Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI mengumumkan kinerja yang berakhir pada 30 Juni 2024. BNI mencatatkan kinerja yang semakin menguat pada semester I 2024 didukung dengan akselerasi pertumbuhan bisnis. Baik dari sisi penyaluran kredit dan transaksi nasabah maupun momentum perbaikan kualitas aset yang terjaga.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menjabarkan, hal itu tercermin dari perolehan laba bersih BNI secara konsolidasi hingga Juni 2024 tumbuh 3,8 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) mencapai Rp 10,7 triliun. Raihan itu inline dengan ekspektasi market.
Advertisement
"Pencapaian laba yang baik ini didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi dari kuartal II, sehingga BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit di Juni 2024 sebesar 11,7 persen yoy atau dengan posisi sekarang Rp 727 triliun meningkat dibanding pertumbuhan kredit di kuartal pertama yang sebesar 9,6 persen yoy," beber Royke dalam paparan kinerja BBNI, Kamis (22/8/2024).
Pertumbuhan kredit ini dihasilkan dari ekspansi yang prudent di segmen beresiko rendah yaitu corporate blue chip, baik swasta dan BUMN, kredit konsumer dan perusahaan anak. Akselerasi pertumbuhan kredit ini juga tidak lepas dari stabilnya perekonomian nasional di tengah kondisi global yang sangat dinamis serta operating environment yang membaik bagi perbankan.
Terutama sejak Bank Indonesia memberikan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum atau GWM dalam rupiah kepada bank yang menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor tertentu yang berlaku sejak 1 Juni 2024.
"Dengan BI melakukan insentif tersebut, telah memperluas cakupan sektor prioritas kebijakan likuiditas makroprudensial atau KLM dengan turut mencakup sektor otomotif, perdagangan, listrik, gas, air serta sektor jasa sosial, ekonomi kreatif dan juga pembiayaan hijau di samping sektor hilirisasi minerba, non-minerba, perumahan dan pariwisata yang telah ada sebelumnya," beber Royke.
Tambahan Likuiditas
Dengan memanfaatkan insentif ini perbankan memperoleh tambahan likuiditas yang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat. Pemberian insentif ini juga berdampak positif pada cost of fund yang mulai menunjukkan perbaikan di kuartal II 2024 karena dapat dimanfaatkan momentumnya untuk memperbaiki struktur dana pihak ketiga.
Adapun penyaluran kredit BNI secara Bank only selama semester I 2024 sebesar Rp 171 triliun atau meningkat 48% dibanding semester I 2023 yang disalurkan terutama kepada korporasi blue chip, baik swasta maupun BUMN. Tiga sektor utama dengan penyaluran kredit terbesar adalah perdagangan, energi, dan manufaktur. Namun secara umum BNI masih melihat loan demand yang cukup baik di seluruh sektor ekonomi.
"Ekspansi kredit kami fokuskan pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional yang diikuti optimalisasi bisnis dari ekosistem debitur. Sehingga mendorong pertumbuhan kredit di segmen lainnya seperti consumer yang tumbuh hingga 15,1% yoy," kata Royke.
Penguatan peran anak usaha juga semakin positif dalam memberi kontribusi kinerja ke BNI Group. Hal ini ditunjukkan dengan PPOP atau Pre-Provision Operating Profit dari anak perusahaan yang meningkat sebesar 4,8% yoy di semester I 2024. Kami optimis BNI dapat terus mendorong tren pertumbuhan yang baik agar dapat memberikan kontribusi optimal dalam menjaga momentum pertumbuhan kredit dan ekonomi.
relaksasi GWM
Direktur Finance BNI, Novita menambahkan, pertumbuhan kredit yang tinggi dilakukan di tengah relaksasi GWM yang diberikan oleh BI melalui insentif kebijakan likuiditas makroprudensial. Relaksasi GWM ini memberikan tambahan likuiditas yang dioptimalkan untuk mendukung penyaluran kredit sekaligus dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur dana pihak ketiga BNI dengan cara mengurangi porsi dana institusi pada giro dan deposito, lalu menggantikan dengan deposito retail atau perorangan yang lebih efisien dari sisi suku bunga.
Hasilnya, terlihat dari total dana pihak ketiga BNI di semester I 2024 yang tercatat tumbuh 1% yoy, terutama didukung oleh pertumbuhan tabungan sebesar 4,3% yoy dan giro 1,1% yoy, sementara deposito terkoreksi 2,6% yoy.
"Hal ini mendorong rasio casa terhadap dana pihak ketiga naik 70,7% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 69,6%. Upaya tersebut menghasilkan efisiensi cost of fund sehingga cost of fund di kuartal II 2024 menjadi 2,72% membaik 7 bps dibandingkan kuartal sebelumnya," kata Novita.
Ekspansi bisnis yang terakselerasi dan efisiensi dari sisi cost of fund yang terjadi di kuartal II 2024 menghasilkan pendapatan bunga bersih atau net interest income yang meningkat 3,1% dari kuartal sebelumnya. Kinerja top line juga didukung oleh pertumbuhan fee based income mencapai 11,9% yoy didorong oleh pertumbuhan fee dari banking activities dan transaksi digital.
Sebagai dampak akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset juga terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio non-performing loan NPL dan rasio loan at risk. Rasio NPL per Juni 2024 ada di level 2% membaik jika dibandingkan Juni tahun lalu sebesar 2,5%.
Advertisement
NPL
Sementara itu, loan at risk yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 12,3%, membaik dibandingkan Juni tahun lalu sebesar 16,1%.
"Meskipun indikator kualitas aset menunjukkan perbaikan yang kuat, kami terus mengimbangi dengan penyediaan pencadangan pada level yang cukup untuk mengantisipasi resiko ketidakpastian di masa yang akan datang," kata Novita.
Rasio pembentukan beban CKPN terhadap total kredit atau kredit cost hingga semester 1 2024 sebesar 1%. Menurun 40 basis point dibandingkan kredit kos yang dibentuk pada semester I tahun lalu sebesar 1,4%.
CKPN yang dibentuk sangat memadai untuk meng-cover kebutuhan penambahan pencadangan bagi debitur-debitur yang masih dalam perhatian khusus. Kecukupan pencadangan ini tergambar dari rasio pencadangan untuk NPL dan loan at risk pada posisi Juni 2024 berada di level memadai masing-masing sebesar 298% dan 48%.
Sesuai ekspektasi
Secara konsolidasi BNI mampu membukukan perolehan laba bersih semester I 2024 sebesar 10,7 triliun tumbuh 3,8% yoy. Pencapaian ini relatif in-line dengan ekspektasi market.
"Kami berkomitmen untuk menjaga momentum pertumbuhan dan positif kinerja serta mencapai target bisnis tahun ini, antara lain dengan melihat masih baiknya loan demand terutama di segmen korporasi serta potensi membaiknya kondisi likuiditas di semester II 2024 dari kebijakan moneter dan fiskal, baik global maupun domestik yang lebih ekspansif," pungkas Novita.
Advertisement