Liputan6.com, Jakarta - Misi Dragonfly milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) akan meluncur pada 2027. Dragonfly adalah misi keempat dalam program New Frontiers NASA untuk meneliti Titan, bulan Saturnus.
New Frontier dikelola oleh Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall NASA di Huntsville, Alabama, Washington. Dikutip dari laman NASA pada Selasa (27/08/2024), proyek NASA ini dipimpin oleh Johns Hopkins Applied Physics Laboratory (APL) di Laurel, Maryland.
Dragonfly telah melewati berbagai pengujia dan berhasil melewati semua persyaratan teknis dan standar PDR pada 2023 lalu. Misi Dragonfly adalah untuk mempelajari proses kimia dan meneliti segala sesuatu, seperti senyawa dan bahan kimia, di bulan terbesar milik Saturnus.
Baca Juga
Advertisement
Robot yang dirancang seperti rotor (sebuah alat mekanik yang berputar atau baling-baling) itu diperkirakan akan tiba di permukaan Titan pada 2034. Rotor Dragonfly akan terbang ke puluhan lokasi yang menjanjikan di Titan untuk mencari proses kimia prebiotik yang juga dimiliki oleh Bumi.
NASA mengklaim bahwa misi "pemburu kehidupan" Dragonfly menjadi misi pertama yang menerbangkan seluruh muatan sains. Dragonfly memanfaatkan data Cassini (pesawat ruang angkasa yang mempelajari Saturnus) untuk memilih periode cuaca yang tenang untuk mendarat di satelit Titan bersamaan dengan lokasi pendaratan yang aman.
Robot ini disebut bakal menjelajahi wilayah gundukan Titan bernama Shangri-La. Shangri-La ini bertujuan untuk menguji Dragonfly saat melakukan lompatan guna mengambil sampel sains yang dibutuhkan NASA.
Tentang Titan
Titan adalah bulan terbesar milik Saturnus dan satu-satunya bulan di tata surya yang diketahui memiliki awan serta atmosfer yang padat. Selain itu, Titan adalah satu-satunya beda langit yang memiliki cairan di permukaannya seperti bumi.
Hal ini, membuat Titan berpotensi untuk memiliki kehidupan. Dikutip dari laman Space pada Selasa (27/08/2024), Titan adalah satelit terbesar yang mengelilingi Saturnus sekaligus satelit alami terbesar kedua di tata surya.
Bulan Saturnus ini bahkan lebih besar dari planet Merkurius. Ukurannya 50 persen lebih besar dari bulan milik bumi dan memiliki tingkat gravitasi yang rendah.
Titan sendiri tersusun dari material berbatu dan es. Bagian atmosfernya sebagian besar terdiri dari nitrogen.
Iklim Titan menciptakan fitur permukaan yang mirip dengan bumi, seperti adanya bukit pasir, sungai, danau, delta dan laut (yang terbuat dari metana cair dan etana). Selain itu, ada kawah dan gunung di Titan.
Advertisement
Atmosfer Titan
Atmosfer Titan jauh lebih padat dibandingkan bumi, dengan tekanan atmosfer sekitar 60 persen lebih besar di permukaannya. Hal iIni setara dengan tekanan yang dirasakan saat berenang kira-kira 15 meter di bawah permukaan laut atau danau di Bumi.
Titan tidak sebesar bumi, sehingga tarikan gravitasinya lebih lemah pada atmosfernya. Artinya atmosfernya sepuluh kali lebih jauh ke luar angkasa daripada atmosfer kita.
Wahana Huygens milik Badan Antariksa Eropa mengukur permukaan Titan pada 2005. Penelitian ini menemukan kemungkinan ada lautan air asin dan cair antara 35 dan 50 mil di bawah permukaan Titan.
Hal ini langsung menjadikan Titan kandidat untuk menjadi rumah bagi kehidupan alien. Meskipun keberadaan lautan ini belum dikonfirmasi, pengamatan lain di bulan memberikan dukungan lebih pada kemungkinan ini.
Di bawah permukaan Titan, kemungkinan besar ada gunung berapi air yang terbuat dari es di permukaannya. Air cair yang bertindak sangat mirip dengan lelehan lava di Bumi.
Gunung berapi air di Titan dapat menjadi sumber panas dan gas yang dapat membantu membentuk atmosfer dan iklim Titan.
(Tifani)