Liputan6.com, Jakarta Pertamina NRE dengan anak usaha PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Jawa Satu Power berancang-ancang membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan flare gas. Rencananya pembangunan dilakukan di 4 lokasi kilang di Indonesia.
Ini diungkapkan Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) Fadli Rahman."Ada 3-4 (lokasi) yakni Balongan, Cilacap, Plaju, dumai. Itu paling banyak flarenya," jelas dia dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Selasa (20/08/2024).
Advertisement
Nilai investasi dari pembangunan pembangkit listrik flare gas ini berkisar USD 60 juta sampai USD 100 juta. Investasi ini untuk kapasitas 10 Megawatt-20 Megawatt. Teknologinya Jepang atau Jerman nantinya," ungkap dia.
Sebagai informasi, flare gas atau gas suar bakar merupakan gas yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi dan produksi atau pengolahan minyak dan gas bumi, dimana Flare Gas berdampak pada perubahan iklim dan lingkungan melalui emisi CO2, Black Carbon, dan Polutan lainnya.
Sebagai awalan, Proyek "flare gas to power" dibangun di Balongan pada 2025 mendatang, setelah dilakukan pemancangan tiang pertama (Groundbreaking) di tahun ini. Setelah itu menyasar ke lokasi lain seperti di kilang Cilacap, Plaju dan Dumai.
"Pada prosesnya, kilang banyak gas hydrogen yang dibakar di Indramayu. Itu tuh bisa ditangkap dijadikan listrik. jadi kita emisi dari flare itu berkurang dan jadi listrik. kedua, dia pakai gas, penggunaan gas berkurang. Jadi saving. itu kan ada di setiap kilang," tutur dia.
Adapun pasokan listrik dari pembangkit ini sepenuhnya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di kilang Pertamina.