Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan kilang minyak terbesar di dunia, Halliburton, mengonfirmasi serangan siber yang memaksanya untuk menutup beberapa sistem pada awal minggu lalu.
"Pada 21 Agustus 2024, Halliburton Company menyadari ada pihak ketiga yang tidak berwenang memperoleh akses ke beberapa sistem," kata perusahaan asal AS itu dalam pengajuan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS (Securities and Exchange Commission/SEC).
Advertisement
"Ketika perusahaan mengetahui masalah tersebut, kami mengaktifkan respons keamanan siber dan meluncurkan penyelidikan secara internal dengan dukungan penasihat eksternal untuk menilai dan memperbaiki aktivitas yang tidak sah tersebut," Halliburton menambahkan, dikutip dari Bleeping Computer, Senin (26/8/2024).
Perusahaan menambahkan bahwa insiden tersebut mendorongnya untuk menutup beberapa sistem guna mengatasi serangan siber.
Halliburton juga melaporkan serangan hacker tersebut kepada lembaga penegak hukum terkait, dan para ahli TI-nya saat ini sedang berupaya memulihkan perangkat yang terkena dampak dan menilai dampak serangan tersebut.
"Upaya tanggapan perusahaan mencakup secara proaktif menonaktifkan sistem tertentu untuk membantu melindungi dan memberi tahu penegak hukum. Investigasi dan tanggapan perusahaan yang sedang berlangsung mencakup pemulihan sistem dan penilaian materialitas," ujar Halliburton.
Halliburton menyebut perusahaan juga berkomunikasi dengan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya.
"Perusahaan mengikuti standar keselamatan berbasis proses untuk operasi yang sedang berlangsung di bawah Sistem Manajemen Halliburton, dan berupaya mengidentifikasi dampak insiden tersebut," ucap perusahaan.
Jenis Serangan
Penyedia layanan minyak tersebut belum mengungkapkan sifat serangan, yang mana juru bicara Departemen Energi mengonfirmasi pada Kamis kemarin bahwa sifat pasti dari insiden tersebut belum diketahui hingga saat ini.
Didirikan pada 1919, Halliburton mempekerjakan lebih dari 40.000 orang dengan menyediakan teknologi, produk, dan layanan minyak untuk perusahaan energi di seluruh dunia.
Pada Juli, Halliburton melaporkan pendapatan sebesar USD 5,8 miliar dan margin operasi sebesar 18% untuk kuartal kedua tahun 2024.
Sebelumnya, pada tahun 2021, geng ransomware DarkSide menyerang sistem Colonial Pipeline, jaringan pipa bahan bakar terbesar di Amerika Serikat.
Advertisement
Libatkan FBI
Perusahaan itu memasok sekitar setengah dari semua bahan bakar di Pantai Timur AS, yang juga memaksanya untuk mematikan beberapa sistem guna menahan serangan dan menghentikan sementara semua operasi jaringan pipa.
Geng ransomware DarkSide tiba-tiba tutup setelah mendapat perhatian yang meningkat dari penegak hukum, pemerintah AS, dan media.
Namun, Colonial Pipeline harus membayar USD 4,4 juta dalam bentuk mata uang kripto untuk sebuah dekripsi, yang sebagian besarnya kemudian ditemukan kembali oleh FBI.
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement