Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada awal pekan, Senin (26/8/2024), seluruh langitnya diprediksi berawan, kecuali Kota Tangerang, Banten cerah berawan. Begitulah prakiraan cuaca hari ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, cuaca Jabodetabek siang nanti juga diprediksi keseluruhannya bakal berawan, kecuali Jakarta Timur berawan tebal.
Advertisement
Kemudian di malam hari nanti, langit seluruh wilayah Jabodetabek diprakirakan berawan tebal, tanpa terkecuali dan tak ada hujan sama sekali.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Pusat | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Selatan | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Timur | Berawan | Berawan Tebal | Berawan Tebal |
Jakarta Utara | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Kepulauan Seribu | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Bekasi | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Depok | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Kota Bogor | Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Tangerang | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan Global
Sebelumnya, perubahan iklim menjadi tantangan global terpenting bagi umat manusia saat ini. Laporan dari berbagai lembaga dunia di antaranya World Meteorological Organization (WMO), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyatakan bahwa perubahan iklim akan terus terjadi dalam beberapa dekade mendatang apabila tidak dilakukan aksi mitigasi.
Dampak negatif yang telah ditimbulkan oleh perubahan iklim menuntut perlunya respons global untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi.
Menurut laporan World Meteorological Organization (State of the Global Climate 2023) menyatakan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan anomali temperatur global 1,45 derajat celcius di atas periode praindustri dan selama sembilan tahun terakhir periode 2015-2023 adalah sembilan tahun terpanas sepanjang sejarah.
Seiring dengan kegiatan peringatan Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ke-77 tahun pada 21 Juli 2024, diadakan kegiatan 'Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan: Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia' di Auditorium BMKG.
"Perubahan iklim ini adalah isu yang tidak bisa diabaikan. Jika tidak ada upaya mitigasi yang serius, dampaknya akan semakin parah dan merugikan masyarakat luas," ujar Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id.
Advertisement
Adaptasi yang Efektif
Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan, adaptasi efektif adalah bersifat sangat lokal, yang membutuhkan informasi cuaca, iklim dan air yang dapat diandalkan untuk mendukung pembuatan kebijakan adaptasi.
"Teruntuk para generasi muda alpha yang saat ini memiliki peran besar untuk menjaga kestabilan pemanasan global agar tidak meningkat diharapkan agar mereka dapat menjadi aktor utama upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk melalui sektor energi terbarukan," papar dia.
Adapun beberapa solusi yang bisa mereka lakukan saat ini bagi generasi muda (alpha) dalam menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi perubahan iklim.
Termasuk, kata Dwikorita, penggunaan teknologi ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan, generasi muda diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Serta membangun jaringan dan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan komunitas untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," pungkas Dwikorita.
Pertemuan Jadi Langkah Tindakan Konkrit
Kemudian Sekretaris Dirjen Pengendalian Perubahan iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Noer Adi Wardojo menyampaikan pertemuan tersebut sebagai langkah untuk mengambil tindakan yang konkret.
"Di mana, saat ini perubahan iklim kini menjadi ancaman serius bagi kehidupan di seluruh dunia, tetapi termasuk di Indonesia yang saat ini sudah kita rasakan langsung seperti kenaikan permukaan air laut, penurunan keanekaragaman hayati sebagai beberapa contoh yang harus kita hadapi bersama," papar dia.
Noer Adi menyampaikan, yang paling rentan menghadapi perubahan iklim ini adalah para generasi muda yang menjadi tulang punggung NKRI untuk ke depannya.
"Karena mereka bukan hanya sebagai saksi tetapi diharapkan mereka juga sebagai agen perubahan hadapi krisis iklim ini, karena peran generasi muda sangatlah penting memanfaatkan peran teknologi hijau untuk melakukan perubahan sesuai dengan era perkembangan aksi adaptasi perubahan iklim ke depannya," terang dia.
Kegiatan Festival yang diselenggarakan selama satu hari ini bertujuan ekspose berbagai program penyadaran iklim di berbagai lapisan masyarakat, baik oleh BMKG melalui Literasi untuk Aksi Iklim atau berbagai inisiatif lembaga lainnya.
Adapun ekspektasi dari kegiatan ini diharapkan terjalinnya potensi aktivitas aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di kalangan generasi muda, peningkatan kesadaran aksi iklim di masyarakat khususnya generasi muda dan masyarakat komunitas, serta mendorong terbentuknya kaukus/hub aksi iklim pemuda Indonesia secara nasional.
Advertisement