Liputan6.com, Jakarta - Antartika merupakan benua yang terletak di Kutub Selatan dan menjadi tempat paling dingin di Bumi. Lapisan es Antartika adalah satu-satunya massa es terbesar di dunia yang tebalnya dapat mencapai empat mil.
Sembilan puluh persen es air tawar di planet ini ada di antartika dan itu berarti sekitar 70 persen dari total air tawar yang ada di Bumi. Walau merupakan dunia beku, ada tempat di mana lava panas selalu mengepul di Antartika.
Ada beberapa gunung berapi di benua tersebut, salah satunya adalah Gunung Erebus. Gunung yang terletak di paling selatan dunia ini menjadi salah satu gunung berapi paling aktif di dunia.
Baca Juga
Advertisement
Menariknya, Gunung Erebus menyemburkan lava yang mengandung emas. Dikutip dari laman IFLScience pada Jumat (23/08/2024), berikut fakta-fakta Gunung Erebus.
1. Gunung Paling Aktif di Tengah Samudera Es
Gunung berapi Erebus pertama kali ditemukan oleh penjelajah kutub bernama Sir James Clark Ross pada 1841. Ross menamai gunung tersebut Erebus, sesuai dengan nama kapal miliknya.
Saat ditemukan, gunung tersebut tengah mengalami erupsi. Gunung Erebus adalah gunung terbesar dari 4 gunung berapi yang membentuk Pulau Ross, yang berbentuk segitiga.
Gunung Erebus yang selalu aktif ini merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik yang terdiri dari 160 gunung berapi aktif. Gunung ini juga salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia.
Erebus terus-menerus mengeluarkan erupsi dan melemparkan 'bom lava', yaitu gumpalan magma yang terlempar ke luar. Erebus juga mengalami ledakan besar, walau terjadi lebih jarang.
Sumber Polutan
2. Sumber Polutan
Gunung Erebus kerap mengalami erupsi dan mengeluarkan gas. Beberapa elemen dalam magma gunung sangat mudah menguap yang akhirnya keluar dalam bentuk gas.
Gas alam yang keluar dari gunung mengandung unsur-unsur logam, termasuk unsur-unsur yang berbahaya seperti timbal, arsenik dan merkuri. TPara ilmuwan percaya elemen-elemen tersebut walau dalam jumlah sedikit, dapat terbang terbawa angin setidaknya sampai kutub selatan yang berada di ketinggian yang cukup tinggi.
Menentukan seberapa besar 'pencemaran alami' yang disebabkan Gunung Erebus terhadap lingkungan Antartika merupakan hal yang cukup menantang. Jika Erebus terus mengeluarkan gas, maka elemen seperti bromin akan terlepas ke troposfer, lapisan atmosfer yang paling dekat dengan bumi, dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi ozon.
Jurnal dari ScienceDirect menyebut reaksi kimia heterogen yang melepaskan klorin molekuler yang aktif secara fotokimia. Hal ini merupakan salah satu penyebab utama hancurnya ozon stratosfer.
3. Gua Es
Gas dari gunung berapi Erebus tidak selalu berasal dari danau lava. Dapur magma gunung juga mengeluarkan aliran magma panas ke berbagai tempat di sekitar puncak gunung.
Karena gunung dikelilingi es dan cuaca beku, gas panas dari magma yang berusaha keluar dari es, dapat mengeras sebelum akhirnya menguap. Gas tersebut mengeras dan membentuk terowongan mirip ruangan yang terbentuk di bawah lapisan es.
Karena berada di bawah lapisan es, suhu di dalam gua dapat mencapai 25 derajat Celcius. Peneliti menduga terdapat organisme mikroba yang hidup di gua es tersebut.
Peneliti dari Universitas Nasional Australia menemukan adanya makhluk hidup tak dikenal dari sampel yang mereka ambil. Mikroba-mikroba tersebut diduga tidak membutuhkan sinar mata hari untuk hidup.
Mikroba tersebut diduga bertahan hidup dengan memanfaatkan elemen lain, seperti besi dan hidrogen.
4. Menyemburkan Kristal Es
Gunung Erebus juga menyemburkan kristal kecil emas metalik. Kristal kecil emas metalik yang disemburkan oleh Erebus memiliki ukuran tidak lebih dari 20 mikrometer.
Dalam satu hari, diperkirakan gunung berapi ini memuntahkan sekitar 80 gram emas yang bernilai sekitar 6.000 dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 96,7 juta. Meski begitu, emas yang keluar adalah spesifikasi kecil, hanya senyawa kimia, bukan bongkahan emas.
Gunung Erebus juga mengeluarkan kristal atau partikel kecil logam lainnya, seperti tembaga.
(Tifani)
Advertisement