Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang suka mengoleksi atau berburu stempel paspor saat berpetualang ke berbagai negara? Era itu akan segera berakhir di Uni Eropa.
Hal itu terjadi seiring dengan pengumuman Uni Eropa tentang rencana penerapan Entry/Exit System (ESS) elektronik yang akan mulai berakhir jelang akhir tahun ini. Dengan begitu, ritual petugas imigrasi mencap paspor di pos perlintasan batas akan ditiadakan.
Advertisement
Mengutip NY Post, Kamis, 22 Agustus 2024, mulai 10 November 2024, wajah dan sidik jari para pelancong akan dipindai saat memasuki Eropa. Data biometrik itu akan digunakan untuk melakukan referensi silang paspor mereka dan memverifikasi masuk dan keluar individu tersebut di masa mendatang.
"Di setiap bandara, setiap pelabuhan, setiap jalan menuju Eropa, kami akan memiliki kontrol perbatasan digital," kata Komisaris UE Ylva Johansson dalam pidatonya pada 16 Agustus 2024, menurut USA Today. "Jika itu terjadi, kita akan berpisah dengan stempel paspor, dan kita akan menyambut pemeriksaan digital."
Untuk menggunakan sistem ini, pelancong atau turis memerlukan paspor biometrik atau paspor elektronik yang berisi pengidentifikasi biometrik dan chip elektronik untuk meningkatkan keamanan. Wsatawan yang tidak memiliki paspor biometrik masih dapat memasuki Uni Eropa, meskipun mereka harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
"Dengan Entry/Exit System kita akan mengetahui secara pasti siapa saja yang masuk ke wilayah Schengen dengan paspor asing. Kami akan tahu jika orang-orang tinggal terlalu lama. Melawan migrasi tidak teratur," kata Johansson, dilansir Metro UK. "Dan ESS akan mempersulit penjahat, teroris, atau mata-mata Rusia untuk menggunakan paspor palsu."
Mundur dari Jadwal Semula
Mengutip Euro News, Selasa, 20 Agustus 2024, EES pertama kali dijadwalkan untuk diluncurkan pada 2022, tetapi menghadapi beberapa kendala karena masalah teknologi informatika. Selain itu, ada keterlambatan dalam memasang penghalang otomatis yang diperlukan di semua perbatasan darat, laut, dan udara internasional di wilayah Schengen.
ESS akan menjadi sistem pendaftaran otomatis untuk pelancong Inggris dan pelancong non-UE lainnya yang tidak memerlukan visa untuk memasuki UE. Pelancong perlu memindai paspor atau dokumen perjalanan lainnya di kios swalayan setiap kali mereka melintasi perbatasan eksternal UE. Ini tidak akan berlaku untuk warga negara atau penduduk resmi UE atau mereka yang memiliki visa tinggal lama.
Sistem EES akan mencatat nama pelancong, data biometrik, dan tanggal serta tempat masuk dan keluar. Pemindaian wajah dan data sidik jari akan diperbarui setiap tiga tahun dan berlaku untuk beberapa perjalanan dalam periode tersebut.
Kebijakan ini akan berlaku saat memasuki semua negara anggota UE, kecuali Siprus dan Irlandia, serta empat negara non-UE di wilayah Schengen seperti Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss. EES bisa mengidentifikasi pelancong yang melebihi waktu yang diizinkan di wilayah Schengen (90 hari dalam jangka waktu 180 hari).
Advertisement
Kekhawatiran Warga Inggris dan Non-UE yang Melancong ke Wilayah Schengen
Di Inggris dan tempat lain, ada kekhawatiran bahwa EES dapat meningkatkan waktu pengecekan di pos pemeriksaan perbatasan. Dalam laporan Dewan Eropa yang dirilis oleh lembaga nirlaba Statewatch, berbagai negara menyatakan kekhawatiran atas penundaan penerapan EES.
Tahun lalu, mereka mengatakan jumlah waktu yang harus mereka gunakan untuk menguji sistem sebelum peluncurannya berkurang dengan cepat. Pihak berwenang Prancis akan mengoperasikan pemeriksaan perbatasan EES di Pelabuhan Dover, Eurostar, dan Eurotunnel di Inggris.
Badan pemerintah dan perwakilan industri pariwisata mengatakan bahwa EES kemungkinan akan menyebabkan antrean panjang untuk lalu lintas feri yang berlayar dari Dover ke Calais. Guy Opperman, seorang menteri di departemen transportasi Inggris, telah menjelaskan bahwa skema tersebut akan memiliki peluncuran terbatas enam bulan untuk membuat prosesnya lebih sederhana.
Jika sampai pada situasi sejumlah antrean atau penundaan, ketentuan tindakan pencegahan yang lebih fleksibel memungkinkan kebebasan yang jauh lebih besar untuk kendaraan, bus, truk berat, dan mobil, katanya. Itu akan bisa mengatasi banyak antrean dan kemacetan di perbatasan.
Segera Luncurkan ETIAS untuk warga non-UE
Negara-negara lain juga masih mengerjakan rencana implementasi EES. Komisi Eropa telah menyarankan bahwa sistem tersebut mungkin perlu diperkenalkan secara bertahap dan fleksibel untuk mengurangi kemungkinan waktu tunggu yang lama di perbatasan.
Sekitar enam bulan setelah peluncuran EES, UE akan menerapkan sistem ETIAS yang merupakan bentuk izin perjalanan bagi non-warga negara Schengen. Untuk mengunjungi 30 negara Eropa yang memerlukan identifikasi ETIAS, pelancong dari 60 negara perlu membayar 7 euro atau sekitar Rp120 ribuan untuk melengkapi aplikasi dan menunggu persetujuan, yang bisa memakan waktu berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu.
Johansson mengatakan ETIAS akan mulai beroperasi pada musim semi 2025. Permohonan yang disetujui akan berlaku selama tiga tahun atau hingga paspor yang terkait dengan individu tersebut habis masa berlakunya.
Pengajuan visa akan diwajibkan bagi siapa pun yang ingin mengunjungi wilayah Schengen dalam jangka pendek. ETIAS awalnya dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada November 2023. Namun, Komisi Eropa kini menyatakan bahwa sistem ini akan berlaku pada 2025.
Advertisement