Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mendapat penghargaan "Climate Hero Award" dari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) atas kontribusinya dalam kebijakan terkait perubahan iklim.
Penghargaan tersebut diberikan dalam acara Indonesia Net-Zero Summit atau INZS 2024 yang diselenggarakan oleh FPCI di Jakarta, Sabtu (24/8/2024).
Advertisement
"Hari ini saya merasa sangat rendah hati kalau ditunjuk sebagai Climate Hero Award. Rasanya saya tidak deserve this award," ujarnya usai menerima penghargaan itu.
Menurutnya, upaya mengatasi masalah perubahan iklim memerlukan usaha kolektif yang melibatkan banyak pihak.
"Saya tahu betul climate change adalah sebuah tantangan umat manusia. So no one can claim to become the only hero untuk fighting climate change. Jadi, saya anggap bahwa Climate Hero Award ini saya kembalikan kepada Anda semuanya supaya setiap harinya punya semangat memerangi climate change," lanjut dia.
Sri Mulyani pun membagikan cerita tentang perannya dan keterlibatannya terkait kebijakan perubahan iklim.
Kiprahnya dimulai saat menjabat sebagai menteri keuangan RI pada tahun 2007 dan Indonesia menjadi tuan rumah Conferences of the Parties (COP) ke-13 di Bali. Saat itu, ia diminta oleh PBB agar menteri keuangan juga terlibat dalam acara yang biasanya hanya aktif diikuti oleh menteri lingkungan hidup.
"Di situlah muncul suatu tanggung jawab sebagai seorang Menteri Keuangan me-mainstream-kan climate change di dalam pembahasan menteri-menteri keuangan," papar Sri.
Kemudian pada tahun 2008, Presiden Bank Dunia Robert B. Zoellick secara rutin mengadakan Bali Breakfast di setiap meeting tahunan Bank Dunia.
"Di situlah climate change mulai menjadi agenda utama bagi menteri keuangan," tambahnya.
Pentingnya Semangat dan Tekad Anak Muda
Wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut bahwa semua orang, terutama anak muda, perlu memiliki komitmen dan semangat sebagai modal utama dalam mengatasi masalah lingkungan.
"Saya ingin menyampaikan pada generasi muda, bahwa semangat harus dipelihara untuk tetap menyala dan mengatasi banyak masalah teknis. Karena orang bisa terus menjaga semangat saja, tapi hanya pada level semangat. Masalah teknis juga harus diatasi, dan itu membutuhkan ketelitian, kesabaran, ketelatenan, dan kompetensi. Maka belajar, belajar, dan belajar," tutur Sri.
Ia juga mengatakan bahwa upaya mengatasi masalah iklim harus dijadikan sebuah pemikiran dan gaya hidup baru oleh semua orang, terlebih generasi muda.
"Saya minta kepada teman-teman semuanya para generasi muda, equip yourself dalam peperangan ini," kata dia.
Teknologi, sebut Sri, menjadi salah satu senjata penting yang dapat digiati oleh anak muda.
"Saya akan sangat senang kalau banyak generasi muda yang menekuni bidang teknologi entah itu memecahkan masalah emisi dari energy, dengan renewable energy. Entah Anda mau menyelesaikan masalah CO2 dari transportasi. Entah Anda mau menjaga CO2 capture melalui kehutanan, pertanian dengan rendah CO2, dengan manajemen sampah sehingga dia tidak mengeluarkan metan yang sangat-sangat tinggi kandungan CO2-nya," ujar dia.
Advertisement
Tantangan Sekaligus Kesempatan bagi Anak Muda
Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 itu menyebut bahwa masalah perubahan iklim tidak hanya menjadi masalah namun juga kesempatan bagi anak muda.
"Anda, generasi muda, you are having a lot of opportunity untuk bisa memilih bidang apa saja yang kalian akan tekuni. Entah itu carbon market, atau yang non-market kita punya badan lingkungan hidup, dari sisi pembiayaan yang me-manage claim carbon reduction kita dan mendapatkan berdasarkan result based BPDLH (Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup ini. Jadi opsinya banyak sekali," tambahnya.