Waspada Wabah Mpox, Bandara Changi Singapura Berlakukan Cek Suhu dan Visual Pelancong

Cek suhu dan visual pelancong mulai diberlakukan di Bandara Changi dan Seletar Singapura pada Jumat, 23 Agustus 2024, akibat wabah virus Mpox di beberapa negara.

oleh Asnida Riani diperbarui 24 Agu 2024, 19:00 WIB
Wisatawan tiba di Bandara Internasional Changi di Singapura. Republik melaporkan 1.670 kasus baru COVID-19 yang dikonfirmasi pada Sabtu (16 April 2022). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemeriksaan suhu dan visual diberlakukan di Bandara Changi dan Seletar Singapura mulai Jumat, 23 Agustus 2024, sebagai upaya pencegahan kasus impor Mpox. Kementerian Kesehatan (MOH), Kementerian Transportasi dan Imigrasi, serta Otoritas Pos Pemeriksaan Singapura mengatakan mereka akan meningkatkan pengawasan terhadap penyakit virus menular di perbatasan.

Melansir Strait Times, Sabtu (24/8/2024), langkah pemeriksaan serupa akan diterapkan di pos pelabuhan bagi awak kapal dan penumpang yang tiba dengan kapal dari daerah terdampak Mpox. MOH mengatakan, meski tidak ada penerbangan langsung antara Singapura dan negara-negara yang dilanda wabah Mpox, pemeriksaan akan tetap dilakukan pada awak kabin maupun penumpang dalam penerbangan dari tempat-tempat yang mungkin berisiko dilanda wabah Mpox.

Imbauan kesehatan juga telah diberlakukan di pos pemeriksaan udara, sehingga penumpang akan mengambil tindakan pencegahan pribadi yang diperlukan untuk menghindari infeksi. Pelancong sangat disarankan mengikuti anjuran tersebut, terutama jika mereka bepergian ke dan dari negara-negara yang dilanda wabah.

Mereka yang ditemukan mengalami demam, ruam, dan/atau gejala lain Mpox akan dirujuk untuk pemeriksaan medis. MOH mengaku memantau situasi global dengan cermat, menyebut bahwa wabah tersebut secara umum masih terbatas di Afrika, dengan dua kasus Mpox klade I yang lebih parah dilaporkan di Swedia dan Thailand.

Merespons wabah Mpox, sejumlah negara telah merilis peringatan perjalanan ke wilayah-wilayah dengan kasus yang terbilang tinggi. Otoritas kesehatan Eropa telah menyarankan negara-negara Uni Eropa (UE) mengeluarkan peringatan perjalanan ke wilayah-wilayah di Afrika yang mengalami wabah virus Mpox.

 


Peringatan Perjalanan karena Mpox

Informasi tentang cacar monyet atau monkeypox dipasang di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019). Cacar monyet merupakan penyakit langka yang disebabkan virus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Badan itu juga menyarankan orang yang bepergian ke wilayah-wilayah tersebut untuk divaksin, lapor North Africa Post, Kamis, 22 Agustus 2024. Setelah mendeteksi varian Mpox baru di Swedia, kasus pertama dari strain ini di luar Afrika, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperingatkan bahwa Eropa kemungkinan akan melihat lebih banyak kasus impor karena wabah virus di beberapa negara Afrika.

ECDS menyatakan keprihatinan terutama atas memburuknya situasi di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan negara-negara tetangga. Karena itu, badan kesehatan tersebut telah meningkatkan penilaian tingkat risikonya dari "rendah" jadi "sedang."

Namun, ECDC menganggap risiko penularan yang sedang berlangsung di Eropa rendah, asalkan otoritas kesehatan setempat dengan cepat mengidentifikasi dan mengendalikan kasus-kasus impor. Orang-orang Eropa yang baru-baru ini bepergian ke "wilayah epidemi" di Afrika juga didesak "berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mengenai kelayakan mendapat vaksin Mpox."

Pekan lalu, Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan (CDC) telah menaikkan peringatan perjalanan untuk Republik Demokratik Kongo (DRC) dan enam negara Afrika lain pada Kamis, 15 Agsutus 2024, menurut Focus Taiwan. Ini terjadi setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah Mpox di Afrika sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang jadi perhatian internasional (PHEIC).


Peringatan Mpox dalam Level Berbeda

Layar televisi menampilkan iklan tentang cacar monyet atau monkeypox tayang di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2019). Pemeriksaan dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit cacar monyet. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Wakil Direktur Jenderal CDC Lo Yi-chun mengatakan bahwa pihaknya memutuskan menaikkan status Pemberitahuan Kesehatan Perjalanan untuk tujuh negara Afrika, karena "tingkat penularan dan kematian yang tinggi" dari jenis baru yang telah menyebar di DRC dan negara-negara tetangga.

DRC telah dinaikkan ke "Level 2: Waspada." Ini berarti pelancong Taiwan didesak mempraktikkan tindakan pencegahan yang lebih ketat. Sementara itu, "Level 1: Waspada" dikeluarkan untuk Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda, yang menunjukkan bahwa pelancong Taiwan di negara-negara tersebut harus melakukan tindakan pencegahan seperti biasa.

Lo menyarankan para pelancong di negara-negara tersebut menghindari tempat-tempat yang ramai, terutama area berisiko tinggi, seperti fasilitas medis. "Setelah kembali (ke Taiwan), harap perhatikan gejala-gejala terkait, seperti demam atau ruam," imbuhnya.

Dr David Beirman, pakar manajemen risiko pariwisata Australia, mengatakan pada news.com.au bahwa negara-negara di seluruh dunia akan mulai mempertimbangkan langkah-langkah menghentikan para pelancong membawa penyakit ke negara mereka. Ini mirip dengan langkah pencegahan pada wabah penyakit menular sebelumnya.

Langkah-langkahnya dapat mencakup pemeriksaan terhadap para pelancong untuk mengetahui adanya Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, sebelum mereka memasuki negara tersebut. Turis juga bisa diwajibkan vaksin sebelum mengunjungi negara-negara yang terdampak parah.


Vaksin Mpox di Indonesia

Ilustrasi penyakit cacar monyet atau monkeypox. Credits: pixabay.com by TheDigitalArtist

Rilis di situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per Minggu, 18 Agustus 2024, memuat bahwa Plh. Dirjen P2P Yudhi Pramono mengimbau masyarakat, terutama para pelaku perjalanan, tetap waspada dan menghindari bepergian ke negara-negara yang terjangkit Mpox.

Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M menambahkan, tidak ada pembatasan perjalanan dari atau ke negara-negara yang mengalami peningkatan kasus Mpox. "Tapi pemerintah mengimbau para pelaku perjalanan dari Indonesia ke Afrika untuk berhati-hati, dan meningkatkan kewaspadaan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman," ujar Farchanny.

Kemenkes mengatakan belum ada urgensi untuk melakukan vaksinasi Mpox secara massal di Indoensia. "Tidak perlu, karena WHO pun belum merekomendasikan," ujar Plt Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi pada Kamis, 22 Agustus 2024, seperti dikutip kanal Health Liputan6.com dari Antara.

Saat ini, pemberian vaksin Mpox diprioritaskan bagi kelompok yang berisiko tinggi terpapar virus itu. Terkait persediaan vaksin cacar monyet, Nadia mengatakan bahwa stok tahun ini masih cukup, sehingga belum ada urgensi untuk menambahkan jumlahnya.

Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya