliti Ungkap Hilangnya Air dari Planet Venus

Menariknya, Venus juga pernah memiliki air sebelum menjadi planet kering dan panas saat ini. Para peneliti menemukan alasan hilangnya air di Venus.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Agu 2024, 03:00 WIB
(Sumber: Suara.com)

Liputan6.com, Jakarta - Venus kerap disebut sebagai kembaran bumi karena memiliki ukuran, massa, kepadatan, komposisi, dan gravitasi yang mirip. Planet ini sebenarnya hanya sedikit lebih kecil dari planet Bumi, yakni dengan massa sekitar 80 persen dari bumi.

Menariknya, Venus juga pernah memiliki air sebelum menjadi planet kering dan panas saat ini. Para peneliti menemukan alasan hilangnya air di Venus.

Dikutip dari laman Science Daily pada Kamis (22/08/2024), dengan menggunakan simulasi komputer, tim peneliti menemukan atom hidrogen di atmosfer planet tersebut melesat ke luar angkasa melalui proses yang dikenal sebagai "rekombinasi disosiatif".

Hal inilah yang menyebabkan Planet Venus kehilangan air dua kali lebih banyak setiap harinya. Dalam studi ini, para peneliti jug menemukan bahwa molekul yang disebut HCO+, berada di atmosfer Venus sebagai penyebab keberadaan air di planet tersebut.

Miliaran tahun yang lalu, selama pembentukannya, Venus diduga punya air sebanyak yang ada di Bumi saat ini. Proses penguapan yang disebut rekombinasi disosiatif tersebut membuat awan karbon dioksida (CO2) di atmosfer Venus.

Hal ini memicu efek rumah kaca di permukaan Venus terjadi dengan sangat masif. Pada akhirnya, pemanasan global di Venus ini meningkatkan suhu di permukaannya hingga mencapai 900 derajat Fahrenheit (sekitar 482 derajat Celsius).

 


Tidak Menjelaskan

Meski begitu, para peneliti mengakui penguapan tersebut tetap tidak menjelaskan mengapa Venus sangat kering seperti saat ini. Pasalnya, tak ada sisa jejak air sama sekali di Venus.

Para peneliti menduga fenomena ini merupakan akibat molekul HCO+. Para peneliti menemukan Planet Venus menampung volume molekul ini yang besar di atmosfernya.

Atmosfer Venus, air bercampur dengan karbon dioksida sehingga membentuk molekul HCO+ yang pernah dilaporkan juga bertanggung jawab atas hilangnya sebagian besar air di Mars. Molekul HCO+ ini bekerja dengan cara produksi secara terus-menerus di atmosfer.

Namun, ion-ion individunya tidak bertahan lama. Alhasil, elektron di atmosfer menemukan ion-ion ini, dan bergabung untuk membelah ion menjadi dua.

Hal tersebut menyebabkan atom hidrogen saling menjauh dan bahkan mungkin lepas ke luar angkasa. Meski demikian, tidak ada satupun teknologi yang mampu mendeteksi rute penyebaran HCO+ baik di atmosfer Mars ataupun Venus.

 


Permukaan Venus Kaya Gas Fosfin

Setelah, misi luar angkasa tidak menemukan jejak air di atmosfer Venus. Para astronom justru menemukan bahwa atmosfer Venus dipenuhi gas fosfin.

Keberadaan gas jenis ini membuat permukaan Venus berbau seperti telur busuk. Gas fosfin, juga dikenal sebagai fosfin, merupakan senyawa kimia umumnya dihubungkan dengan aktivitas biologis di Bumi.

Penemuan ini memunculkan spekulasi tentang kemungkinan adanya kehidupan di Venus. Namun, penting untuk dicatat, bukti-bukti mendukung keberadaan kehidupan di Venus masih belum pasti dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Adanya bau seperti telur busuk di atmosfer Venus dihubungkan dengan adanya aktivitas vulkanik intens di planet ini. Ketika gas-gas vulkanik, seperti belerang, dilepaskan ke atmosfer, reaksi kimia dapat menghasilkan senyawa-senyawa mengandung belerang.

Gas-gas ini dapat memberikan kontribusi terhadap aroma tidak sedap terdeteksi oleh instrumen di wahana antariksa yang mengunjungi Venus.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya