Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta besok, Selasa, 27 Agustus 2024, diprakirakan keseluruhannya berawan, kecuali Jakarta Utara cerah berawan. Demikianlah prediksi cuaca besok.
Cuaca Jakarta di siang hari, seluruhnya diprakirakan cerah berawan, tanpa ada hujan sama sekali, seperti dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Advertisement
Lalu BMKG melaporkan melalui laman resminya www.bmkg.go.id, cuaca Jakarta pada malam hari diprediksi keseluhannya berawan tebal, kecuali Jakarta Utara berawan.
Wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Jawa Barat diprakirakan cuaca pagi hingga siang cerah berawan dan malamnya berawan.
Lalu di Depok, Jawa Barat sedikit berbeda diprediksi langit pagi hari berawan, siang cerah berawan, dan malam berawan tebal.
Kemudian di Kota Bogor, Jawa Barat diprakirakan cuaca pagi hingga siang cerah berawan dan malam hari berawan tebal.
Sementara itu di Kota Tangerang, Banten langit paginya diprediksi berawan, siang cerah berawan, dan malam hari berawan tebal.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Pusat | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Selatan | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Timur | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Utara | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Kepulauan Seribu | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Bekasi | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Depok | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Kota Bogor | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Tangerang | Berawan | Cerah Berawan | Berawan Tebal |
Perubahan Iklim Mengancam Kehidupan Global
Sebelumnya, perubahan iklim menjadi tantangan global terpenting bagi umat manusia saat ini. Laporan dari berbagai lembaga dunia di antaranya World Meteorological Organization (WMO), Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), dan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyatakan bahwa perubahan iklim akan terus terjadi dalam beberapa dekade mendatang apabila tidak dilakukan aksi mitigasi.
Dampak negatif yang telah ditimbulkan oleh perubahan iklim menuntut perlunya respons global untuk melakukan aksi mitigasi dan adaptasi.
Menurut laporan World Meteorological Organization (State of the Global Climate 2023) menyatakan bahwa tahun 2023 merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan anomali temperatur global 1,45 derajat celcius di atas periode praindustri dan selama sembilan tahun terakhir periode 2015-2023 adalah sembilan tahun terpanas sepanjang sejarah.
Seiring dengan kegiatan peringatan Hari Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Nasional Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ke-77 tahun pada 21 Juli 2024, diadakan kegiatan 'Festival Aksi Iklim dan Workshop Iklim Terapan: Aksi Iklim Kaum Muda untuk Perubahan Iklim Indonesia' di Auditorium BMKG.
"Perubahan iklim ini adalah isu yang tidak bisa diabaikan. Jika tidak ada upaya mitigasi yang serius, dampaknya akan semakin parah dan merugikan masyarakat luas," ujar Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id.
Advertisement
Adaptasi yang Efektif
Lebih lanjut Dwikorita menjelaskan, adaptasi efektif adalah bersifat sangat lokal, yang membutuhkan informasi cuaca, iklim dan air yang dapat diandalkan untuk mendukung pembuatan kebijakan adaptasi.
"Teruntuk para generasi muda alpha yang saat ini memiliki peran besar untuk menjaga kestabilan pemanasan global agar tidak meningkat diharapkan agar mereka dapat menjadi aktor utama upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk melalui sektor energi terbarukan," papar dia.
Adapun beberapa solusi yang bisa mereka lakukan saat ini bagi generasi muda (alpha) dalam menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi perubahan iklim.
Termasuk, kata Dwikorita, penggunaan teknologi ramah lingkungan dan praktik berkelanjutan, generasi muda diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
"Serta membangun jaringan dan kolaborasi dengan berbagai organisasi dan komunitas untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," pungkas Dwikorita.
Pertemuan Jadi Langkah Tindakan Konkrit
Kemudian Sekretaris Dirjen Pengendalian Perubahan iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Noer Adi Wardojo menyampaikan pertemuan tersebut sebagai langkah untuk mengambil tindakan yang konkret.
"Di mana, saat ini perubahan iklim kini menjadi ancaman serius bagi kehidupan di seluruh dunia, tetapi termasuk di Indonesia yang saat ini sudah kita rasakan langsung seperti kenaikan permukaan air laut, penurunan keanekaragaman hayati sebagai beberapa contoh yang harus kita hadapi bersama," papar dia.
Noer Adi menyampaikan, yang paling rentan menghadapi perubahan iklim ini adalah para generasi muda yang menjadi tulang punggung NKRI untuk ke depannya.
"Karena mereka bukan hanya sebagai saksi tetapi diharapkan mereka juga sebagai agen perubahan hadapi krisis iklim ini, karena peran generasi muda sangatlah penting memanfaatkan peran teknologi hijau untuk melakukan perubahan sesuai dengan era perkembangan aksi adaptasi perubahan iklim ke depannya," terang dia.
Kegiatan Festival yang diselenggarakan selama satu hari ini bertujuan ekspose berbagai program penyadaran iklim di berbagai lapisan masyarakat, baik oleh BMKG melalui literasi untuk aksi iklim atau berbagai inisiatif lembaga lainnya.
Adapun ekspektasi dari kegiatan ini diharapkan terjalinnya potensi aktivitas aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di kalangan generasi muda, peningkatan kesadaran aksi iklim di masyarakat khususnya generasi muda dan masyarakat komunitas, serta mendorong terbentuknya kaukus/hub aksi iklim pemuda Indonesia secara nasional.
Advertisement