Liputan6.com, Jakarta - Kandungan kualitas nutrisi dan keamanan makanan, menjadi hal penting dalam industri makanan saat ini. Kehadiran analisis proximate, menjadi salah satu cara efektif dan banyak digunakan pelaku industri pangan ke depan.
Lantas, bagaimana cara analis proximate bekerja?
Baca Juga
Advertisement
Analisis proximate merupakan metode dasar untuk mengidentifikasi komponen utama bahan makanan, termasuk kelembapan, abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Dengan analisis ini, para produsen di kalangan industri makanan dapat memperoleh gambaran yang jelas, mengenai komposisi nutrisi dalam produk yang mereka hasilkan.
CEO PT Adidharma Ekaprana Arie Christianto mengatakan, penerapan teknologi analisis proximate sangat membantu kalangan industri makanan, dalam memastikan informasi yang akurat mengenai kandungan nutrisi makanan bagi konsumen.
“Ini menjadi langkah penting dalam menjaga kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan nilai gizi produk yang dikonsumsi,” ujar dia.
Menurutnya, analisis proximate adalah dasar dari setiap evaluasi nutrisi dalam industri makanan. Dengan teknologi yang ditawarkan, diharapkan mampu mendukung peningkatan kualitas dan kontrol dalam industri makanan di Indonesia.
Dalam industri makanan, analisis proximate berperan penting dalam penentuan nilai gizi, kontrol kualitas, penelitian makanan, hingga pelabelan nutrisi. Beberapa alat yang bisa digunakan dalam proses analisis proximate yakni Ankom dan Blue Sun Scientific.
Ankom Flex adalah instrumen laboratorium khusus yang dirancang untuk mengekstrak dan menyiapkan sampel secara efisien untuk analisis vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan kolesterol.
Sementara Blue Sun Scientific Phoenix, alat Near-Infrared Spectroscopy (NIRS) berfungsi menganalisis berbagai bahan makanan, menggunakan teknologi jangkauan gelombang sesuai dengan jenis sampel yang akan diuji, seperti canola, sereal, coklat, susu, pakan ternak, tepung, kentang, dan banyak lagi.