Kredit UMKM Masih Rendah, OJK: Mereka Tak Punya Jaminan

Salah satu yang menjadi sorotan OJK karena UMKM tak memiliki jaminan atau agunan. Alhasil, perbankan belum bisa memberikan bantuan pembiayaan atau kredit.

oleh Arief Rahman H diperbarui 27 Agu 2024, 14:45 WIB
Peluncuran Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Industri Penjaminan Indonesia 2024-2028, di Jakarta, Selasa (27/8/2024). (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit kepada UMKM masih terbilang kecil. Besarannya, hanya 19-21 persen sejak 2019.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono menuturkan akses terhadap pembiayaan jadi masalah paling besar yang dihadapi UMKM

Di samping ada akses teknologi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), hingga mencari alternatif pendapatan. Hanya saja, sumber pembiayaan menjadi masalah yang kerap dihadapi UMKM.

"Sejak 2019, posisi kredit UMKM di perbankan masih berada di kisaran 19-21 persen," kata Ogi dalam Peluncuran Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Industri Penjaminan Indonesia 2024-2028, di Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Keterbatasan akses UMKM itu pun beragam. Namun, salah satu yang menjadi sorotannya karena UMKM tak memiliki jaminan atau agunan. Alhasil, perbankan belum bisa memberikan bantuan pembiayaan atau kredit.

"Keterbatasan UMKM dalam mengakses sumber pembiayaan disebabkan karena ketidakmampuan dalam menyediakan jaminan, seperti agunan dan kendala administrasi yang terkait dengan kegiatan usahanya sehingga walaupun UMKM dinilai layak atau feasible, tapi belum bankable," tuturnya.

Ogi menegaskan, perusahaan penjaminan bisa masuk ke sektor tersebut. Harapannya turut mendukung perumbuhan ekonomi bagi UMKM. Landasan hukumnya pun sudah jelas, tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.

"Salah satu latar belakang penyusunan daripada Undang-Undang Nomor 1/2016 adalah untuk menunjang kebijakan pemerintah untuk membantu sektor UMKM mengahadapi salah satu kendala utamanya yaitu kendala pendanaaan," bebernya.


Peran Industri Penjaminan

Peluncuran Peta Jalan Pengembangan dan Penguatan Industri Penjaminan Indonesia 2024-2028, di Jakarta, Selasa (27/8/2024). (Arief/Liputan6.com)

Lebih lanjut, Ogi menuturkan ada sedikitnya 3 peran perusahaan penjaminan dalam menjawab kebutuhan UMKM. Yakni, pada akses pembiayaan dengan meningkatkan ketertarikan UMKM bagi lembaga pembiayaan.

Lalu, ada peran untuk meningkatkan akses dan informasi bagi UMKM terhadap perkreditan atau pembiayaan. Hingga, kemampuan membangun kapasitas kredit dan manajemen risiko bagi UMKM.

"Dengan kontribusi industri penjaminan serta dibantu dengan dukungan pemerintah, maka sektor UMKM dapat tumbuh dan berkembang untuk mendorong perekonomian nasional dan penyerapan tenaga kerja," tuturnya.


Penyaluran Kredit Bank Mandiri ke Segmen UMKM Capai Rp127 Triliun di Kuartal II Tahun 2024

Bank Mandiri dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional melalui penyaluran pembiayaan ke segmen UMKM/Istimewa.

Sebelumnya, aktif memberikan penyaluran pembiayaan ke segmen UMKM menjadi wujud nyata Bank Mandiri dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Kekonsistenan itu dilakukan bank bersandi saham BMRI karena melihat UMKM sebagai salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia yang memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang.

Sampai dengan akhir Juni 2024, portofolio kredit UMKM Bank Mandiri telah mencapai Rp127 triliun. Penyaluran kredit tersebut juga diikuti rasio non performing loan (NPL) yang terjaga di level 1,5%.

 Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman menyatakan segmen UMKM memiliki peran penting dalam menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi lokal, serta mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Sejalan dengan itu, pihaknya senantiasa untuk membantu mempercepat inklusi dan literasi keuangan di Indonesia, khususnya para pelaku UMKM yang belum terlayani secara optimal oleh perbankan konvensional.

"Kami meyakini, dengan menyediakan akses keuangan (access to finance) yang lebih mudah dan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan UMKM, Bank Mandiri dapat membantu para pelaku UMKM untuk mencapai potensi maksimal, yang akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan," ujar Teuku Ali pada Rabu, (21/8).

Teuku Ali menambahkan, dalam mendorong penyaluran kredit, Bank Mandiri mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan memperkuat sistem mitigasi risiko melalui monitoring dan menganalisa risiko pasar serta profil masing-masing debitur. Tidak hanya itu, Bank Mandiri juga berfokus pada program edukasi keuangan bagi pelaku UMKM agar lebih siap dalam menghadapi dinamika bisnis yang ada, sehingga dapat mengurangi risiko di masa mendatang.

 


Inovasi Produk Bank Mandiri

Sejalan dengan itu, Bank Mandiri terus berinovasi dalam menawarkan produk dan layanan yang relevan bagi UMKM, seperti platform digital Kopra by Mandiri dan super app Livin’ by Mandiri yang memberikan kemudahan akses layanan keuangan bagi UMKM.

"Di sisi lain, Bank Mandiri juga menerapkan strategi akuisisi berbasis ekosistem dengan pola closed loop sesuai strategi kewilayahan dengan mengoptimalkan kolaborasi menggarap value chain nasabah wholesale Bank Mandiri," katanya. 

Teuku ali juga mengatakan bahwa perseroan juga mengoptimalisasikan digitalisasi tenaga sales Bank Mandiri guna memberikan percepatan layanan kepada calon debitur dan perluasan akses kredit. Hal tersebut dilakukan melalui program referral diikuti dengan edukasi layanan dan transaksi keuangan melalui Mandiri Agen (Agen Laku Pandai Mitra Bank Mandiri) yang terdapat di ekosistem bisnis pelaku UMKM.

Bank Mandiri, Teuku Ali melanjutkan, juga mengedepankan pendekatan personal dan dukungan langsung kepada nasabah UMKM melalui jaringan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan begitu, Bank Mandiri optimis dapat memberikan nilai tambah dan mempertahankan kepercayaan nasabah, sekaligus berkontribusi pada pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya