Liputan6.com, Pasuruan - Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pasuruan Rully Oktavia Hermawan memberikan sejumlah rekomendasi yang harus dilakukan jika megathrust benar terjadi.
Advertisement
"Zona megathrust adalah istilah untuk menyebut sumber gempa di zona subduksi lempeng. Lajur subduksi yang kedalamannya dangkal kurang dari 50 kilometer, lajur subduksi landai, dan jalur sunduksi menukik disebut Zona Benioff, zona subduksi ini dianalogikan sebagai 'patahan naik yang besar sehingga disebut zona megathrust," terang Rully, Selasa (27/8/2024).
Pertama, penerapan tata ruang dan standar bangunan tahan gempa dan tsunami dengan ketat, berdasarkan Peta Mikrozonasi (PGA) dan Peta Bahaya Tsunami.
Kedua, audit kelayakan konstruksi bangunan dan infrastruktur.
Ketiga, menyiapkan Jalur dan sarana prasarana evakuasi yang layak dan memadai.
"Keempat, penguatan sistem informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dengan memastikan pusdalops atau BPBD beroperasi 24 jam dengan sirine on, dan menguatkan sinergi pentahelix," sambungnya.
Kelima, edukasi, literasi, dan advokasi untuk membangun budaya mitigasi dan ketangguhan terhadap bencana gempa dan tsunami," sebut Rully.
Rekomendasi yang keenam, dipaparkan Rully, adalah latihan kesiapan evakuasi mandiri dan kolektif. "Ketujuh, riset, kajian, dan pengembangan teknologi. Kedepalan, monitoring, eveluasi, dan penyempurnaan menerus terhadap sistem mitigasi.
Untuk mengantisipasi apabila terjadi gempa, Rully mengimbau masyarakat, supaya menyiapkan kebutuhan dan keterampilan P3K.
"Catat nomor telepon penting seperti nomor keluarga, rumah sakit, dan pemadam kebakaran, mengetahui cara menggunakan alat pemadam kebakaran sederhana, dan mengetahui teknik dasar pertolongan pertama P3K," imbau Rully.
Tetap Tenang dan Fokus
Rully mengatakan, bahwa hal yang perlu diketahui ialah, zona megathrust seperti Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memiliki waktu Seismic Gap (area subduksi belum mengalami gempa besar selama periode waktu yang lama dsn energi yang tertahan dapat memicu gempa besar di masa depan) yang jauh lebih lama dibandingkan dengan gempa di Nankai, Jepang sehingga harus mendapat perhatian lebih serius.
"Tetap tenang, namun fokus pada keadaan dan kesiap siagaan (mitigasi) gempa bumi dan tsunami. Tetap beraktivitas normal seperti melaut, berdagang, dan berwisata ke pantai. Ikuti informasi resmi BMKG yang memberikan informasi dan peringatan dini gempa dan tsunami secara cepat dan akurat," pungkasnya
Advertisement