Sehari Akan Jadi 25 Jam Gara-Gara Bulan, Ini Penjelasannya

Meski tampaknya tidak ada yang berubah, sebenarnya hari di Bumi sudah sedikit lebih panjang dibanding jutaan tahun lalu karena bulan semakin menjauh

oleh Switzy Sabandar diperbarui 23 Agu 2024, 05:00 WIB
Potret planet Bumi 360 derajat yang ditangkap dengan kamera aksi Insta360 X2 yang dikirim ke luar angkasa (Insta360)

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa hari-hari akan semakin panjang karena bulan perlahan menjauh dari planet Bumi. Diperkirakan, hari di Bumi bisa mencapai 25 jam suatu hari nanti.

Dikutip dari laman Live Science pada Kamis (22/08/2024), penelitian dari University of Wisconsin-Madison menyebutkan bahwa proses ini terjadi secara alami dan sudah berlangsung selama jutaan tahun.

Meski tampaknya tidak ada yang berubah, sebenarnya hari di Bumi sudah sedikit lebih panjang dibanding jutaan tahun lalu karena bulan semakin menjauh. Setiap tahunnya, bulan bergerak menjauh dari Bumi sekitar 3,8 cm (1,5 inci), dan meskipun ini terdengar kecil, efeknya cukup besar dalam jangka panjang.

Menariknya, penelitian ini juga mengungkap bahwa di masa lalu, bumi berputar lebih cepat. Sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu, satu hari di bumi hanya berlangsung selama 18 jam. Hal itu terjadi karena bulan lebih dekat dengan bumi, dan gravitasinya membuat planet kita berputar lebih cepat. Semakin dekat bulan, semakin cepat rotasi bumi.

Namun, seiring waktu, bulan semakin menjauh dari bumi dalam proses yang disebut 'resesi bulan', dan itu memperlambat rotasi bumi. Saat ini, jarak Bumi dan Bulan yaitu sekitar 384.400 km. Perlu waktu sekitar 27,3 hari bagi Bulan untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi planet kita.

 


Dampak Bulan Menjauh dari Bumi

Melansir laman Space pada Kamis (22/08/2024), berikut dampak bulan menjauh dari bumi.

1. Gelombang pasang di laut menjadi lebih sedikit

Gaya gravitasi Bulan memberikan efek pasang surut terhadap air laut di Bumi. Bagian lautan yang berada lebih dekat dengan Bulan akan mengalami pasang.

Sebaliknya, sisi lautan yang berada lebih jauh dari jangkauan Bulan akan mengalami surut. Jika Bulan semakin menjauh dari Bumi, maka gelombang pasang air laut akan menjadi lebih sedikit.

Hal ini bisa terjadi lantaran tarikan gravitasi satelit alami Bumi itu melemah. Apabila objek langit berbentuk bulat padat itu terus menjauh dari planet induknya, ritme pasang surut air laut di Bumi akan mengalami kekacauan.

Tak hanya itu, ekosistem serta kehidupan hewan-hewan laut yang ada di pesisir juga terancam hancur. Kepiting, terumbu karang, dan biota laut lainnya bakal kesulitan untuk bertahan hidup.

2. Waktu siang dan malam menjadi lebih panjang

Semakin Bulan menjauh dari Bumi, maka waktu siang dan malam akan menjadi lebih panjang. Hal ini lantaran Bulan memengaruhi kecepatan rotasi Bumi pada porosnya.

Semakin jauh jarak antara keduanya, semakin lambat rotasi Bumi pada sumbunya. Hal tersebut sudah diteliti oleh para ilmuwan menggunakan metode statistik baru.

Para ilmuwan mengintip masa lalu geologi Bumi dan melakukan rekonstruksi sejarah. Penelitian tersebut mengungkap bahwa 1,4 miliar tahun yang lalu, Bulan dan Bumi berjarak lebih dekat.

Akibatnya, planet kita ini berputar lebih cepat. Waktu 1 hari hanya berlangsung selama 18 jam.

Apabila Bulan semakin menjauh dari Bumi, maka waktu siang dan malam akan menjadi lebih panjang. Jika saat ini 1 hari terdiri dari 24 jam, tak menutup kemungkinan waktu 1 hari di masa depan menjadi 25 jam atau lebih, seiring menjauhnya Bulan dari planet induknya.

 


Iklim Berubah

3. Iklim Akan Berubah

Salah satu peran penting Bulan yakni menstabilkan kemiringan sumbu atau poros Bumi. Hal ini berdampak pada keseimbangan iklim, musim, dan cuaca di Bumi.

Jika Bulan terus melangkah menjauhi Bumi, maka keseimbangan antar musim akan terganggu. Kondisi cuaca juga bakal semakin ekstrem dan sulit untuk diprediksi.

Selain itu, apabila Bulan semakin menjauh dari Bumi, langit malam bakal menjadi semakin gelap. Cahaya Bulan yang sebelumnya menerangi langit malam akan meredup seiring ia berjarak dengan Bumi.

Hal ini jelas akan membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi. Pada 1972, ahli geologis dari Australia, A. F. Trendall, mengemukakan teori yang bernama “siklus Milankovitch” berdasarkan penelitiannya mengamati lapisan batuan sedimen Bumi.

Siklus ini menjelaskan bagaimana besarnya dampak yang dihasilkan jika sudut kemiringan Bumi dan bentuk orbit Bumi berubah walaupun sedikit saja. Teori ini disebut siklus karena diyakini perubahan kedua hal tersebut terjadi setiap 400.000, 100.000, 41.000, dan 21.000 tahun.

4. Kemiringan Bumi Tidak Stabil

Jika Bulan semakin menjauh, dampak gravitasi Bulan terhadap Bumi juga akan melemah. Tanpa gaya gravitasi Bulan, kemiringan Bumi akan menjadi tidak stabil dan berubah drastis.

Mungkin saja Bumi bisa miring lebih dari 45 derajat tanpa Bulan. Tanpa Bulan, pengaruh gravitasi dari benda-benda langit lain, seperti Matahari dan planet-planet lain.

Hal ini akan menyebabkan kemiringan Bumi berfluktuasi secara liar. Fluktuasi ini dapat berkisar antara 22,1 derajat hingga 85 derajat.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya