Jadikan Industri Dalam Negeri Makin Bersaing, Pemerintah Harus Apa?

Para pengusaha telah mengajukan berbagai usulan kepada Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri dalam negeri.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Agu 2024, 11:00 WIB
Presiden Joko Widodo, beserta Menteri BUMN, para Menteri terkait serta Kepala BKPM meninjau Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah pada Selasa, 30 Juni 2020. Dok BUMN

Liputan6.com, Jakarta Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigenerasi Indonesia (PERPRINDO) telah mengajukan berbagai usulan kepada Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri dalam negeri.

Dalam pertemuan yang berlangsung pada Jumat, 23 Agustus 2024, PERPRINDO menyoroti pentingnya strategi kebijakan yang mendukung industri lokal, terutama di sektor pendingin dan refrigrasi.

Fokus pada Penguatan Produksi Dalam Negeri

PERPRINDO menyarankan agar kebijakan pembatasan impor dan pemindahan jalur masuk impor ke wilayah timur Indonesia harus disertai dengan pertimbangan serius terhadap kapasitas produksi dalam negeri.

Wakil Sekjen PERPRINDO, Heryanto, menyatakan bahwa meskipun ada produksi lokal di sektor pendingin, kapasitas tersebut belum mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan nasional.

"Oleh karena itu, PERPRINDO mengusulkan pengecualian untuk beberapa produk yang belum bisa diproduksi dalam jumlah memadai di dalam negeri, seperti Air Conditioner (AC) dan Refrigerator untuk kebutuhan komersial," katanya, Minggu (25/8/2024).

Tantangan Infrastruktur Pelabuhan di Wilayah Timur Indonesia

Salah satu isu utama yang diangkat oleh PERPRINDO adalah kesiapan infrastruktur pelabuhan di wilayah timur Indonesia, seperti Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Sorong.

Menurut Heryanto, infrastruktur di pelabuhan-pelabuhan tersebut belum memadai untuk mendukung aktivitas ekspor-impor dalam skala besar. Keterbatasan ini berpotensi menyebabkan penumpukan kargo, meningkatkan biaya logistik, serta memperpanjang waktu transit yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas produk.

PERPRINDO juga menekankan pentingnya ketersediaan kontainer kosong dan pengelolaan dwelling time yang efektif untuk menghindari kemacetan dan antrian panjang di pelabuhan.

Mereka mengusulkan agar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti Pelindo, Bea Cukai, dan Kementerian Perhubungan, untuk memastikan kesiapan infrastruktur yang memadai sebelum kebijakan baru diberlakukan.

 


Dukungan Terhadap Industri Lokal

Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

PERPRINDO menegaskan dukungannya terhadap kebijakan pemerintah yang mendorong produksi dalam negeri. Namun, mereka berharap pemerintah bijaksana dalam menerapkan pembatasan impor dengan memberikan grace periode bagi pelaku usaha untuk beradaptasi dengan kebijakan baru. Ini dinilai penting agar para pengusaha dapat mempersiapkan diri menghadapi perubahan kebijakan tanpa mengorbankan kelangsungan usaha mereka.

Selain itu, PERPRINDO memperingatkan agar penerapan azas resiprokal dari negara pengekspor dihindari, karena dapat berdampak pada industri dalam negeri yang masih bergantung pada impor bahan baku. Hal ini berpotensi menghambat pengembangan industri lokal yang tengah berkembang.

Komitmen Pemerintah untuk Pengembangan Industri

Kasubdit dan Kasi Elektronika dan Telematika dari Kemenperin, Einsten dan Ihsan, menyambut baik usulan yang diajukan oleh PERPRINDO. Mereka berjanji untuk mempertimbangkan masukan tersebut dan melakukan kajian lebih lanjut, termasuk transparansi data terkait impor untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif.

Kesimpulan

Usulan-usulan dari PERPRINDO menunjukkan pentingnya koordinasi yang kuat antara pemerintah dan industri dalam negeri untuk menghadapi tantangan global. Dengan strategi yang tepat, pengembangan industri lokal dapat lebih maksimal, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya